Anda di halaman 1dari 46

Rachmat Latief

Risna Halim Mubin

Sub.Divisi Penyakit Tropis & Infeksi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia
 Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat di
daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penyakit akibat virus ini sangat
cepat menyebar yang ditularkan oleh nyamuk, dengan peningkatan 30
kali lipat dalam insiden global selama 50 tahun terakhir
 WHO memperkirakan bahwa 50-100 juta infeksi dengue terjadi setiap
tahun
 Demam dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diastesis hemoragik.
 Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.
 DD dan DBD disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk kedalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106.
 Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue dan
demam berdarah dengue. Keempat
serotipe ditemukan di Indonesia dengan
serotipe terbanyak adalah DEN-3.
Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vektor nyamuk genus
Aedes (terutama A. aegypti dan A.
albopictus). Peningkatan kasus
setiap tahunnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan dengan tersedia-
nya tempat perindukan bagi nyamuk
betina yaitu bejana yang berisi air
jernih (bak mandi, kaleng bekas dan
tempat penampungan air lainnya)
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI .
 Jumlah penderita DBD di Indonesia sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah
kematian 816 orang
 Jumlah kasus penyakit DBD terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 19.663
kasus diikuti oleh Jawa Timur (8.177 kasus), Jawa Tengah (7.088 kasus) dan DKI
Jakarta (6669 kasus)
Riset Kesehatan Dasar 2007.
 Prevalensi tertingi diperoleh pada kelompok umur dewasa muda yaitu 25-34
tahun sebanyak 0,7% dan terendah pada bayi 0,2%.
 Diperkirakan 3,6 miliar orang kini tinggal di daerah tropis dan subtropis di mana
virus dengue berpotensi untuk ditularkan.
 Perkiraan global bervariasi, tetapi memperkirakan 50 juta hingga 200 juta infeksi
dengue,
- 500 000 episode berat dengue (DHF / DSS)
- > 20 000 kematian terkait dengue terjadi setiap tahun.
3 Fase penyakit DBD :
 Fase Febris (berlangsung 2-7 hari)

 Fase Kritis (pada hari ke-4 setelah demam)

 Fase Penyembuhan
 Demam tinggi muncul tiba-tiba
 Gejala penyerta berupa kemerahan, eritem pada kulit,
nyeri pada sendi dan otot, nyeri retro-orbita, fotofobia,
dan nyeri kepala
 Tes Turniket (+)
◦ Ukur tekanan darah sistole dan diastole
◦ (Sistole+Diastole)/2= “x” mmHg
◦ Pertahankan manset pada tekanan “x” selama 5`
◦ Baca di volair lengan bawah (sekitar 1 cm distal
fossa kubiti) pada diameter 28 mm (3 cm)
◦ Bila >20 petiki  positif
28 mm  3 cm
 Demam turun (suhu sekitar 37,5-38 °C)
 Gejala awal kebocoran plasma
 Leukopenia disertai penurunan platelet
 Berlangsung 24-48 jam
 Berlangsung cepat
 Reabsorpsi cairan ekstraseluler
 Pemulihan kondisi pasien
 Recovery rash
Berdasarkan kriteria 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini dipenuhi:

• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
• Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif.
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi),
atau perdarahan dari tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
• Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut:
• Peningkatan hematokrit 20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
• Penurunan 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
• Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, atau
hipoproteinemia.
DD/D Derajat Tanda & Gejala Laboratorium
BD
DD Demam disertai minimal dengan 2 gejala Leukopenia (jumlah leukosit
 Nyeri kepala ≤4000 sel/mm3)
 Nyeri retro-orbital  Trombositopenia (jumlah
 Nyeri otot trombosit <100.000 sel/mm3)
 Nyeri sendi/ tulang  Peningkatan hematokrit (5%-
 Ruam kulit makulopapular 10%)
 Manifestasi perdarahan  Tidak ada bukti perembesan
 Tidak ada tanda perembesan plasma plasma

DBD I Demam dan manifestasi perdarahan (uji


bendung positif) dan tanda perembesan
plasma
DBD II Seperti derajat I ditambah perdarahan
spontan
Trombositopenia <100.000
DBD III Seperti derajat I atau II ditambah kegagalan sel/mm3; peningkatan hematokrit
sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 ≥20%
mmHg, hipotensi, gelisah, diuresis menurun

DBD IV Syok hebat dengan tekanan darah dan nadi


yang tidak terdeteksi
Laboratorium
 Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1
setelah demam .
 Uji serologi IgM dan IgG anti dengue.

Antibodi anti dengue


Diagnosis Keterangan
IgM IgG
Infeksi Primer Positif Negatif
Infeksi Sekunder Positif Positif
Infeksi Lampau Negatif Positif
Apabila klinis
mengarah ke infeksi
Bukan Dengue Negatif Negatif dengue, pada fase
penyembuhan: IgM
dan IgG diulang
Radiologi
 Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas indikasi:

 Distres pernafasan/ sesak

 Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah mencapai 20%-40%
 Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai edema
paru karena overload pemberian cairan.
 Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
 Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding vesika
felea, dan dinding buli-buli.
 Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa
transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
 Muntah yg menetap, tidak mau minum
 Nyeri perut hebat
 Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
 Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi
yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
 Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
 Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
 Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
- Takikardi
- Capillary refill time [< 2 detik)
- Kulit dingin, lembab dan pucat
- Nadi perifer lemah atau hilang
- Perubahan status mental
- Oliguria
~ Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan kontinyu
Ht setelah terapi cairan diberikan
- Tekanan nadi sempit [< 20 mmHg)
- Hipotensi
Laboratorium
 Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1
setelah demam .
 Uji serologi IgM dan IgG anti dengue.

Antibodi anti dengue


Diagnosis Keterangan
IgM IgG
Infeksi Primer Positif Negatif
Infeksi Sekunder Positif Positif
Infeksi Lampau Negatif Positif
Apabila klinis
mengarah ke infeksi
Bukan Dengue Negatif Negatif dengue, pada fase
penyembuhan: IgM
dan IgG diulang
Radiologi
 Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas indikasi:

 Distres pernafasan/ sesak

 Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabilapada perembesan plasma telah mencapai 20%-40%
 Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai edema
paru karena overload pemberian cairan.
 Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
 Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding vesika
felea, dan dinding buli-buli.
 Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa
transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
 Muntah yg menetap, tidak mau minum
 Nyeri perut hebat
 Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
 Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi
yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
 Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
 Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
 Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
- Takikardi
- Capillary refill time [< 2 detik)
- Kulit dingin, lembab dan pucat
- Nadi perifer lemah atau hilang
- Perubahan status mental
- Oliguria
~ Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan kontinyu
Ht setelah terapi cairan diberikan
- Tekanan nadi sempit [< 20 mmHg)
- Hipotensi
 Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala lain
 Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok, serta
mudah dan cepat utk dilakukan
 Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal setiap 2-4 jam
pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.
 Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih sering pada
pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.
 Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien dengan
syok berkepanjangan / cairan yg berlebihan.
INDIKASI UNTUK PULANG
 Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik.

 Nafsu makan telah kembali.

 Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan nadi teratur.

 Diuresis baik.

 Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok.

 Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites.

 Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada umumnya
jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.
 Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
 Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut.
 Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan.
 Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik &
perdarahan hebat (DIC, kegagalan organ multipel).
 Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai.
 Cikungunya
 Malaria
 Demam Tifoid
Pencegahan

Manajemen lingkungan
• Mengurangi habitat vektor

Pengendalian biologis
• Predator
• Larvadisasi dng bakteri
Pengendalian kimiawi
• Insektisida

Partisipasi masyarakat & Individu


• 3M plus
• Losion antinyamuk
• Menghindari gigitan nyamuk
• Kelambu

Anda mungkin juga menyukai