Anda di halaman 1dari 21

DEMAM TIFOID

Halimah Anggi Rahmani


15 - 142
DEFINISI
Demam Tifoid adalah Infeksi akut pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella
thypi.
Demam Paratifoid adalah penyakit sejenis yang
disebabkan oleh Salmonella thypi A, B, C.
TERMINOLOGI LAIN :
Dengan gejala yang lebih ringan dibandingkan
dengan demam tifoid.  Thphoid fever
 Paratyphoid fever
 Thypus
 Parathypus abdominalis
 Demam enterik
EPIDEMIOLOGI

■ Banyak ditemukan di Negara berkembang dg hygiene pribadi dan


sanitasi lingkungan kurang baik
■ Ankga insidensi di dunia 17juta per-tahun dg 600.000 meninggal
■ 70% penyebab kematian di Asia (WHO)
■ Penyebaran lebih bersifat sporadic
■ Indonesia merupakan daerah endemik demem tifoid dengan
kejadian 800/100.000/tahun
ETIOLOGI
■ Salmonella thypi dan Salmonella paratyphi bioserotipe A, B, dan C.

•Gram negatif
•Berflagel
•Tidak memilika kapsul
•Tidak membentuk spora
•Akan mati pada pemanasan 57˚ C
selama beberapa menit.
•Memiliki 3 antigen penting:
•Antigen O (somatik)
•Antigen H (flagella)
•Antigen K (selaput)
Faktor Risiko

1. Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan.


2. Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya makanan yang dicuci
dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia,
makanan yang tercemar debu atau sampah atau dihinggapi lalat.
3. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
4. Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
5. Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
6. Kondisi imunodefisiensi
Cara penularan dan faktor yang
berperan
■ Melalui makanan dan minuman yang tercemar Salmonella typhi
■ Higiene perorangan yang rendah (budaya cuci tangan yang tidak terbiasa)
■ Higiene makanan yang rendah
– makanan dicuci dengan air yang terkontaminasi (sayur dan buah)
– Sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia
– Makanan tercemar debu, sampah, dihinggapi lalat
– Air minum tidak dimasak
■ Sanitasi lingkungan kumuh (
GEJALA KLINIS
Masa tunas (inkubasi) 10 – 14 hari dengan gejala yang timbul bervariasi.

MINGGU 1 MINGGU 2

- Demam Gejala lebih jelas dengan :


( dengan pola semakin tinggi dari hari ke - Demam
hari, pagi lebih rendah dan sore lebih - Bradikardi relative
tinggi ) - Terdapat lidah tifoid
- Nyeri kepala, pusing ( kotor ditengah, tepi dan ujung merah
- Nyeri otot disertai dengan tremor )
- Anoreksia - Hepatomegali
- Mual dan muntah - Splenomegali
- Obstipasi atau diare - Meteorismus
- Tidak nyaman di perut ( kembung akibat penumpukan gas )
- Batuk - Gangguan kesadaran
- Epistaksis - Roseolae ( jarang )
■ Keluhan 1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten
dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam
kontinu) hingga minggu kedua. 2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di
area frontal 3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah 4. Gejala penyerta lain, seperti
nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia 5. Pada demam tifoid berat,
dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejan
■ Faktor Risiko 1. Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan. 2.
Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya makanan yang dicuci
dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan
yang tercemar debu atau sampah atau dihinggapi lalat. 3. Sanitasi lingkungan yang
kurang baik. 4. Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari. 5.
Adanya carrier tifoid di sekitar pasien. 6. Kondisi imunodefisiensi
DIAGNOSIS
■ ANAMNESIS
■ PEMERIKSAAN FISIK
- Lidah tifoid - Hepatomegali - Bradikardi
- Suhu tubuh meningkat - Splenomegali - gg. mental
■ PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Px. Rutin
- leukopenia,
- leukositosis,
- anemia ringan,
- trombositopenia,
- SGOT & SGPT meningkat
 Uji widal
u/ deteksi antibodi thdp kuman S.typhi.pada uji widal suatu reaksi aglutinasi antara antigen
kuman S.typhi dgn antibodi disebut aglutinin.
a. aglutinin O ( dari tubuh kuman )
b. aglutinin H ( flagela kuman )
c. aglutinin Vi ( simpai kuman )

Test kualitatif : Positif jika terdapat aglutinasi pada slide setelah di tetesi suspense antigen Salmonella.
Test kuantitatif : dilihat pada pengenceran terakhir yang masih terdapat aglutinasi
 Px. TUBEX
• Merupakan uji semikuantitatif kolometrik untuk mendeteksi adanya antibody IgM
terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) 0,9 S.typhi.
• Sensitifitas 75% - 80%
• Spesifitas 75% - 90%
• Respon terhadap antigen O9 bersifat imunodominan yg mampu merangsang respon
imun shg deteksi anti-O9 dapat dilakukan pada hari ke-4 hingga ke-5 ( infeksi primer)
dan hari ke-2 hingga ke-3 ( infeksi sekunder )
• Spesimen yg digunakan : sampel serum atau plasma heparin
Rencana Tindak Lanjut

1. Bila pasien dirawat di rumah, dokter atau perawat dapat melakukan kunjungan
follow up setiap hari setelah dimulainya tatalaksana.
2. Respon klinis terhadap antibiotik dinilai setelah penggunaannya selama 1 minggu.
.
Indikasi Perawatan di Rumah
Persyaratan untuk pasien: Persyaratan untuk tenaga kesehatan
1. Gejala klinis ringan, tidak ada tanda-tanda a. Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang
komplikasi atau komorbid yang bertanggung jawab penuh terhadap
membahayakan. tatalaksana pasien.
2. Kesadaran baik.
b. Dokter mengkonfirmasi bahwa penderita
3. Dapat makan serta minum dengan baik. tidak memiliki tanda-tanda yang berpotensi
4. Keluarga cukup mengerti cara-cara merawat menimbulkan komplikasi.
dan tanda-tanda bahaya yang akan timbul
dari tifoid. c. Semua kegiatan tata laksana (diet, cairan,
bed rest, pengobatan) dapat dilaksanakan
5. Rumah tangga pasien memiliki dan secara baik di rumah.
melaksanakan sistem pembuangan eksreta
(feses, urin, cairan muntah) yang memenuhi d. Dokter dan/atau perawat mem-follow up
persyaratan kesehatan. pasien setiap hari.
6. Keluarga pasien mampu menjalani rencana e. Dokter dan/atau perawat dapat
tatalaksana dengan baik.
berkomunikasi secara lancar dengan
keluarga pasien di sepanjang masa
tatalaksana
Kriteria Rujukan

1. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid).


2. Tifoid dengan komplikasi.
3. Tifoid dengan komorbid yang berat.
4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan
TATALAKSANA
Prinsip trilogi penatalaksanaan demam tifoid :
■ Pemberian antimikroba
– Kloramfenikol 4 x 500mg/hari bisa oral/i.v
– Amoksilin 50-150mg/kgBB selama 2 mgg
– Kotrimoksazol 480mg, 2x2 tab selama 2 minggu
– Sefalosporin gen. III
o ciprofloxacin 2x500mg selama 6 hari;
o ofloxacin 600mg/hari selama 7 hari,
o ceftriaxone 4gr dlm dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari selama
3-5 hari.
■ Istirahat dan perawatan
– Mencengah komplikasi
■ Terapi penunjang secara simptomatis dan suportif serta diet
PENCEGAHAN
■ Penyediaan sumber air minum
yang baik
■ Penyediaan jamban yang sehat
■ Sosialisasi budaya cuci tangan
■ Sosialisasi budaya merebus air
sampai mendidih sebelum
diminum
■ Pemberantasan lalat
■ Pengawasan pada para penjual
makanan dan minuman
KOMPLIKASI
■ INTESTINAL : perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik
■ KARDIOVASKULAR : syok, miokarditis, trombofeblitis
■ DARAH : anemia hemolitik, trombositopenia,
■ PARU-PARU : pneumonia, empyema, pleuritik
■ HEPAR : hepatitis dan kolelitiasis
■ GINJAL : glomerulonephritis, pielonefritis, perinefritis
■ TULANG : osteomyelitis, spondylitis, artritis
■ NEUROPSIKIATRIK : delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis perifer,

Anda mungkin juga menyukai