Fase Penyembuhan
Demam tinggi muncul tiba-tiba
Gejala penyerta berupa kemerahan, eritem pada kulit,
nyeri pada sendi dan otot, nyeri retro-orbita, fotofobia,
dan nyeri kepala
Tes Turniket (+)
◦ Ukur tekanan darah sistole dan diastole
◦ (Sistole+Diastole)/2= “x” mmHg
◦ Pertahankan manset pada tekanan “x” selama 5`
◦ Baca di volair lengan bawah (sekitar 1 cm distal
fossa kubiti) pada diameter 28 mm (3 cm)
◦ Bila >20 petiki positif
28 mm 3 cm
Demam turun (suhu sekitar 37,5-38 °C)
Gejala awal kebocoran plasma
Leukopenia disertai penurunan platelet
Berlangsung 24-48 jam
Berlangsung cepat
Reabsorpsi cairan ekstraseluler
Pemulihan kondisi pasien
Recovery rash
Berdasarkan kriteria 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini dipenuhi:
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
• Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif.
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi),
atau perdarahan dari tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
• Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut:
• Peningkatan hematokrit 20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
• Penurunan 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
• Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, atau
hipoproteinemia.
DD/D Derajat Tanda & Gejala Laboratorium
BD
DD Demam disertai minimal dengan 2 gejala Leukopenia (jumlah leukosit
Nyeri kepala ≤4000 sel/mm3)
Nyeri retro-orbital Trombositopenia (jumlah
Nyeri otot trombosit <100.000 sel/mm3)
Nyeri sendi/ tulang Peningkatan hematokrit (5%-
Ruam kulit makulopapular 10%)
Manifestasi perdarahan Tidak ada bukti perembesan
Tidak ada tanda perembesan plasma plasma
Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah mencapai 20%-40%
Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai edema
paru karena overload pemberian cairan.
Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding vesika
felea, dan dinding buli-buli.
Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa
transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
Muntah yg menetap, tidak mau minum
Nyeri perut hebat
Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi
yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
- Takikardi
- Capillary refill time [< 2 detik)
- Kulit dingin, lembab dan pucat
- Nadi perifer lemah atau hilang
- Perubahan status mental
- Oliguria
~ Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan kontinyu
Ht setelah terapi cairan diberikan
- Tekanan nadi sempit [< 20 mmHg)
- Hipotensi
Laboratorium
Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1
setelah demam .
Uji serologi IgM dan IgG anti dengue.
Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabilapada perembesan plasma telah mencapai 20%-40%
Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai edema
paru karena overload pemberian cairan.
Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding vesika
felea, dan dinding buli-buli.
Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa
transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
Muntah yg menetap, tidak mau minum
Nyeri perut hebat
Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi
yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
- Takikardi
- Capillary refill time [< 2 detik)
- Kulit dingin, lembab dan pucat
- Nadi perifer lemah atau hilang
- Perubahan status mental
- Oliguria
~ Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan kontinyu
Ht setelah terapi cairan diberikan
- Tekanan nadi sempit [< 20 mmHg)
- Hipotensi
Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala lain
Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok, serta
mudah dan cepat utk dilakukan
Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal setiap 2-4 jam
pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.
Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih sering pada
pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.
Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien dengan
syok berkepanjangan / cairan yg berlebihan.
INDIKASI UNTUK PULANG
Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik.
Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan nadi teratur.
Diuresis baik.
Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites.
Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada umumnya
jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut.
Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan.
Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik &
perdarahan hebat (DIC, kegagalan organ multipel).
Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai.
Cikungunya
Malaria
Demam Tifoid
Pencegahan
Manajemen lingkungan
• Mengurangi habitat vektor
Pengendalian biologis
• Predator
• Larvadisasi dng bakteri
Pengendalian kimiawi
• Insektisida