Anda di halaman 1dari 24

IDDAH RUJU’DAN NAFKAH

A. IDDAH
Menurut bahasa dari kata “al-’udd” dan “al-
ihsha” yang berarti bilangan atau hitungan,
misalnya bilangan harta atau hari jika
dihitung satu persatu dan jumlah
keseluruhan.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya bilangan beberapa bulan
disisi Allah sebanyak dua belas bulan (At-
Taubah ayat 36).
Iddah wanita berarti hari-hari kesucian wanita
dan pengkabungannya terhadap suami.
Istilah fuqaa iddah adalah :
masa menunggu wanita sehingga halal bagi
suami lain
Hukum Iddah
adalah wajib, dasarnya :
1. Al-Qur’an
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.(
Q.S.Al-Baqarah ayat 228).
2. Sunnah
Hikmah disyariatkan Iddah
Fuqaha mengemukakan :
a. Mengetahui kebebasan rahim dari
percampuran nasab
b. Memberikan kesempatan suami agar dapat
introspeksi diri dan kembali kepada istri yang
tercerai
c. Berkabungnya wanita yang ditinggal meninggal
suami untuk memenuhi dan menghormati
perasaan keluarganya.
d. Mengagungkan urusan nikah,
Macam-Macam Iddah
1. Iddah Sampai Kelahiran Kandungan
Firman Allah :
“Dan perempuan-perempuan yang hamil,
waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya” (QS. Ath-Thalaq
ayat 4).
2. Iddah Beberapa Kali Suci
Yaitu iddah setiap perpisahan dalam hidup
bukan sebab kematian, jika wanita itu
masih haidh. Firman Allah Surat Al-
Baqarah ayat 228
3. Iddah dengan Beberapa Bulan
Kondisi wafatnya suami, barang siapa yang
meninggal suaminya setelah nikah
yang shahih walaupun
dalam iddah dari talak raj’i
iddahnya 4 bulan 10 hari :
Firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 234 :
Orang-orang yang meninggal dunia
diantaramu dengan meninggalkan istri-
istri (hendaklah para istri itu)
menangguhkan dirinya.
B. RUJUK
Suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan
oleh seorang suami setelah menjatuhkan talak
terhadap istrinya, baik melalui ucapan yang
jelas atau melalui perbuatan, dengan tujuan
kembali kedalam ikatan pernikahan.Rujuk
berarti kembali
Rujuk dengan ucapan bisa dilakukan oleh suami
dengan berkata kepada istri yang ditalaknya:
“Saya kembali kepadamu (rujuk kepadamu )
Tata Cara Pelaksanaan Rujuk
1. Rujuk dilakukan dalam masa idah istri ada
talak raj’i.
2. Rujuk hanya dilakukan pada masa idah dan
tidak boleh dikaitkan dengan masa yang
datang (taklik).
3. Untuk rujuk tidak disyaratkan pemberitahuan
sebelumnya kepada istri, termasuk keridaan
istri.
4. Rujuk tidak akan gugur hukumnya atau akan
hilang ketentuannya karena merupakan hak
dan ketentuannya karena merupakan hak dan
ketentuan bagi suaminya.
5. Dianjurkan ada saksi waktu pelaksanaan
rujuk.
Hukum Rujuk
1. Jaiz (boleh)
2. Sunah/mandub, jika si suami berkeinginan untuk
memperbaiki kembali hubungan yang telah retak
dengan istrinya.
3. Wajib, apabila pembagian waktu belum
disempurnakan oleh suami kepada salah satu istrinya.
4. Makruh, jika setelah dipertimbangkan oleh suami
maka perceraian adalah jalan yang terbaik untuk
dilakukan.
5. Haram, jika suami punya maksud menyakiti istrinya,
baik secara terang-terangan atau terselubung.
Hal-hal Yang harus diperhatikan dalam masalah rujuk antara
lain :
1. Tidak ada hukuman(had) seperti had zina bagi suami
istri dalam masa idah.
2. Idah istri habis kalau suami telah merujuknya dan
selama suami tidak melakukan talak
setelahnya
3. Seseorang yang sedang ihram dalam ibadah haji
boleh merujuk istrinya
4. Wanita yang ditalak raj’i oleh suaminya masih
berada dalam status istri selama masa
idahnya masih ada dan masing-masing saling
mewarisi
5. Nafkah selama talak raj’I masih ditanggung oleh suami.
C. NAFKAH
Secara bahasa nafkah artinya sesuatu yang
dibelanjakan sehingga habis tidak tersisa.
Sedangkan secara istilah syari’at artinya;
mencukupi kebutuhan siapapun yang
ditanggungnya, baik berupa makanan,
minuman pakaian, atau tempat tinggal
KEWAJIBAN MEMBERI NAFKAH
1. Kewajiban menafkahi sebab pernikahan
Seorang laki- laki jika menikahi seorang
wanita, maka wajib baginya memberinya
nafkah, hal ini didasari oleh beberapa hal:
Allah berfirman:
’‘Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya dengan cara
yang ma’ruf.’’ (QS.Al-Baqarah 228)
Ibnu Katsir berkata,’’maksudnya, para istri mempunyai
hak diberi nafkah oleh suaminya yang seimbang
dengan hak suami yang diberikan oleh istrinya, maka
hendaklah masing- masing menunaikan kewajibannya
dengan cara yang makruf, dan hal itu mencakup
kewajiban suami memberi nafkah istrinya,
sebagaimana hak- hak lainnya .’’ (Tafsir al-Qur’anil
Adhim 1/272)

- Rasulullah bersabda;
’‘Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki
dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu
sekalian (wahai para suami).’’ (HR. Muslim 2137).
- Para ulama bersepakat atas kewajiban seorang
suami memberi nafkah istrinya, seperti yang
dikatakan oleh Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm,
Ibnu Qudamah dan lainnya
Catatan: Tidak menjadi suatu kewajiban
seorang suami, jika sang istri menolak, atau
keluarga wanita tersebut menghalangi sang
suami untuk mendekati dan berhubungan
dengan istrinya, hal itu lantaran kewajiban
suami memberi nafkah sebagai timbal- balik
dari manfaat yang diberikan sang istri
Kadar besaran nafkah
Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa ukuran yang
wajib diberikan sebagai nafkah adalah yang makruf/
yang patut atau wajar, sedangkan mayoritas pengikut
madzhab Hanafi, Maliki, dan Hambali, mereka
membatasi yang wajib adalah yang sekiranya cukup
untuk kebutuhan sehari- hari, dan kecukupan itu
berbeda- beda menurut perbedaan kondisi suami dan
istri, kemudian hakim-lah yang memutuskan perkara
jika ada perselisihan , Hal ini dedasari oleh firman Allah
’‘Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma’ruf, Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.’’
(QS.al-Baqarah 233)
Kadar nafkah untuk kecukupan keluarga dalam
kehidupan sehari- hari dengan cara yang wajar
telah ditegaskan oleh Rasulullah, ketika Hindun
binti Itbah melaporkan yang suaminya yang
sangat kikir, beliau bersabda;
’‘Ambil-lah nafkah yang cukup untukmu dan
anak- anakmu dengan cara yang wajar.’’
(HR.Bukhori )
Besaran nafkah tergantung kondisi suami atau
istri?
Para ulama berbeda pendapat tentang besaran
nafkah yang harus diberikan suami kepada
istrinya;
Pendapat pertama: Besaran nafkah harus dilihat kondisi sang
istri, ini adalah madzhab maliki, berdasarkan firman Allah;
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada ’‘
para ibu dengan cara ma’ruf, Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya.’’ (QS.al-
Baqarah 233)

Pendapat kedua: besaran nafkah harus dilihat kondisi sang


suami, ini adalah riwayat madzhab hanafi dan Syafii yang
lebih terkenal, dan hal ini didasari oleh firman-Nya
’‘Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya.’’(QS. ath-Thalaq [65]: 7)
Gugur kewajiban menafkahi istri yang durhaka
Nusyuz dalam kata lain durhaka, adalah
sebab gugurnya kewajiban suami terhadap
istrinya dalam hal nafkah, apabila istri
durhaka, tidak menaati suaminya dan tidak
menuruti keinginan suaminya dalam hal yang
bukan kemaksiatan, maka gugurlah kewajiban
suami untuk memberi nafkah istrinya sampai
sang istri kembali ta’at kepada suaminya.

Anda mungkin juga menyukai