Anda di halaman 1dari 40

SURVEILAINS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS POASIA PERIODE


JANUARI 2015 – AGUSTUS 2018

Yuliana Putri Lestari


K1A1 12 101
Amaliah Nur Azizah
K1A1 13 005

PEMBIMBING

dr. ARIMASWATI, M.Sc


.
Pendahuluan
Menurut World Health Organization (WHO),
Tuberkulosis (TB) merupakan salah Indonesia merupakan negara dengan kasus TB
satu penyakit yang telah lama terbesar ketiga di dunia, setelah Cina dan India.
dikenal dan sampai saat masih Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar
menjadi masalah kesehatan 300 orang per hari dan terjadi >100.000 kematian per
tahun
masyarakat di dunia dan penyebab
kematian di dunia, terutama di
Pada tahun 2007 bahwa Indonesia penderita TB Paru yaitu sekitar
negara-negara berkembang 528 ribu. Pada tahun 2009 terdapat sekitar 9,4 juta penderita kasus
termasuk Indonesia TB Paru secara global. Di lihat secara prevalensinya TB Paru di dunia
mencapai 14 juta kasus atau sama dengan 200 kasus per 100.000
penduduk. Pada tahun 2011 terdapat 8,7 juta orang jatuh sakit
karena TB dan 1,4 juta meninggal karena TB. Lebih dari 95% kematian
akibat TB Paru terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah, sedangkan laporan WHO pada tahun 2009 dan 2010,
mencatat peringkat Indonesia menurun dibawah India, Cina, Afrika
Selatan, dan Nigeria
Tujuan

Product A Product B
• Feature 1 tuberkulosis di • Feature 1
UMUM

KHUSUS
•untuk mendapatkan gambaran •Untuk mengetahui distribusi penyakit
epidemiologis penyakit Tuberkulosis menurut waktu (time),
Puskesmas Poasia selama tiga tempat (place), dan orang (person), di

• Feature 2pelaksanaan
setengah tahun terakhir serta
informasi mengenai
program surveilans di Puskesmas
•JanuariFeature
Puskesmas Poasia Kota Kendari
periode 2
2015-Agustus 2018.
•Untuk mengetahui gambaran proses

• Feature
Poasia Kota Kendari
3 • yaituFeature
pengamatan, 3
pelaksanaan surveilans penyakit
tuberkulosis
pencatatan, pengolahan dan analisis
data penyakit di Puskesmas Poasia
Kota Kendari.
•Untuk mengetahui gambaran atribut
surveilans yaitu kesederhanaan
(simplicity), fleksibilitas (flexibility), dan
ketepatan waktu (timeliness) dalam
sistem surveilans penyakit tuberkulosis
di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Manfaat
Praktis Ilmiah Mahasiswa

Dapat memberikan informasi Aplikasi ilmu dan pengalaman


bagi pihak instansi Dinas berharga serta dapat
Kesehatan Kota Kendari dan menambah wawasan ilmiah
puskesmas Poasia sebagai dan pengetahuan penulis
dapat menjadi sumbangan
pedoman dalam memberikan tentang penyakit tuberkulosis.
ilmiah dan memperkaya
prioritas perencanaan program Menambah ilmu pengetahuan
khasanah ilmu pengetahuan
dan menentukan arah kebijakan dan pengalaman khususnya
serta merupakan bahan acuan
dalam upaya pencegahan dan dalam mengadakan praktik
bagi penyusun selanjutnya.
penanggulangan penyakit surveilans yang selanjutnya
tuberkulosis. mengaplikasikan teori yang
diperoleh dengan melihat
keadaan yang sebenarnya di
lapangan
Tuberkulosis Paru
• penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
jenis mycobacterium tuberculosis
• Cara penularan : sebagian besar melalui inhalasi basil
yang mengandung droplet nuclei yang khususnya didapat
dari penderita paru yang batuk berdahak atau batuk
berdarah, bersin, berbicara
• Klasifikasi :
• BTA (+) , BTA (-)
• Kasus Baru, Kasus Relaps, Kasus Gagal, Kasus
Drop out, Kasus Kronik/persisten
Gejala Repiratorik
Gejala Sistemik
Pemeriksaan Penunjang

• Dahak : SPS
• Radiologik ( foto thoraks PA)
• Lesi TB aktif : bayangan berawan / nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
bawah, kavitas, bercak milier, serta efusi pleura
• Lesi TB inaktif : fibrotik, kalsifikasi dan schwarte atau
penebalan pleura
Tatalaksana
• Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah Rifampisin (R), INH (H), Pirazinamid (Z),
Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) yaitu Kanamisin,
Amikasin dan Kuinolon. Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam
klavulanat. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain Kapreomisin,
Sikloserino PAS (dulu tersedia), Derivat rifampisin dan INH serta Thioamides (ethionamide dan
prothionamide).
• Kat. 1 (2RHZE/4H3R3) ; Pasien baru

BB (Kg) Tahap Intensif/hr ( 56 hr) Tahap Lanjt.3x 1 mgg


RHZE (150/75/400/275) (16 mgg) RH 150/150
30-37 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT
38-54 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT
55-70 4 tab 4 KDT 4 tab 2KDT
≥ 71 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT
Tatalaksana
Kat. 2 (2RHZES/RHZE/5H3R3E3) ; Pasien Kambuh, gagal, default

BB Tahap Intensif/hr ( 56 hr) Tahap Lanjt.3x 1 mgg (16


(Kg) RHZE (150/75/400/275) + S mgg) RH 150/150 + E 400
56 hr 28 hr 20 mgg
30-37 2 tab 4 KDT + S 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab E
500 mg Inj.
38-54 3 tab 4 KDT + S 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab E
750 mg Inj.
55-70 4 tab 4 KDT + S 4 tab 4 KDT 4 tab 2KDT + 4 tab E
1000 mg Inj.
≥ 71 5 tab 4 KDT + S 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT+ 5 tab E
1000 mg Inj.
SURVEILANS
Surveilans
• proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara
sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan (WHO 2004)
• proses pengamatan berbagai masalah yang berkaitan dengan suatu
program secara terus menerus melalui kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematis serta
penyebarluasan informasi kepada unit terkait yang membutuhkan dalam
rangka pengambilan tindakan (DEPKES RI 2011)
• surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit
atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien
(PERMENKES RI no. 45 th 2014)
Tujuan
Menyediakan
informasi untuk
Memonitor,
menentukan Menitoring
mengevaluasi, dan
Memprediksi dan prioritas program kecenderungan
memperbaiki Mengidentifikasi
mendeteksi secara intervensi, (trend) penyakit
program kebutuhan riset dan
dini terjadinya pengambilan endemis dan
pencegahan, investigasi lebih
epidemi/wabah kebijakan, mengestimasi
pengendalian lanjut
(outbreak). perencanaan, dampak penyakit di
penyakit, dan
implementasi, dan masa datang.
masalah kesehatan
alokasi sumber daya
kesehatan.
Manfaat
Mempelajari pola kejadian penyakit potensial pada populasi sehingga
dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di
populasi.
• Identifikasi dan perhitungan tren dan pola penyakit.
• Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan
tempat.Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya.
• Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi.
• Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis.
• Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologisnya.
• Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan
pelayanan kesehatan.
• Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas
sasaran program pada tahap perencanaan.
Sumber data Data kondisi
lingkungan
Data kesakitan
( unit pelayanan Data hewan & vektor
kesehatan & sumber penular Studi epidemiologi
masyarakat.) penyakit (unit dan hasil
pelayanan kesehatan penelitian lainnya.
& masyarakat)

Data kematian
Data laboratorium
(unit pelayanan
(unit pelayanan
kesehatan + lap.
kesehatan &
kantor pemerintah
masyarakat)
& masyarakat)

Laporan hasil
Laporan kondisi
penyelidikan kasus
pangan
perorangan

Data demografi
Data geografi
(unit statistik
(unit meteorologi &
kependudukan &
geofisika) Laporan
masyarakat)
Laporan wabah penyelidikan
wabah/KLB.
Atribut Surveilans
Acceptability
Simplicity Fleksibility
(kemampuan untuk
(kesederhanaan) (fleksibilitas)
diterima)

Predictive value
Sensitivity Representativeness
positive (positif
(Sensitivitas) (kerepresentatifan)
prediktif value)

Timeliness Data quality


Stability (stabilitas)
(ketepatan waktu) (kualitas data)
Alur
Metodologi
Jenis Pengamatan

• Deskriptif
• Pengamatan bertujuan menggambarkan
distribusi & frekuensi kejadian penyakit
menurut waktu, tempat dan orang.
Pengumpulan Data
• deskriptif.
Jenis • Pengamatan deskriptif merupakan pengamatan
yang bertujuan untuk menggambarkan distribusi
pengamatan dan frekuensi kejadian penyakit menurut waktu,
tempat dan orang.

• Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap


Metode petugas surveilans penyakit Tuberkulosis di
Puskesmas Poasia kota Kendari periode Januari
pengumpulan 2015-Agustus 2018 dan informasi dari profil
Puskesmas yang selanjutnya dikompilasi
Jenis data

primer sekunder Gambaran distribusi penyakit


TB menurut karakteristik
waktu, tempat dan orang yang
Data yang dikumpulkan dan diperoleh dari instansi terkait
diolah sendiri dengan obyek penelitian yakni
laporan STP, dan buku register
TB (TB 03) pada periode
Januari 2015-Agustus 2018

Membaca berbagai literatur


Wawancara terhadap petugas dari media cetak dan internet
surveilans untuk mendapatkan yang berkaitan dengan
informasi mengenai penelitian penyakit TB.
pelaksanaan surveilans Data-data yang diperoleh dari
penyakit tuberkulosis di puskesmas kemudian
Puskesmas Poasia. ditabulasi sehingga menjadi
lebih informatif.
Sampel & Informan
• Sampel pada kegiatan ini adalah seluruh data
surveilans penyakit Tuberkulosis di Puskesmas
Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018.
• Informan responden dalam kegiatan penelitian
ini adalah petugas surveilans, dan petugas
puskesmas yang diberi wewenang untuk
manangani penyakit TB di Puskesmas Poasia
Pengolahan Data
SPSS (Statistical Package for
Social Science) Disajikan dalam bentuk tabel, grafik
Hasil dan narasi yang menjelaskan kejadian
penyakit TB yang dihubungkan dengan
waktu, tempat, dan orang melalui
Microsoft Excel.
Analisis Data
Analisis statistik deskriptif (univariat) dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase pada variabel yang diteliti dalam penelitian seperti untuk mengetahui
gambaran karakteristik responden menurut waktu, tempat, dan orang penyakit TB
di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018.
Waktu & Lokasi Pengamatan

Puskesmas Poasia
3 hari bagian unit surveilans khususnya pada
pada tanggal 18– 20 September tahun Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
2018. Puskesmas (SP2TP) dan pencatatan khusus
lainnya.
Hasil & Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi
– Sebelah Utara
berbatasan dengan Teluk
Kendari
– Sebelah Timur
berbatasan dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175Ha atau 44.75.
Kecamatan Abeli KM2 atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4
Kelurahan definitif, yaitu Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna
– Sebelah Selatan luas 1.275 Ha, Anggoeya luas 1.400 Ha dan Matabubu luas 300
berbatasan dengan Ha. Dengan 82 RW/RK. Tingkat kepadatan penduduk 49
orang/m2, dengan tingkat kepadatan hunian rumah rata-rata 5
Kecamatan Moramo orang/rumah, dengan jumlah penduduk di wilayah kerja
– Sebelah Barat Puskesmas Poasia pada tahun 2017 sebanyak 32.528 jiwa yang
berbatasan dengan tersebar di 5 wilayah kelurahan.
Kecamatan Kambu.
EPIDEMIOLOGI TB PKM POASIA
Menurut Bulan

2015 : > Agustus dan November sebesar 12,7%


< Januari, Maret dan April sebesar 5,1% (4 kasus)
2016 : > April dan Desember sebesar 14,0% (12 kasus)
< September sebesar 3,5% (3 kasus)
2017 : > Juli dan November sebesar 14,1% (11 kasus)
< Februari dan Oktober dengan persentase 3,8% (3 kasus)
2018 : > Agustus sebesar 25,6% (11 kasus)
< Maret dan Mei yaitu 9,3% (4 kasus)

Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Bulan


di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018
EPIDEMIOLOGI TB PKM POASIA
Menurut Tahun

Berdasarkan data fluktuasi yang terjadi dari tahun


ketahun tidak terlalu jauh berbeda. Fluktuasi kasus
tuberkulosis bisa saja terjadi disetiap tahunnya
dikarenakan beberapa faktor misalnya, tingkat kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan dirinya ke pelayanan
kesehatan karena menggunakan Jaminan Kesehatan
Nasional serta kualitas sistem surveilans di Puskesmas.

Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan


Tahun di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-
Agustus 2018
EPIDEMIOLOGI TB PKM POASIA

kebanyakan penderita berasal dari Kelurahan


Andounohu karena letak distribusi penduduk
di Kelurahan Andounohu lebih banyak
disbanding dengan kelurahan lain. Kelurahan
Wundumbatu merupakan pemekaran dari
kelurahan Rahandouna pertengahan tahun
2016, sehingga data masyarakat yang berobat
di Puskesmas Poasia kemungkinan masih
menggunakan alamat kelurahan sebelumnya.
Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkulosis di
Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus
2018
EPIDEMIOLOGI TB PKM POASIA
Menurut umur

Insiden tertinggi penyakit tuberkulosis


adalah pada usia dewasa muda di Indonesia
diperkirakan 75% penderita tuberkulosis
adalah pada kelompok usia produktif. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa kelompok usia 15-
44 tahun mempunyai mobilitas yang tinggi
sehingga kemungkinan terpapar kuman TB
pun meningkat. Tinggi infeksi di kelompok
usia 15-55 tahun ini juga bisa dikaitkan
dengan peningkatan kegiatan diluar
ruangan, kepadatan penduduk di sebagian
Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan
Kelompok Umur di Puskesmas Poasia periode
besar pemukiman dan kurangnya higiene
Januari 2015-Agustus 2018 personal
EPIDEMIOLOGI TB PKM POASIA

Banyaknya jumlah kejadian TB paru yang


terjadi pada laki-laki disebabkan karena laki-
laki memiliki mobilitas yang tinggi daripada
perempuan sehingga kemungkinan untuk
terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan
seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol
dapat memudahkan laki-laki terinfeksi TB
paru

Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Jenis


Kelamin di Puskesmas Poasia periode Januari
2015-Agustus 2018
Pengumpulan/ Pencatatan Data
aktif dan pasif
• aktif : mencari orang yang berisiko TB dan mencatat penderita
tuberkulosis yang ditemukan di lapangan
• pasif : mencatat pasien penderita tuberkulosis yang datang berkunjung ke
Puskesmas Poasia melalui register rawat jalan.
Data kejadian penyakit tuberkulosis di puskesmas Poasia dicatat dalam buku
register rawat jalan penyakit setelah dilakukan pemeriksaan/diagnosa terlebih
dahulu oleh dokter di ruang pemeriksaan. Pencatatan dilakukan oleh petugas
yang berada dalam ruang pemeriksaan dan secara manual (tanpa
komputerisasi). Dalam pencatatan penderita penyakit tuberkulosis ini dicatat
dalam form khusus TB.
Pengolahan Data
• STP-Pus harian bersumber dari register rawat jalan di Puskesmas
• untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data
• analisis bulanan terhadap tuberkulosis di daerahnya dalam bentuk tabel
menurut kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, jika
sudah tiga kali kunjungan dimasukkan kedalam kasus lama, kemudian
menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai
pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem
kewaspadaan dini TB di Puskesmas.
• Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita
TB, maka Kepala Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan
menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebulan sekali.
Analisis dan Interpretasi Data

• Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas


Surveilans dan petugaspemegang program TB,
Kegiatan analisis tidak dilakukan di Puskesmas
Poasia. Petugas pemegang program TB hanya
menyetor data mentah yang berupa buku Register
TB 03. Kegiatan analisis untuk penyakit tuberculosis
dilakukan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota
Kendari
Penyebarluasan Data

• Data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Poasia


dilaporkan menggunakan form khusus buku register
TB (TB 03).
• Pelaporan dilakukan sebelum tanggal 5 setiap 3
bulan sekali
• Diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota Kendari.
Evaluasi

• Kegiatan Evaluasi di Puskesmas Poasia tidak berjalan


sebagaimana mestinya, karena evaluasi yang
dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui berapa
jumlah kejadian tuberkulosis di wilayah kerja
puskesmas. Adapun kegiatan evaluasi yang lainnya
mengenai penyakit tuberkulosis dilakukan dalam
bentuk kegiatan Mini lokakarya tiap bulan.
Gambaran Evaluasi Atribut Sistem Surveilans

Kesederhanaan

• sederhana dan mudah dioperasikan


• register TB (TB 03)
• nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat,
pemeriksaan contoh uji, hasil akhir pengobatan dan
kolaborasi kegiatan TB-HIV.
Gambaran Evaluasi Atribut Sistem Surveilans

Fleksibilitas

• dapat menyesuaikan diri dengan perubahan informasi yang


dibutuhkan atau situasi pelaksanaan tanpa disertai peningkatan
yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga dan waktu
• Puskesmas Poasia : tidak pernah ada perubahan format pelaporan
dalam sistem surveilans tuberkulosis karena Dinas Kesehatan telah
menetapkan format pelaporan Penyakit Menular (PM) termasuk
penyakit tuberkulosis, sehingga petugas surveilans telah
menyesuaikan diri dengan format pelaporan yang ada.
Gambaran Evaluasi Atribut Sistem Surveilans

Ketepatan Waktu

• Dipengaruhi oleh kecepatan atau keterlambatan


proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
• Puskesmas Poasia : cukup baik, karena laporan
dilaporkan secara rutin setiap bulan sekali pada saat
Mini Lokakarya.
Penutup
• tahun 2015 distribusi penyakit TB dengan persentase terbesar terjadi pada bulan Agustus
dan November
• Kel. Andonuhu merupakan kelurahan dengan penyakit TB terbesar di Kec. POASIA
• jumlah penderita TB pada tahun 2015 paling banyak terdapat pada kelompok umur 45-54
Simpulan tahun

• Kepada petugas surveilans diharapkan agar melakukan pengamatan, pencatatan dan


pelaporan secara lengkap dan akurat agar data yang dikumpulkan mengenai distribusi
penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu lebih baik
• Dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas Poasia diharapkan ada penambahan jumlah
Saran fasilitas penginputan data (komputer) agar lebih mempermudah dalam menganalisis data

Anda mungkin juga menyukai