Anda di halaman 1dari 13

Perjanjian Penghindaran Pajak

Berganda (Tax Treaty)


1. Fransiska Delavian W 142150198
2. Haris Setya 142150204
Pengertian dan Perkembangan

Perjanjian
Hukum Pajak
Penghindaran Pajak Pajak Internasional
Internasional
Berganda

Hukum Pajak Internasional adalah hukum pajak nasional yang terdiri dari
kaedah, baik berupa kaedah-kaedah nasional maupun kaedah-kaedah yang
berasal dari traktat antarnegara dan dari prinsip atau kebiasaan yang telah
diterima baik oleh negara-negara di dunia, untuk mengatur soal-soal
perpajakan dan di mana dapat ditunjukan adanya unsur-unsur asing, baik
mengenai subjeknya maupun mengenai objeknya.
Masalah-masalah Pajak Internasional
• Dua negara atau lebih memungut pajak penghasilan atas penghasilan yang
sama
• Seberapa luas dapat dilakukan penghindaran pajak berganda
• Bagaimana usaha bersama untuk memerangi penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak

Dasar Hukum
• Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) diatur dalam Pasal 32A
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 (UU PPh)
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda atau Tax treaty adalah perjanjian
perpajakan antara negara ( dua negara / bilateral ) yang mengatur
mengenai pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau
diterima oleh penduduk dalam salah satu negara atau kedua negara yang
melakukan perjanjian penghindaran pajak berganda tersebut.

Tujuan Tax treaty: agar dapat mencegah timbulnya efek negatif berupa distorsi
dalam perdagangan internasional
• Mencegah timbulnya penghindaran pajak (tax avoidance)
• Memberikan kepastian hukum (certainty)
• Pertukaran Informasi (exchange of information)
• Penyelesaian sengketa di dalam penerapan P3B dalam bentuk mutual agreement
procedures
• Non-diskriminasi
• Bantuan dalam penagihan pajak
Model P3B
• Bahwa hak pemajakan diberikan lebih luas
Model OECD kepada negara domisili

• Hak pemajakan diberikan lebih luas


Model UN kepada negara Sumber atas penghasilan
yang bersumber dari wilayahnya

Dalam perundingan P3B ,Indonesia menggunakan model UN , yang


dimodifikasi dengan ketentuan Pajak Penghasilan yang berlaku di Indonesia
Isi P3B

Terdiri dari 4 bagian :


1. Bagian Pokok, yaitu berisi antara lain ruang lingkup
perjanjian dan pembagian perpajakan
2. Bagian Tambahan, yaitu berisi antara lain metode
penghindaran pajak berganda dan penyelesaian
sengketa pajak.
3. Bagian Penutup, yaitu berisi antara lain saat berlakunya
perjanjian dan saat berakhirnya perjanjian.
4. Bagian Protocol
Kedudukan P3B

Kedudukan tax treaty / P3B adalah tax specialis yaitu


mengatur secara khusus mengenai pembagian hak
pemajakan mengenai obyek pajak tertentu, oleh karena
itu kedudukannya adalah lebih tinggi dibanding dengan
Undang-Undang Pajak Domistik atau Undang-Undang
Pajak Nasional

Sesuai dengan penjelasan UU PPh Pasal 32 A disebutkan


bahwa kedudukan P3B adalah lex spesialis dari UU PPh,
artinya bila terjadi perbedaan pengaturan antara UU PPh
dan Tax Treaty, maka ketentuan dalam tax treaty yang
diberlakukan
Hak Pemajakan
Hak Pemajakan Penuh
1. Laba usaha yang diperoleh dari kegiatan usaha melalui suatu
BUT
2. Penghasilan dari harta tak gerak
3. Capital gain dari penjualan/ pengalihan harta yang dimiliki
BUT
4. Imbalan yang diperoleh dari pekerjaan
5. Imbalan yang diperoleh dari direktur
6. Artis/ atlet
7. Pensiun
8. Penghasilan dari pekerjaan bebas/ profesi yang diperoleh
orang pribadi melalui suatu tempat tetap
9. Capital gain dari penjualan harta tak gerak
Hak Pemajakan Terbatas
 Penghasilan modal berupa dividen, bunga, royalti dan sewa
atas harta

Pelepasan Hak Pemajakan


 Laba usaha yang diperoleh tanpa melalui BUT
 Capital gain dari transportasi internasional
 Capital gain dari penjualan harta tak gerak
 Penghasilan lain lain
Ketentuan-Ketentuan Lain: Metode
Penghindaran Pajak Berganda
Pajak Ganda

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, Objek Pajak adalah


“penghasilan” yaitu tambahan kekmampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh dari Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Indonesia adalah penganut world-wide income. Apabila terjadi transaksi yang


membuahkan penghasilan di kedua negara , timbulah persinggungan hak
pemajakan (overlapping taxing rights) antar kedua negara tersebut yang
mengakibatkan munculnya pengenaan pajak berganda atas penghasilan
tersebut.
Pendekatan yang umumnya dilakukan dalam hal
Ode
terjadinya Pajak Ganda
• Pendekatan Secara Sepihak
• Pendekatan Bilateral

Metode Penghindaran Pajak Berganda

• Metode Pembebasan Penuh


• Metode Pembebasan Progresif
• Metode Pengkreditan Penuh
• Metode Pengkreditan Terbatas
• Metode fiktif
 Dengan adanya Perjanjian, Penghidaran Pajak Berganda
antara Indonesia dengan negara lain, maka tarip PPh Pasal
26 terhadap orang atau badan sebagai wajib pajak luar
negeri yang negaranya mengadakan Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda dengan Indonesia maka hak
pemajakan negara Indonesia dapat :

 Mengenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif penuh yaitu tarif


sebesar 20 %.
 Mengenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif terbatas yaitu
misalnya dengan tarif sebesar 10 %.
 Mengenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarip 0 % yaitu
Indonesia melepas hak pemajakan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas
penghasilan orang atau, badan sebagai wajib pajak luar negeri yang
negaranya mengadakan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.
Nondiskriminasi
Berlaku terhadap BUT pada persetujuan yang beroperasi di negara lain
termasuk perusahaan penanam modal di negara yang bersangkutan

Tata Cara Persetujuan Bersama


Mengatur tentang batas waktu penyampaian masalah yang diduga tidak sesuai
dengan P3B

Secara otomatis
Petukaran Informasi
(di bidang perpajakan)
Atas dasar permintaan

Anda mungkin juga menyukai