Anda di halaman 1dari 47

PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK

DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

oleh:
Dr. Ir. Subandi, M.Sc
Direktur Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak
BAPPENAS

Disampaikan pada Workshop Kabupaten/Kota Layak Anak,


Diselenggarakan oleh Kementerian PP dan PA, di Bekasi, 14 Desember 2009
Outline
I. Konsep Kota Layak Anak
> Pembangunan Anak
> Definisi KLA
> Konsep KLA

I. Mengapa Diperlukan Kota Layak Anak


> Landasan Kebijakan pembangunan Anak
> Permasalahan Pembangunan Anak

I. Bagaimana Mewujudkan Kota Layak Anak


Pembangunan Perlindungan Anak dalam
RPJMN 2010-2014

2
Bagian I
KONSEP KOTA LAYAK ANAK

3
PEMBANGUNAN ANAK
Anak
 aset bangsa
 merupakan potensi kekayaan dan kesejahteraan
bangsa di masa depan
Anak  kualitas sumber daya manusia
 indikator utama keberhasilan suatu bangsa dalam
melakukan pembangunan, yang dimulai sejak usia
dini
Upaya melakukan pembangunan anak
 dimulai sejak dalam kandungan, dan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
anak
4
PEMBANGUNAN ANAK

“Bagaimana suatu bangsa


memberikan prioritas kepada
pembangunan anak
menunjukkan apakah bangsa
tersebut adalah bangsa yang
visioner”

5
DEFINISI KOTA LAYAK ANAK
Penerapan atas sistem good governance dari suatu pemerintah daerah
dalam memenuhi hak anak

Anak yang hidup dalam komunitas KLA dapat terpenuhi hak-haknya :

 Memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan


 Dapat berpartisipasi dalam kehidupan keluarga, komunitas, dan sosial
 Dapat mengekspresikan pendapatnya untuk kota yang mereka inginkan
 Dapat minum air yang sehat dan mengakses sanitasi yang layak
 Dapat berkontribusi dalam kebijakan pembangunan kotanya Terlindungi
dari eksploitasi, kekerasan, dan perlakuan salah
 Dapat berjalan dengan aman di jalan-jalan di kotanya
 Dapat bertemu dengan teman-temannya dan bermain
 Dapat menikmati ruang hijau
 Tinggal dalam lingkungan yang unpolluted
 Dapat berpartisipasi dalam events sosial dan budaya
 Mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama tanpa membedakan
suku, agama, pendapatan, gender, atau ketidakmampuan fisik (disability)
6
KONSEP “KOTA LAYAK ANAK”
Komitmen tentang “anak” tersebut,
selama ini masih bersifat “sektoral”

KLA adalah upaya untuk


“mengintegrasikan” komitmen
sektoral tersebut dengan “lebih
membumi” dan bersifat “holistik” ke
dalam dimensi “spasial”
7
Bagian II
MENGAPA DIPERLUKAN
KOTA LAYAK ANAK ?

8
KEBIJAKAN YANG MELANDASI
PEMBANGUNAN ANAK
Di Tingkat Nasional, a.l.:
UU 17/2007 RPJPN 2005-2025
Peraturan Presiden 7/2005 RPJMN 2004-2009
Peraturan Presiden 39/2005 RKP 2006
Peraturan Presiden 19/2006 RKP 2007
Peraturan Presiden 18/2007 RKP 2008
Peraturan Presiden 38/2008 RKP 2009
Peraturan Presiden 21/2009 RKP 2010
UU 23/2002 Perlindungan Anak
Rancangan Draft RPJMN 2010-2014

Di Tingkat Internasional, a.l:


Convention on the Rights of the Child (CRC)
World Fit for Children (WFC)
Millennium Development Goals (MDGs), dll 9
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN ANAK
* Kesejahteraan anak yang masih rendah
 Kualitas pendidikan anak
 Kualitas kesehatan dan gizi anak

* Perlindungan anak yang belum optimal


 Hukum
 Ketenagakerjaan
 Lainnya

* Infrastruktur bagi tumbuh kembang anak yang


belum memadai
10
Kualitas Pendidikan Anak
1. Masih rendahnya kualitas pendidikan dan
kualitas hasil didikan
– Walaupun pendidikan dasar sudah hampir merata dan dapat
dinikmati oleh seluruh penduduk usia sekolah dasar, namun
kualitas pendidikan (pengajar, sarana dan prasarana) masih
relatif rendah.
– Masih rendahnya partisipasi sekolah pada pendidikan di atas
jenjang pendidikan dasar menunjukkan bahwa kualitas
pendidikan mayoritas anak Indonesia baru mencapai kualitas
pendidikan dasar. Hal ini akan mempengaruhi potret kualitas
angkatan kerja Indonesia di masa depan yang masih
didominasi oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian,
profesionalisme, dan daya manajerial relatif rendah.
11
Kualitas Pendidikan Anak (lanjutan)
2. Masih relatif rendahnya partisipasi
sekolah anak pada jenjang pendidikan
SLTP ke atas
– Angka partisipasi sekolah yang masih relatif
rendah, terutama pada penduduk usia 13 tahun ke
atas.
– Remaja yang memiliki kualitas dan keahlian relatif
tinggi untuk dapat masuk dunia kerja pada level
manajerial/profesional, masih sangat terbatas.

12
Kualitas Pendidikan Anak (lanjutan)
3. Masih adanya kesenjangan gender pada pendidikan
– Ada kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
gabungan angka partisipasi kasar SD s/d SMA. Gabungan APK SD
s/d SMA pada perempuan masih lebih rendah dari pada laki-laki.
– Terdapat kesenjangan gender berdasarkan rata-rata angka putus
sekolah di tingkat SD, di tingkat SMP, maupun tingkat SMA. Angka
rata-rata putus sekolah laki-laki justru lebih tinggi dari pada
perempuan di tingkat SD dan SMP. Hal ini diperkirakan karena
lebih banyak anak laki-laki yang harus putus sekolah untuk
mencari nafkah.
– Faktor ekonomi keluarga sangat mempengaruhi partisipasi sekolah
seorang anak. Data menunjukkan bahwa persentase anak putus
sekolah pada kelompok anak dengan orang tua yang
berpenghasilan “tinggi” relatif rendah.

13
Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD, 2004-2008
60
50,62
50 48,32
45,63
40
39,09 42,34
30

20
10

0
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Depdiknas

14
APS Menurut Kelompok Usia Sekolah, 2000-2007
120,00
95,50 95,61 96,11 96,42 96,77 97,14 97,39 97,60
100,00

80,00 84,08 84,26


79,35 79,27 81,01 83,49 84,02
79,58
60,00

53,48 53,92 54,61


40,00 51,17 49,18 49,89 50,97 53,86

20,00

0,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun

Sumber: Susenas

15
Perkembangan Angka Partisipasi Pendidikan Menurut Jenjang
Pendidikan, 2004-2008
100 94,1 94,3 94,5 94,9 96,2
95,1
88,7 92,5
80 85,2
81,2
60 56,2 60,5 64,3
49,0 52,2
40

20 14,6 15,0 16,7 17,3


17,6

2004 2005 2006 2007 2008


APM SD/MI/Paket A APK SMP/MTs/Paket B
APK SMA/SMK/MA/Paket C APK PT/PTA

Sumber : Depdiknas, 2009


16
Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Terpilah Jenis Kelamin
2007/2008
140,00

120,00

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
APK SD+MI APK SMP+MTs APK SM APM SD+MI APM SMP+MTs APM SM

Laki-laki Perempuan

Sumber : Depdiknas

17
PENDIDIKAN 2005 - 2025
Kohort Siswa Per Angkatan
100%

90%

80%

70%

60%
PERSEN

50%

40%

Kohort masuk SD th 2015


30%
Kohort masuk SD th 2010 SisBaru
SM Lulusan
Kohort masuk SD th 2005
20% SM
Kohort masuk SD th 2000 SisBaru Lulusan
SMP/MTs SMP/MTs
Kohort masuk SD th 1995 Masuk
10% Lulusan PT
Kohort masuk SD th 1990
SD/MI
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
GRADE (KELAS YANG DITAMATKAN)

Sumber: Draft Proyeksi RPJP Bidang Pendidikan, BAPPENAS – Depdiknas - Depag 18


KOHOR PENDIDIKAN TERTINGGI YANG PERNAH DIIKUTI OLEH PENDUDUK USIA 13-15 TAHUN
MENURUT STATUS EKONOMI KELUARGA, TAHUN 2007
100
94.2
92.8
90
86.7

80 78.6
79.5
70

61.6
60

50
Lulus SD/MI
40

30
masih terjadi kesenjangan tingkat Kelas 1 SMP/MTs
pendidikan antarkelompok
20
masyarakat.

10

0
1 2 3 4 5 6 Lulus SD/MI 7
Quintile 1 Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5 Rata-rata

19
KOHOR PENDIDIKAN TERTINGGI YANG PERNAH DIIKUTI OLEH PENDUDUK USIA 16 - 18 TAHUN
MENURUT STATUS EKONOMI KELUARGA, TAHUN 2007

100
93.9
91.2
93.5
90
82.2
89.9
78.7
80
77.9
70 70.4
Lulus SD/MI
58.3
60
54.5
50 Kls I
SMP/MTs
50.8
40 Kesenjangan semakin
Lulus
besar terutama pada SMP/MTs

30
jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. 27.1
20
Kls I SM
10

0
1 2 3 4 5 6 Lulus SD/MI 7 8 9 Lulus 10
SMP/MTs

Quintile 1 Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5 Rata-rata


20
Alasan Penduduk yang Tidak Bersekolah
Menurut Kelompok Usia Tahun 2007 (persen)

No. Alasan 7-12 Th 13-15 Th 16-18 Th 19-24 Th

1 Tidak ada biaya 35,78 59,12 58,95 49,31


2 Bekerja/mencari nafkah 1,51 4,51 9,03 16,93
3 Menikah/mengurus rumah tangga 0,10 0,72 3,37 8,09
4 Tidak diterima 0,60 0,44 0,30 0,33
5 Sekolah jauh 4,61 3,27 2,27 1,59
6 Merasa pendidikan cukup 0,52 3,37 6,57 11,10
7 Cacat 6,83 2,35 1,13 0,64
8 Menunggu pengumuman 7,69 5,20 3,01 0,83
10 Lainnya 42,38 21,03 15,36 11,18
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : diolah dari data Susenas 2007

Alasan utama penduduk tidak bersekolah adalah tidak ada biaya.

21
Gabungan Angka Partisipasi Kasar Jenjang Pendidikan Dasar s/d Pendidikan Tinggi,
Menurut Jenis Kelamin, Tahun 1999-2005

72
70 70
70 69
68
68 67
66
66 65
67 67
64 65
64 64
62 63
60 61
58

56
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Perempuan Laki-laki

Sumber : HDR 2001-2007/2008 22


Persentase Putus Sekolah Terpilah Jenis Kelamin
2007/2008
7,00
6,05
6,00
5,00
5,00 4,33

4,00 3,31 3,31 3,27


3,02
3,00 2,25
2,00

1,00

0,00
SD+MI SMP+MTs SMA+MA SMK

Laki-laki Perempuan

Sumber : Depdiknas 23
Kualitas Kesehatan dan Gizi Anak
1. Masih rendahnya kualitas kesehatan anak
– Masih tingginya angka kematian bayi dan angka
kematian balita, baik di tingkat nasional maupun
antarprovinsi.
– Belum maksimalnya persentase anak yang diimunisasi
campak masih belum maksimal. Pada tahun 2003
sebesar 71,6%, hanya meningkat menjadi sebesar
76,4% pada tahun 2007.
– Masih rendahnya persentase cakupan imunisasi lengkap
pada anak usia 12-23 bulan. Pada tahun 2007 hanya
sebesar 58,6 persen

24
Kualitas Kesehatan dan Gizi Anak
2. Masih rendahnya kualitas gizi anak
– Kualitas gizi pada anak akan sangat
mempengaruhi tingkat kecerdasan dan
produktivitas anak.
– Terjadi penurunan persentase gizi buruk dan
gizi kurang dari tahun 2005 ke tahun 2007.

25
Angka Kematian Bayi

120
Kematian per 1.000 kelahiran hidup

90
68
57
60
46 Target MDG
2015
35 34
26
30
Target 23
Target
RPJMN 2009
RPJMN 2014

0
1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012 2015
AKB RPJMN 2014 Linear (AKB MDG)

Sumber : SDKI 1991-2007

26
Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
Tahun 1991-2007
100 91
81
80 68
57 58
60
46 46 44
35 34
40

20

0
1991 1994 1997 2002-2003 2007
AKB AKBa

Sumber: SDKI 1991-2007

27
Cakupan imunisasi juga cenderung meningkat,
namun peningkatannya belum optimal
Proporsi anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi
campak
%
100 Target nasional
76,4 90
80 70,9 71,6
62,5
57,5
60

40

20

0
1990 1995 2000 2005 2010 2015

Sumber: SDKI 1991, 1994,1997, 2002-2003, dan 2007

28
Persentase Cakupan Imunisasi Lengkap Pada Anak Usia 12-23 Bulan
Per Provinsi Tahun 2007

Yogyakarta 93.8
Sulut 76.1
Jateng 74.7
Bali
Masih terjadi
72.2
Jakarta 71.5
Kaltim
Lampung
69.2
67
disparitas cakupan
Jatim 64.8 imunisasi
antarwilayah.
Sultra 64.1
Jabar 63.9
Kepri 62.5
Sumbar 60.2
Babel 59.3
Indonesia 58.6
NTB 55.7
Gorontalo 55.2 Terbaik adalah
Sulsel 55.1
Bengkulu 54.9 Provinsi DIY yang
Sumsel
Sulbar
54.6
53
mencapai 93,8%,
Kalsel 50.8 sedangkan Terendah
Sulteng 50.3
Kalbar 50.1 adalah Provinsi
NTT 45.7
44.8
Papua Barat dengan
Jambi
Kalteng 42.2 23,7% dan NAD
Riau 41.4
Maluku 39.7
dengan 26,8%.
Banten 37.4
Malut 37.1
Papua 32.6
Sumut 32.6
NAD 26.8
Papua Barat 23.7

Sumber: SDKI 2007 29


Status gizi
Kekurangan Gizi pada Balita
40.0 37.5
35.5

31.6
31.2
29.5
30.0 28.3 28.2 28.0
26.4
27.3 27.5 Target RPJM
26.1
24.6
Persen

20.0 19.8 19.6


19.0 19.3 19.2 19.2 18.4
20.0 18.3
17.1

13.0
11.6
10.5
10.0 8.3 8.6 8.8
7.2
8.1 7.5 8.0 Target MDG
6.3 6.3
5.4

0.0
1989 1992 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2007
Gizi Buruk Gizi Kurang

Ket: data terakhir yang tersedia tahun 2005. Angka terbaru (2007) diharapkan diperolah pada akhir tahun
2008. Susenas, berbagai tahun
30
Prevalensi Status Gizi Anak di Bawah Lima Tahun,
Berat Badan Menurut Umur
90,0
77,2 76,3 78,2
80,0
70,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0 13,0 13,3 12,7
5,4 5,8 5,0 4,3 4,6 4,0
10,0
0,0
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

Total Laki-laki Perempuan

Sumber: Depkes, Riskesdas 2007


31
Prevalensi Status Gizi Anak di Bawah Lima Tahun,
Tinggi Badan Menurut Umur
70,0 63,2 62,3 64,2

60,0

50,0

40,0

30,0
18,8 18,0 19,6 18,1 17,9 17,9
20,0

10,0

0,0
Total Laki-laki Perempuan

Sangat Pendek Pendek Normal

Sumber: Depkes, Riskesdas 2007


32
Prevalensi Status Gizi Anak di Bawah Lima Tahun,
Berat Badan Menurut Tinggi Badan

80,0 74,1 73,2 75,1

70,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0 12,2 12,6 11,8
6,2 6,6 5,8 7,4 7,6 7,3
10,0
0,0
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
Total Laki-laki Perempuan

Sumber: Depkes, Riskesdas 2007


33
PERLINDUNGAN ANAK
 Belum optimalnya upaya keluarga dan pemerintah dalam
memberikan perlindungan bagi anak
 Jumlah anak usia dini (0-6 tahun) : 29,3 juta (12,8% persen) namun
hanya 50,62% anak yang mengenyam pendidikan usia dini (Depdiknas,
2008).
 Masih tingginya jumlah pekerja anak, terutama di perdesaan. 35%
dari 2,6 juta pembantu rumah tangga (PRT) adalah anak-anak,
khususnya anak perempuan, dengan rata-rata jumlah jam kerja 25-45
jam/minggu (KNPP, 2006).
 Masih tingginya jumlah anak yang belum mendapatkan akta kelahiran
(57,18 %).
 Prevalensi kekerasan terhadap anak : 7,6% (4 juta anak
mengalami kekerasan setiap tahun-Susenas, 2006).
 Terdapat 319 anak dari 1.384 korban perdagangan orang (2004-
Maret 2008-Bareskrim POLRI).
 Masih banyak anak-anak pengungsi korban konflik atau bencana
alam yang belum memperoleh hak-hak dasar.

34
Infrastruktur bagi Tumbuh
Kembang Anak
 Belum memadainya infrastruktur yang ada
– Taman/ruang bermain yang aman dan nyaman
– Sarana dan prasarana bagi tumbuh kembang anak, seperti:
perpustakaan, alat permainan edukatif, fasilitas: kegamaan,
olahraga, kesenian, dll
– Sanitasi dan lingkungan

35
Kondisi Ruang Kelas Tahun 2007/2008
Kondisi Ruang Kelas  Sarana dan Prasarana Pendidikan
Baik Rusak Rusak
Ringan Berat Masih banyak ruang kelas dengan kondisi
rusak ringan/berat, dan masih kurangnya
SD/MI 52,1 % 24,9 % 23 %
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah
SMP/MTs 79,9 % 14,3 % 5,8 %
SMA/SMK 89,9 % 7,4 % 2,7 %

Sarana dan Prasarana Sekolah Tahun 2008

Sarana dan Prasarana Sekolah


Perpustakaan Laboratorium Laboratorium Laboratorium Laboratorium
Multimedia IPA IPA Lengkap Komputer
SD/MI 32 % 19 % na na na
SMP/MTs 63 % 48 % 71 % na 48 %
SMA Negeri 80 % 80 % na 80 % na
SMA Swasta 60 % 50 % 55 % na na
SMK 90 % 75 % na na na

36
Proporsi RT dengan Sanitasi yang Layak

70
60 51,2 54,92 57,25
47,76 49,13 48,52 45,81
46,26
50
37,82 40,13
40 30,95 33,44
28,47 29,37 30,96 30
30
20 27,64
24,82
18,54 20,29 18,09
10 15,49 15,29 16,17
0
2000 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008

Total Perdesaan Perkotaan

Sumber: MDGs, BPS

37
Bagian III
BAGAIMANA MEWUJUDKAN
KOTA LAYAK ANAK

38
KLA  Didasarkan pada konsep
pembangunan yang peduli/ramah anak

– Perlunya perubahan pendekatan pembangunan


menjadi peduli/ramah anak
– Upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
anak diintegrasikan ke dalam seluruh kebijakan/
program/kegiatan pembangunan yang terkait, dalam
dimensi “KOTA”
– “KOTA” diartikan juga termasuk kabupaten (dan
termasuk kecamatan/kelurahan/desa)
– Tahap perencanaan memegang peran kunci !
39
Pembangunan Perlindungan Anak
dalam RPJMN 2010-2014

A. Kesehatan Anak
B. Pendidikan Anak
C. Perlindungan Anak
D. Kelembagaan

40
Kegiatan Prioritas bidang kesehatan, a.l:
1. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak
2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Komunitas
3. Pembinaan Gizi Masyarakat
4. Pembinaan Surveilans Epidemiologi, Imunisasi,
Kesehatan Matra, Karantina Kesehatan dan Kesehatan
Haji
5. Pengendalian Penyakit Menular Langsung
6. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
7. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Jiwa
8. Peningkatan Kualitas Jasmani Peserta Didik dan
Pengembangan Sekolah Sehat serta Peningkatan Tata
Kelola dan Akuntabilitas Kualitas Jasmani
9. Penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja
10. Pembinaan ketahanan keluarga
11. Pengelolaan intelegensia kesehatan

41
Kegiatan Prioritas bidang pendidikan, a.l:
1. Peningkatan Akses dan Mutu TK dan SD
2. Penyediaan BOS SD/SDLB
3. Peningkatan Akses dan Mutu SMP
4. Penyediaan BOS SMP/SMPLB
5. Peningkatan Akses, Mutu dan Relevansi SMK
6. Peningkatan Akses dan Mutu SMA
7. Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Khusus (PK) dan
Pendidikan Layanan Khusus (PLK)
8. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
9. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan
10. Penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan
11. Peningkatan Akses Dan Mutu Madrasah
12. Penyediaan Bantuan BOS bagi Jenjang Pendidikan Dasar
13. Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja
14. Pencegahan pemuda dari bahaya NAPZA dan HIV/AIDS
42
Kegiatan Prioritas bidang perlindungan
anak, a.l:
1. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak
2. Pembinaan Gizi Masyarakat
3. Peningkatan perlindungan pekerja
perempuan dan pekerja anak
4. Penarikan pekerja anak dari bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk untuk anak
5. Pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan
sosial anak
6. Perumusan Kebijakan dan Penanggulangan
Krisis dan Masalah Kesehatan

43
Kegiatan Prioritas Kelembagaan
Perlindungan Anak, a.l:
1. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan pemenuhan hak pendidikan anak
2. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan pemenuhan hak kesehatan anak
3. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan pemenuhan partisipasi anak
4. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan lingkungan yang layak untuk anak
5. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan pengembangan kabupaten/kota
layak anak (KLA)
6. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penghapusan kekerasan pada
anak
7. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan tentang masalah sosial anak
8. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan untuk anak berhadapan dengan
hukum
9. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan bagi anak yang berkebutuhan
khusus
10. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan hak sipil anak
11. Pengawasan pelaksanaan perlindungan anak
12. Koordinasi penyusunan perencanaan program dan angaran
13. Pengembangan sistem managemen data dan informasi

44
PERWUJUDAN KOTA LAYAK ANAK
DAPAT MENGGUNAKAN
INDIKATOR-INDIKATOR RPJMN 2010-2014
SEBAGAI LANDASAN PERWUJUDAN
“KOTA LAYAK ANAK”

1. PENDIDIKAN
2. KESEHATAN DAN GIZI ANAK  KOTA
3. PERLINDUNGAN
4. KELEMBAGAAN

45
PERWUJUDAN KOTA LAYAK ANAK

TAHAP PERENCANAAN
TAHAP PELAKSANAAN
TAHAP PEMANTAUAN
TAHAP EVALUASI
Di tingkat nasional
Di tingkat provinsi
Di tingkat kabupaten/kota

WHO does WHAT harus jelas


Terintegrasi dalam RPJMD Kab/Kota
46
47

Anda mungkin juga menyukai