Anda di halaman 1dari 38

Morbus Hansen

Morbus Hansen
Sinonim : Kusta, Leprosy

Definisi :
Peny inf kronik

Disebabkan : Mycobacterium leprae

Saraf perifer, kulit, mukosa tr. resp atas


organ lain, kec : saraf pusat
Epidemiologi

Terdapat diberbagai belahan dunia


Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan
subtropis
Masyarakat sosial ekonomi rendah
Indonesia berada diperingkat ke-3 dunia
Banyak pada usia muda dan produktif (tertinggi
22-35 tahun)
Laki-laki > perempuan
ETIOLOGI

Mycobacterium leprae
Basil tahan asam dan alkohol
Positif gram
Ukuran 3 – 8 Um x 0,5 Um
Hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang
besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sistem
retikuloendotelial
Tumbuh dengan baik pada jar. yang lebih dingin
PATOGENESIS

 Kuman masuk ke dalam tubuh biasanya melalui


sistem pernapasan  tubuh bereaksi
mengeluarkan makrofag  berimgrasi ke jaringan
saraf dan masuk ke dalam sel Schwann  keadaan
bakteri tergantung pada SIS
SIS tinggi  tipe PB
SIS rendah  tipe MB
 Respon imun tiba-tiba berubah baik setelah
pengobatan atau karena status imunologi reaksi
lepra.
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

 Pembesaran saraf : saraf aurikula, ulna, radial kutaneus,


perroneus superfisial, sural, dan saraf tibia posterior.
 Kelainan sensori pada lesi
 Kelumpuhan saraf disertai hilangnya fungsi sensori dan motorik
(kelemahan dan/atau atrofi): N. Fasialis ditandai dengan
lagoftalmus, N. Trigeminus dengan anestesi kulit wajah, kornea
dan konjungtiva, N. Ulnaris dan N. Medianus dengan clawing
hand, kelumpuhan N. Radialis dengan wrist drop, N. Popliteal
lateralis dengan foot drop, N. Tibialis posterior dengan claw toes
dan anestesi telapak kaki, disertai dengan kontraktur.
 Gangguan sensori Stocking-glove.
 Anhidrosis:keterkaitan sistem saraf simpati.
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

 Keluhan:
– bercak pada kulit yang mati rasa, rasa tebal, kesemutan, kelemahan
otot-otot dan kulit kering akibat gangguan pengeluaran kelenjar
keringat.
 Lesi yang paling sering:
– makula hipopigmentasi (68%)
– plak (26%)
– nodul (6%)
– Lepromatous: multipel lesi,
– IL and TL: satu lesi.
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

Ridley & Jopling : TT, BT, BB, BL dan LL

Madrid : Tuberkuloid, Borderline, Lepromatosa

WHO : Pausibasiler : TT, BT, I


Multibasiler : BB, BL, LL
Gejala Klinik Kusta Tipe Pausibasiler (PB)

Sifat Tuberkuloid (TT) Borderline Tuberkuloid (BT) Indeterminate (I)


.
Lesi: Bentuk Makula saja, Makula dibatasi infiltrate, Hanya macula
dibatasi infiltrate. infiltrate saja.
Jumlah Satu Beberapa atau satu Satu atau beberapa
Distribusi Asimetris Masih asimetris Variasi
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak berkilat
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau tidak jelas
Anestesi Jelas Jelas Tak ada sampai tak jelas
BTA: Lesi Hampir selalu Negative atau hanya 1+ Biasanya negative
kulit negatif
Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah atau
negative
Gejala Klinik Kusta Tipe Multibasiler (MB)
Sifat Lepromatosa (LL) Borderline Lepromatosa (BL) Mid Borderline (BB)
Lesi: Bentuk Makula, infiltrate Makula, palakt, papul. Plakat, dome-shaped (kubah),
difus,papul, nodus punched-out
Jumlah Tidak terhitung, praktis Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung, kulit sehat
tidak ada kulit sehat kulit sehat jelas ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesi Tidak ada sampai tidak Tak jelas Lebih jelas
jelas
BTA: Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negative Negative
Tes lepromin Negative Negative Biasanya negatif
Gejala Kerusakan saraf:

 N. ulnaris: anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis, clawing
kelingking dan jari manis, atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot
lumbrikalis medial.
 N. medianus: anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah, tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah,
ibu jari kontraktur, atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral.
 N. radialis: anestesia dorsum manus, serta ujumg proksimal jari telunjuk, wrist
drop, tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan.
 N. poplitea lateralis: anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis,
foot drop, kelemahan otot peroneus.
 N. tibialis posterior: anestesia telapak kaki, claw toes, paralisis otot intristik kaki
dan kolaps arkus pedis.
 N. fasialis: lagoftalmus, kegagalan mengaktupkan bibir
 N. trigeminus: anestesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva mata.
 Kerusakan mata:
– Primer: alopesia pada alis mata dan bulu mata
– Sekunder: paralisis N. orbikularis palpebrarum,
lagoftalmus  kebutaan
 Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit:
– kulit kering dan alopesia
 Tipe lepramatosa:
– dapat timbul ginekomastia
Penegakan Diagnosis

 Berdasarkan kriteria WHO, tiga tanda kranial


– Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa. Lesi dapat
berupa bercak hipopigmentasi atau eritema yang
mati rasa.
– Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi
saraf.
– Ditemukannya basil tahan asam (BTA) pada
kerokan jaringan kulit.
Penegakan Diagnosis

 Tersangka MH:
– Pada kulit. Bercak kulit yang merah atau putih, bercak
kurang/mati rasa, bercak tidak gatal, kulit mengkilap atau
kering bersisik, adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat
atau tidak berambut, dan luka lepuh tidak nyeri.
– Tanda pada saraf. Nyeri tekan dan atau spontan pada saraf
tepi, rasa kesemutan, tertusuk tusuk, dan nyeri pada anggota
gerak, kelemahan anggota gerak dan atau wajah, adanya
cacat/deformitas, dan luka atau ulkus yang sulit sembuh.
– Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Saraf Tepi


Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Fungsi
Saraf Sensorik
– Tes rasa raba
– Tes rasa nyeri
– Tes rasa suhu
 Pemeriksaan Otonom
– Tes Gunawan
– Tes Pilokarpin
 Voluntary Muscle Test
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
Kerokan jaringan kulit atau usapan mukosa hidung
yang diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelson
M. leprae terlihat merah
solid : batang utuh hidup
fragmented : batang terputus
granular : butiran mati
Indeks Bakteri :
- Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu
sediaan
- Nilai 0 – 6+

Indeks Morfologi
- Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah
solid dan non solid
Pemeriksaan Penunjang

2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta
Tipe tuberkuloid:
tidak ada basil atau hanya sedikit dan non solid.
Lepromatosa:
Subepidermal clear zone, sel virchow dengan banyak basil.
Pemeriksaan Penunjang

3. Pemeriksaan Serologi
Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)

4. Tes Lepromin
0,1 ml lepromin  disuntikkan intradermal
Baca 48 jam/2hari – reaksi Fernandez
3-4 minggu – reaksi Mitsuda
Untuk menunjukkan sistem imun terhadap M. lepare
Diagnosis Banding

 Berdasarkan kemiripan lesi:


– Lesi makular: vitiligo (depigmentasi), pitiriasis versikolor
(distribusi sentral pada batang tubuh), tinea korporis
(gatal)
– Plak dan lesi anular: granuloma multiforme, sarkoidosis,
tuberkulosis kutis (tidak terdapat anestesi)
 Berdasarkan lesi hiperpigmentasi
– Psoriasis
– Tinea sirsinata
– urtikaria
No Diagnosis Manifestasi Klinis Foto
1. Psoriasis Vulgaris Lesi plak eritematosa, diatasnya
terdapat skuama kasar, berlapis lapis.
Tidak ada rasa baal

2. Tinea Circinata lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas


terdiri dari eritema, skuama, kadang-
kadang dengan vesikel dan papul di
tepi lesi. Daerah tengahnya cendrung
lebih tenang.

3. Urtikaria lesi kulit kemerahan dengan penonjolan


atau elevasi berbatas tegas dengan
batas tepi yang pucat disertai dengan
rasa gatal (pruritus) sedang sampai
berat, pedih, dan atau sensasi panas
seperti terbakar
Tatalaksana

Obat Utama
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Rifampisin: 10 mg/kgBB
Klofazimin (Lamprene): 50 mg/kgBB atau
3x100mg/minggu
Protionamid: 5-10 mg/kgBB

Obat Alternatif
Ofloksasin: 400mg/hari
Minoksiklin: 100 mg/hari
Kloritromisin: 500 mg/hari
Pengobatan

Multi Drugs Treatment (MDT) :


DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin

Pemberian MDT
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai
penularan
Dosis Obat untuk Kusta Tipe MB

Jenis Obat <5 th 5-9 th 10-15 th >15 th Keterangan

Berdasarkan 300 mg/bln 450 mg/bln 600 mg/bln Minum di depan


Rifampisin
berat badan petugas
25 mg/bln 50 mg/bln 100mg/bln Minum di depan
petugas
Dapson
25mg/bln 50 mg/bln 300mg/bln Minum di rumah

100 mg/bln 150 mg/bln 300mg/bln Minum di depan


petugas
Lampren 50 mg 2x 50 mg setiah 50 mg per hari Minum di rumah
seminggu 2 hari
Dosis Obat untuk Kusta Tipe PB

Jenis Obat <5 th 5-9 th 10-15 th >15 th Keterangan

Berdasarkan 300mg/bl 450 mg/bln 600 mg/bln Minum di


Rifampisin
berat badan n depan petugas
<5 th 25 50 mg/bln 100 mg/bln Minum di
Berdasarkan mg/bln depan petugas
berat badan
DDS 25 mg/ 50 mg/ hari 100 mg/ hari Minum di
hari rumah
• Pengobatan Lesi Tunggal
– Rifampisin 600 mg + Ofloksasin 400 mg + Minosiklin 100 mg
(dosis tunggal)
• Pengobatan Situasi Khusus
– Tidak bisa konsumsi rifampisin
• 6 bln pertama: 50 mg Klofazimin + dua dari antara (1) Ofloxacin
400 mg, (2) minosiklin 100 mg, dan (3) claritromisin 500 mg.
• 18 bln berikut: 50 mg Klofazimin + 100 mg minosiklin atau
ofloksasin 400 mg
– Tidak bisa konsumsi klofazimin
• ofloksasin 400 mg, atau monisiklin 100 mg, atau moksifloksasin 400 mg
• rifampisin 600 mg + ofloksasin 400 mg + minosiklin 100 mg
– Tidak dapat konsumsi DDS
• MB: DDS stop
• PB:DD ganti klofazimin
 Relaps
– Pasien BI  terapi lebih dari 12 bulan
 Reksi Kusta
Reaksi Reversal Reaksi ENL
Minggu pemberian Dosis prednisone harian yang dianjurkan -Prednison 15-30 mg/hari,
1-2 40 mg tergantung derajat
3-4 30 mg keparahan.
5-6 20 mg
- klofazimin dengan dosis
3x100 mg per hari 
7-8 15 mg
tappering 2 x 100 mg  1 x
9-10 10 mg 100 mg
11-12 5 mg
Komplikasi
Prognosis

 Tipe TT atau BT yang menjadi TT: sembuh


. sendiri
 Tipe Bordeline: kerusakan saraf = prognosis
buruk
 Tidak patuh pada pengobatan : “downgrade”
Reaksi Kusta

Suatu episode akut pada perjalanan peny. kusta yg


kronik
Sebagai akibat dari perubahan mendadak sistem
kekebalan tubuh.

Type I Reaction
Reversal
Leprosy Reaction

Type II Reaction
Erythema Nodosum Leprosum (ENL)
Reaksi Kusta

Reaksi tipe I ~ reversal – hipersensitivitas tipe IV


Disebabkan oleh hipersensitivitas selular, terjadi
perubahan SIS yang cepat.
Tipe bordeline menuju ke bentuk lepromatosa
Onset akut dari lesi yang datar menjadi aktif lagi,
disertai beberapa lesi baru.
Dengan atau tanpa neuritis
Reaksi Kusta

Reaksi tipe 2 ~ ENL – hipersensitivitas tipe III


Disebabkan oleh hipersensitivitas humoral
antigen M leprae + antibody (IgM, IgG) +
komplemen  kompleks imun
Kompleks imun mengendap di kulit berbentuk nodul
eritem dan nyeri. Diberbagai organ: iridosiklitis,
artritis, neuritis, dengan disertai gejala konstitusi.
Lesi: sekelompok nodus dermal atau kulit subkutan
nyeri berwarna kemerahan.
Fenomena Lucio

 Reaksi kusta sangat berat pada tipe lepromatos


non nodular difus.
 GK:
– plak atau infiltrate difus, berwarna merah muda,
bentuk tidak teratur dan terasa nyeri.
– lesi berat: lebih eritematous disertai purpur, bula
nekrosis, ulserasi yang nyeri.
 Gambaran Histopatologi:
– nekrosis epidermal iskemik, nekrosis pembuluh
darah superficial, edema, dan proliferasi
endothelial pembuluh darah
– Basil M. leprae di endotel kapiler
– Infiltrate PMN, deposit imunoglobulin dan
komplemen di dalam pem darah
Tatalaksana Reaksi Kusta

 Non Medikamentosa: istirahat, imobilisasi


 Medikamentosa:
– Reaksi Tipe 1
Minggu pemberian Dosis prednisone harian yang dianjurkan
1-2 40 mg
3-4 30 mg
Dapat ditambah
5-6 20 mg dengan analgetik
7-8 15 mg dan sedatif
9-10 10 mg

– 11-12 Tipe 2
Reaksi 5 mg
 Prednison 15-30 mg/hari, dapat ditambah analgetik-antipiretik dan sedatif
 Klofazimin 3 x 100 mg selama 12 minggu  tappering 2x100 mg tappering 1x100
mg

Anda mungkin juga menyukai