Anda di halaman 1dari 28

HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

 CINDY SHADILA (1602030096)


 JULIYANTI (1602030008)
 MIA AYUDYANTHI (1602030064)
 NANDO DERMAWAN SINULINGGA (1602030124)
TAKSONOMI BLOOM

Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk
mengklasifikasidan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Dalam pendididikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan


pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan
secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
Bloom".
Maka dapat disimpulkan bahwa taksonomi bloom adalah susunan
bertingkat yang mengidentifikasikan keterampilan berfikir mulai dari
jenjang yang rendah hingga yang jenjang tinggi.

Secara garis besar, tujuan pendidikan dibagi dalam 3 domain yang


masing-masing domain mempunyai sub-tujuan sendiri-sendiri. 3 domain
dalam tujuan pendidikan tersebut adalah:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)


Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah kognitif menggolongkan dan
mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan
yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan
mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam
perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya.
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini
terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori
1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan
Intelektual (kategori 2-6).

a. Pengetahuan ( Knowledge ).
b. Pemahaman ( Comprehension ).
c. Aplikasi ( Application ).
d. Analisis ( Analysis ).
e. Sintesis ( Synthesis ).
f. Evaluasi ( Evaluation )
Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan
David Krathwol.

a. Penerimaan ( Receiving/Attending ).
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.

b. Tanggapan ( Responding ).
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
c. Penghargaan ( Valuing ).
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada
internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke
dalam tingkah laku.

d. Pengorganisasian ( Organization )
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Value Complex)


Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor).
Psychomotor Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin,dan lain-lain.
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat Bloom.

a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

b. Kesiapan (Set).
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

c. Merespon (Guided Response).


Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme ( Mechanism ).
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.

e. Respon Tampak yang Kompleks ( Complex Overt Response ).


Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks.

f. Penyesuaian ( Adaptation ).
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam
berbagai situasi.

g. Penciptaan ( Origination ).
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau
permasalahan tertentu.
Kecuali sebagai sistem klasifikasi sasaran belajar, Taksonomi Bloom
digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi petanyaan
yang diajukan guru kepada siswa. Biasanya kebanyakan pertanyaan ada
pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang memberikan
tantangan bagi siswa yang berbakat. Dengan mengembangkan keterampilan
untuk mengajukan pertanyaan pada setiap tingkat dari taksonomi, guru
merangsang siswa untuk lebih menggunkan kemampuan kognitif mereka dan
mengembangkan keterampilan berfikir tinggi. Siswa memerlukan latihan dan
kesempatan untuk belajar berpikir dengan cara yang efektif.Jika guru belajar
untuk nengajukan pertanyaan yang lebih baik, siswa juga akan
mengembangkan kemampuan mereka dibidang ini.Mula – mula guru dapat
menggunakan catatan dengan pertanyaan pada setiap tingkat Taksonomi
Bloom untuk bahan yang di ajarkan.Setelah memperaktekan hal ini untuk
waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan dan tingkat sulit lagi bagi guru.
Tetapi jika mau yakin bahwa pertanyaan yang diajukan mencakup keenam
tingkat pemikiran,guru dapat menggunakan tape recorder selama mengajar
untuk kemudian dapat mengklasifikasi pertanyaan sesuai dengan keenam
tingkat taksonomi.
MANFAAT PENGGUNAAN TAKSONOMI BlOOM

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Salah


seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi
Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun
2001 dengan nama “Revisi Taksonomi Bloom”. Dalam revisi ini ada
perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan
terendah ke yang lebih tinggi. Perbedaannya yaitu, sebagai berikut:
Perubahan terjadi pada level 1 yang semula sebagai “knowledge”
(pengetahuan) berubah menjadi “remembering” (mengingat). Perubahan
terjadi juga pada level 2, yaitu “comprehension” yang dipertegas menjadi
“understanding” (paham, memahami). Level 3 diubah sebutan dari
“application” menjadi “applying” (menerapkan). Level 4 juga diubah sebutan
dari “analysis” menjadi “analysing” (menganalisis). Perubahan mendasar
terletak pada level 5 dan 6. “Evaluation” versi lama diubah posisinya dari
level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan sebutan dari “evaluation”
menjadi “evaluating” (menilai). Level 5 lama, yaitu “synthesis” (pemaduan)
hilang, tampaknya dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan
perubahan mendasar, yaitu dengan nama “creating” (mencipta).
KEMAMPUAN MATEMATIKA
Dalam NCTM 2000, di Amerika, disebutkan bahwa terdapat lima
kemampuan dasar matematika yang merupakan standar yakni pemecahan
masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof),
komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi
(representation). Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM
di atas, maka dalam tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan
dalam Kurikulum 2006 yang dikeluarkan Depdiknas pada hakekatnya
meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya
dalam memecahkan masalah, (2) penalaran, (3) pemecahan masalah, (4)
komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. Dalam kedua dokumen
tersebut, kemampuan koneksi matematik merupakan kemampuan yang
strategis yang menjadi tujuan pembelajaran matematika. Standar Kurikulum
di China tahun 2006 untuk sekolah dasar dan menengah juga menekankan
pentingnya koneksi matematik dalam bentuk aplikasi matematika, koneksi
antara matematika dengan kehidupan nyata, dan penyinergian matematika
dengan pelajaran lain.
Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Problem Solving (Pemecahan Masalah)


Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu
dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi problem
solving dalam matematika memiliki kekhasan tersendiri. Secara garis
besar terdapat tiga macam interpretasi istilah problem solving dalam
pembelajaran matematika, yaitu (1) problem solving sebagai tujuan (as
a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process), dan (3)
problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill).
(Sumardyono, 2010)
a. Problem solving sebagai tujuan (problem solving as a goal)
Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada
pendidikan matematika seringkali menetapkan problem solving sebagai
salah satu tujuan pembelajaran matematika. Bila problem solving ditetapkan
atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada
soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi
matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa
pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems)
merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar matematika.

b. Problem solving sebagai proses (problem solving as a process)


Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses
yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai
proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang
baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah
metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah.
c. Problem solving sebagai keterampilan dasar (problem solving
as a basic skill

Ketiga problem solving sebagai keterampilan dasar (basic skill).


Problem solving merupakan suatu keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh siswa. Apalagi kompetensi yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan global semakin meningkat, salah satunya
kemampuan memecahkan masalah.
Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika
Tujuan utama dari penggunaan Problem Solving adalah
mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara
tepat. Adapun tujuan spesifik Problem Solving dalam matematika
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan minat siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah
dan meningkatkan kemampuan mereka memecahkan msalah.
2. Mengembangkan kemampuan konsep diri siswa sesuai dengan
kemampuan untuk memecahkan masalah.
3. Membuat siswa tanggap dengan strategi-strategi Problem-solving.
4. Membuat siswa tanggap dengan nilai-nilai pendekatan masalah
dalam cara yang sistematis.
5. Membuat siswa dapat menyelesaikan masalah dalam lebih dari satu
cara.
6. Mengembangkan kemampuan siswa untuk memilih strategi
penyelesaian yang sesuai..
7. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengimplementasikan
strategi penyelesaian secara akurat.
8. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memperoleh jawaban yang
lebih tepat dari permsalahan.
PENALARAN

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-


hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh
tidak benar. Disinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima
data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum
jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran
untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan.
Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut
proposisi.

Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses


berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang
menuju kepada suatu kesimpulan.
Ciri – Ciri Penalaran

• Dilakukan dengan sadar.


• Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.
• Sistematis.
• Terarah, bertujuan.
• Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan
atau sikap yang baru.
• Sadar tujuan.
• Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori
yang telah diperoleh.
• Pola pemikiran tertentu.
• Sifat empiris rasional.
Metode Penalaran
Dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif :
 Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari
peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan empiric dan berakhir pada
suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum.Dalam
hal ini panalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.

Contoh:Ani bersekolah dengan memakai seragam merah puti karena


masih ,Anton Bersekolah dengan memaki seragam merah putih
karena dia masih SD.
Kesimpulan:Semua siswa yang masih SD memaki seragam merah
putih saat bersekolah

 Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal
pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat lebih khusus.
KOMUNIKASI MATEMATIKA
kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya
melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan
kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang
materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus,
atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam
peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara
pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.

Menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran:


(1) Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi
matematika;
(2) Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian
dalam eksplorasi dan investigasi matematika;
(3) Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk
memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat,
menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.
KONEKSI MATEMATIKA
Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, dalam hal ini
koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan antara konsep-
konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika
itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan
bidang lain, baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.

Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (1989:146) yaitu
modeling connections dan mathematical connections. Modeling
connections merupakan hubungan antara situasi masalah yang muncul di
dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi
matematiknya, sedangkan mathematical connections adalah hubungan
antara dua representasi yang ekuiva len, dan antara proses penyelesaian
dari masing-masing representasi. Siswa hendaknya memiliki kesempatan
untuk mengamati keterkaitan matematika dengan mata pelajaran lain dan
kehidupan sehari- hari. Untuk memenuhinya, guru matematika harus
melibatkan guru mata pelajaran lain untuk berpartisipasi aktif dalam
mengeksplorasi ide-ide/konsep matematik melalui permasalahan yang
muncul dalam pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Koneksi matematik (Mathematical Connections) merupakan
kegiatan yang meliputi:

1. Mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan


prosedur.
2. Memahami hubungan antar topik matematik.
3. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau
kehidupan sehari-hari.
4. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.
5. Mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang
ekuivalen.
6. Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar
topic matematika dengan topik lain.
Tujuan koneksi matematika antara lain :
1. Siswa mengenal dan menggunakan keterkaitan antara ide –
ide matematika
2. Siswa mampu memahami ide – ide matematika yang saling
berkaitan
3. Siswa mampu membangun pengetahuan yang koheren
4. Siswa mampu mengenal dan menerapkan matematika dalam
konteks diluar matematika.
Manfaat koneksi matematika yaitu :

1. Suatu topik dapat diciptakan dengan topik lain, dengan cara


mengembangkan lebih lanjut atau menggunakan pada topik lain,
misalnya : bilangan dapat digunakan dalam pengukuran panjang
sehingga panjang dua buah benda atau lebih dapat dijumlahkan

2. Topik – topik pada bidang kajian lain dapat disusun berdasarkan


teori matematika tertentu, misalnya : matematika ekonomi atau
matematika teknik

3. Koneksi atau keterkaitan matematika dalam kehidupan sehari – hari


dapat berbentuk pemecahan masalah sehari – hari matematika.
Contoh sederhana : tugas polisi diperempatan jalan sangat
membantu polisi dengan hadirnya lampu stopan diperempatan jalan,
lampu tersebut menggunakan teori logika matematika
REPRESENTASI
Menurut NCTM (dalam Teacher Professional Development and
Classroom Resaurces Across the Curriculum), representasi membantu
menggambarkan, menjelaskan, atau memperluas ide matematika dengan
berfokus pada fitur-fitur pentingnya. Representasi meliputi simbol,
persamaan, kata-kata, gambar, table, grafik, objek manipulatif, dan
tindakan serta mental, cara internal berpikir tentang ide matematika.
Representasi adalah alat berpikir yang kuat, namun bagi banyak siswa,
kekuatan ini tidak dapat diakses kecuali mereka menerima bimbingan
terarah dalam mengembangkan repertoar mereka.
Semakin banyak terlibat belajar matematika, siswa dapat memperluas
pemahaman ide matematika atau hubungan dengan berpindah dari satu
jenis representasi ke representasi yang berbeda dari hubungan yang
sama. Ini adalah salah satu alasan bahwa penting bagi siswa untuk
menggunakan berbagai bahan manipulatif, yang selanjutnya berkaitan
dengan metode untuk memecahkan masalah. Melalui proses ini, siswa
dapat bergerak dari representasi informal ke representasi formal, bahkan
abstrak.
Vergnaud (dalam Syarifah Fadillah) menyatakan representasi merupakan
unsur yang penting dalam teori belajar mengajar matematika, tidak hanya
karena pemakaian sistem simbol yang juga penting dalam matematik dan
kaya akan kalimat dan kata, beragam dan universal, tetapi juga untuk dua
alasan penting yakni: (1) matematika mempunyai peranan penting dalam
mengkonseptualisasi dunia nyata; (2) matematika membuat homomorphis
yang luas yang merupakan penurunan dari struktur hal-hal lain yang
pokok. Penjelasan kedua alasan di atas yakni matematika merupakan hal
yang abstrak, maka untuk mempermudah dan memperjelas dalam
penyelesaian masalah matematika, representasi sangat berperan, yaitu
untuk mengubah ide abstrak menjadi konsep yang nyata, misalkan
dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik dan lain-lain. Selain itu
matematika memberikan gambaran yang luas dalam hal analogi konsep
dari berbagai topik yang ada. Dengan demikian diharapkan bahwa
bilamana siswa memiliki akses ke representasi-representasi dan
gagasan-gagasan yang mereka tampilkan, maka mereka memiliki
sekumpulan alat yang secara signifikan siap memperluas kapasitas
mereka dalam berpikir secara matematis (NCTM, 2000).
Menurut NCTM (dalam dalam Principle and Standard for Mathematics
Education, program pembelajaran matematika sebaiknya menekankan
pada representasi matematis untuk membantu perkembangan pemahaman
matematis sehingga siswa mampu:

1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat,


dan mengomunikasikan ide-ide.

2. Mengembangkan suatu bentuk perwujudan dari representasi


matematis yang dapat digunakan dengan tujuan tertentu, secara fleksibel
dan tepat

3. Mengomunikasikan representasi untuk memodelkan dan


menginterpretasikan fenomena fisik, social, dan matematis.
Beberapa manfaat atau nilai tambah yang diperoleh guru atau siswa
sebagai hasil pembelajaran yang melibatkan representasi matematik
adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang menekankan representasi akan


menyediakan suatu konteks yang kaya untuk pembelajaran guru.
2. Meningkatkan pemahaman siswa
3. Menjadikan representasi sebagai alat konseptual
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan
representasi matematik dengan koneksi sebagai alat pemecahan
masalah
5. Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya miskonseps
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai