Anda di halaman 1dari 57

TRACTUS URINARIUS

Terdiri dari
 Ginjal

 Ureter

 Vesika urinaria

 Urethra
GINJAL
URETER
VESIKA URINARIA
PEMERIKSAAN IMAJING

 UIV
 USG
 CT Scan.
 Arteriografi.
 MRI.
TRAUMA GINJAL

 80 % karena trauma tumpul abdomen.


 8%-10 % nyata secara klinis.
 1%-3% trauma pada a. Renalis.
 Kelainan ginjal sebelumnya, ginjal lebih
rentan terhadap trauma.
 Gejala utama: nyeri pinggang, hematuria,
gejala-gejala syok.
Derajat trauma ginjal berdasar CT Scan

I. Kontusio/hematom subkapsuler
yang tidak meluas dan tanpa
lacerasi.
II. Hematom perirenal yang tidak
meluas atau lacerasi kortek kurang
dari 1 cm, tanpa ekstravasasi urin.
III. Hematom perinefrik lebih luas,
lacerasi lebih dari dari 1 cm, tanpa
ekstravasasi urin.
IV. Laserasi melampaui
corticomedullary junction dan sampai
ke collecting system atau arteri/vena
renalis segmental dengan perdarahan
di dalamnya.
V. Ruptur ginjal/avulsi pedikel ginjal.
INTRAVENOUS PYELOGRAFY

 Hasil yang negatif pada 21-34 %


kasus trauma ginjal dan ureter.
 Kalau (+), sering non spesifik dan
sulit menentukan tingkat beratnya
trauma.
 Tanda non spesifik dari kontusio sampai
crush injury: Penurunan ekskresi media
kontras.
 Kerusakan sistem pielokaliks : Ekstravasasi
kontras .
 Putusnya sistem pielokaliks pada
pelvicouretero junction : ekstravasasi masif
yang tidak disertai injuri parenkim, atau
bila ureter tidak tampak.
 Putusnya a.renalis : tidak tampaknya salah
satu ginjal:.
ULTRASONOGRAFI

 Hematom subkapsuler: hipoekoik.


 Ruptur: diskontinuitas parenkim berupa
pita, sering tidak terdeteksi dengan
USG.
 Putusnya pembuluh darah: tidak dapat
didiagnosis dengan USG.
CT SCAN
 Kontusio tervisualisasi lebih jelas.
 Lokasi dan ukuran laserasi lebih akurat.

 Hematom eksrarenal lebih mudah


dideteksi.
 CT > sensitif dari USG dalam
mengidentifikasi ekstravasasi kontras.
 3 pola dasar yang dapat diperiksa:
kontusio, laserasi dan infark.
 Kontusio: sedikit enhancement pada
pemberian kontras.
 Hematom: intrarenal, subkapsuler,
perirenal, pararenal.
 Laserasi: diskontinuitas jaringan
ginjal.
 Infark: area non perfusi berbentuk
seperti kampak.
Hematom subkapsuler
Laserasi ginjal
Infark
Laserasi sampai ke medula tak sampai
PCS
Laserasi sampai medula
dan PCS
Laserasi ginjal multiple
ANGIOGRAFI
 Jarang digunakan.
 Untuk identifikasi sumber perdarahan
dan sebagai guiding embolisasi.
 Robekan parenkim dan kontusio: area
non perfusi.
 Hematom intrarenal: mendorong
pembuluh darah sekitar.
 Putusnya pembuluh darah: tidak
adanya perfusi.
TRAUMA VESIKA URINARIA

 1,6 % dari trauma tumpul abdomen.


 5,7 % pasien fraktur pevis, mengalami
cedera vesica urinaria.
 Kombinasi ruptur vesika urinaria dan
urethra terjadi pada 15 % kasus.
Trauma Vesika Urinaria

Gejala Klinis :
 Sering tidak spesifik.

 Nyeri suprapubik.

 Ketidakmampuan kencing.

 Hematuria.

 Ileus paralitik, distensi abdomen.

 Cairan bebas intraabdomen.


Trauma Vesika Urinaria

 Trauma tumpul vesika urinaria / blunt


trauma ( 67 – 86 % ).
 Trauma tembus vesika urinaria/
penetrating trauma ( 14 – 33 % ).
Trauma Vesika Urinaria
Trauma tumpul vesika urinaria :
Kontusio : pada mukosa atau muskuler.
Ruptur intraperitoneal : pukulan pada pelvis
atau abdomen bagian bawah, ruptur pada
atap vesika urinaria.
Cedera interstitial : terbatas pada intramural.
Ruptur ekstraperitoneal : bersamaan dengan
fraktur pelvis, robekan pada anterolateral
basis, lesi “contracoup “
Kombinasi ruptur intra dan ekstraperitoneal
Imaging trauma vesika urinaria

 Urografi intravena.
 Sistografi.
 Ultrasonografi ( USG ).
 Computed Tomografi ( CT Scan ).
 Angiografi.
 MRI.
Imaging trauma vesika urinaria

Urografi Intravena:
 Tidak adekuat untuk evaluasi ruptur
vesika urinaria.
 Tekanan vesika urinaria yang terlalu
rendah untuk membuktikan robekan
kecil.
 Akurasi 15 – 25 %.
 Negativ palsu yang tinggi 64 – 84 %.
Imaging trauma vesika urinaria

Sistografi :
 Supaya vesika urinaria terdistensi ,minimal
kontras yang masuk 300 ml, sebaiknya
dibuat foto pos miksi.
 Akurasi 85 – 100 %.
 Negative palsu dapat terjadi pada trauma
tembus. ( karena tertutup hematom atau
mesenterium ).
Imaging trauma vesika urinaria
Ultrasonografi :
 Tidak digunakan secara rutin.
 Diagnosis dengan ultrasonografi tidak
akurat.
 Cairan bebas pada kavum peritoneum.
 Tidak tampak gambaran vesika
urinaria setelah memasukkan cairan ke
vesika urinaria  curiga ruptur vesika
urinaria.
Imaging trauma vesika urinaria

CT SCAN ( CT Sistografi ):
 Metode pemeriksaan terpilih untuk evaluasi
trauma tumpul atau trauma tembus vesika
urinaria.
 Dapat terlihat cairan intraperitoneal maupun
ekstraperitoneal
 Gambaran kurat, cepat dan efektif, dibanding
sistografi konvensional.
Imaging trauma vesika urinaria

Angiografi :
 Jarang digunakan.

 Untuk identifikasi sumber perdarahan


yang tersamar dan sebagai guiding
embolisasi.
MRI :
 Sulit untuk monitoring penderita.

 Hanya memiliki arti kecil untuk evaluasi


cedera vesika urinaria
Ruptur vesika urinaria intra peritoneal

 Ekstravasasi kontras ke kavum


peritoneum.
 Mengalir sekitar kontur usus, menyebar
ke sulkus parakolika, mengumpul di
daerah subfrenik dextra, subhepatika,
inframesokolika dextra-sinistra
Ruptur vesika urinaria ekstraperitoneal

 Ekstravasasi kontras ke jaringan lunak


sekitar (bentuk seperti bulu).
 Kontras menyebar ke dinding abdomen
anterior pada spasium retropubikum,
mengalir ke arah paha.
 Dapat mengumpul di jaringan lemak
anterior m. Psoas, dapat naik secara
retrograd sampai setinggi ginjal.
RUPTUR VESICA URINARIA
EKSTRAPERITONEAL INTRAPERITONEAL
USG

 Untuk menampilkan cairan


perivesika yang abnormal, yang
berhubungan dengan ruptur
vesika urinaria, tetapi tidak untuk
menjelaskan ruptur itu sendiri.
Trauma urethra

– Laki–laki > wanita


– Sering terjadi pada trauma pelvis (± 24%
orang dewasa dengan fraktur pelvis)
– jarang mengancam jiwa pada fase akut
tetapi angka morbiditas jangka panjang ↑
– Striktur urethra  31% – 69% pada
pasien yang mengalami disrupsi pada
bulbous urethra
Trauma urethra

Gejala klinis :
 darah pada meatus, ± 37% - 93% kasus
 distensi bladder disertai ketidakmampuan berkemih
serta hematoma di perineum
 rectal toucher  elevasi / displace dari glandula
prostat (± 34% kasus), tetapi dapat tidak teraba
sebagai akibat hematoma yang mengelilingi prostat
 trias dari fraktur pelvis, darah pada meatus, dan
ketidak-mampuan untuk berkemih adalah diagnostik
dalam mengindikasikan adanya trauma
prostatomembranous urethra.
Trauma urethra

Pemeriksaan radiologis
 Retrograde urethrography  pilihan utama
dalam mendiagnosis
 CT scan  traktus urinarius bagian atas dan
trauma bladder
 MRI  tidak memiliki peran dalam
pencitraan urethra terutama dalam
kasus trauma
 Ultrasonografi  membantu menempatkan
kateter suprapubik
Retrograde urethrography yang normal. Anterior urethra memiliki
kontur yang halus. Panah melengkung memperlihatkan bulbous urethra
yang normal dan berakhir sebagai bagian yang mengerucut pada
bulbomembranous junction. (Panah lurus) memperlihatkan
verumontanum dan prostatic urethra. Kontras dapat terlihat memancar
pada saat memasuki vesika urinaria melalui bladder neck (panah hitam)
Goldman system, klasifikasi trauma urethra berdasarkan
urethrography
Intak tetapi urethra pars posterior meregang (stretching) (tipe I).
(a) Retrograde urethrogram memperlihatkan stretching dari
urethra pars posterior. Terdiagnosis dengan diastasis simfisis
pubis. (b) Memperlihatkan ilustrasi trauma urethra tipe I
Ruptur urethra pars posterior di atas dari urogenital diaphragm akibat trauma
tumpul (tipe II). (a) Tipe II trauma urethra partial. Retrograde urethrogram
memperlihatkan ekstravasasi kontras pada daerah di atas proksimal bulbous
urethra. Namun, kontras masih mengalir melalui lumen prostatic urethra ke
dalam kandung kemih. Terdiagnosis dengan fraktur ramus pubis kiri. (b)
Trauma urethra tipe II komplit. Retrograde urethrogram memperlihatkan
sejumlah besar ekstravasasi kontras tanpa adanya aliran ke dalam prostatic
urethra maupun bladder. Terdiagnosis dengan fraktur ramus pubis. (c)
Memperlihatkan ilustrasi trauma urethra tipe II
Urethra pars posterior ruptur meluas sampai urogenital diaphragm dan
melibatkan bulbous urethra akibat trauma tumpul (tipe III). (a)
Retrograde urethrogram memperlihatkan ekstravasasi kontras pada
membranous urethra (panah). Kontras meluas sampai bagian bawah
dari urogenital diaphragm dan mengelilingi bulbous urethra bagian
proksimal. (b) Memperlihatkan ilustrasi trauma urethra tipe III
Trauma urethra tipe IV akibat trauma tumpul. (a) Retrograde
urethrogram memperlihatkan ekstravasasi ekstraperitoneal
periurethral pada bladder neck (panah). Kandung kemih berbentuk
seperti buah pir, mengindikasikan hematoma perivesica.
Terdiagnosis dengan diastasis simfisis pubis. (b) Memperlihatkan
ilustrasi trauma urethra tipe IV
Retrograde urethrogram pada seorang pria 32-tahun dengan trauma
bagian dasar bladder akibat trauma tumpul (tipe IVa)
memperlihatkan ekstravasasi kontras ekstraperitoneal yang meluas
dari dasar bladder dan mengelilingi urethra bagian proksimal.
Terdiagnosis dengan fraktur rami pubis superior dan inferior
bilateral. (b) Memperlihatkan ilustrasi trauma uretra tipe IVa
Trauma urethra pars anterior akibat trauma tumpul (tipe V) (a)
Retrograde urethrogram memperlihatkan disrupsi komplit dari
bulbous urethra dengan ekstravasasi. (b) Memperlihatkan
ilustrasi trauma urethra tipe V

Anda mungkin juga menyukai