AKUNTABILITAS DAN

GOOD GOVERNANCE
PENDAHULUAN
Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dlm melaksanakan
penyediaan public goods and services disebut governance
( pemerintahan atau kepemerintahan ), dan praktek terbaiknya
disebut good governance ( kepemerintahan yang baik )

Menuntut adanya “ Untuk itu diperlukan

alignment “ (koordinasi) pengembangan dan
yang baik dan integritas, penerapan sistem
profesionalisme serta etos pertanggungjawaban penye
kerja dan moral yang tinggi. lenggaraan pemerintahan.

Masing masing individu pada tiap jajaran aparatur bertanggung

jawab atas setiap kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya
 mencapai tujuan-tujuan dan
Akuntabilitas didefinisikan
sasaran-sasaran yang telah
sebagai suatu perwujudan
ditetapkan melalui suatu
kewajiban untuk memper
media pertanggung jawaban
tanggungjawabkan keberhasil
yang dilaksanakan secara
an atau kegagalan pelaksa
periodik.
naan misi organisasi dalam

Hal yang diharapkan adalah timbulnya budaya

organisasi yang positif, antara lain berupa nilai-
nilai yang berorientasi pada peningkatan mutu,
peningkatan kinerja, dan penerapan nilai-nilai
transparansi dalam melaksanakan pekerjaan.
2 GOOD GOVERNANCE

Istilah Governance dalam bahasa Inggris diartikan : “ The

act, fact, manner, of governing “ atau jika dialihbahasakan
ke dalam bahasa Indonesia : “ Tindakan, fakta, pola, cara-
cara penyelenggaraan pemerintahan “

Kooiman (1991) memandang hasil dari tindakan intervensi

governance sebagai sebuah interaktif diantara berbagai
struktur yang muncul dalam aktor yang terlibat (pemerintah,
sistem sosial-politik sebagai dunia usaha dan masyarakat )

State Society

Private
Sector
LAN-RI (2004) mengemukakan dari aspek pemerintahan
(government), good governance dapat dilihat dari aspek :

1. Law / Policy.
Hukum/Kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial,
politik dan ekonomi.

2. Administrastive competence and transparancy.

Kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi
secara efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi,
penciptaan disiplin dan model administratif, keterbukaan informasi

3. Desentralization.
Desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam departemen

4. Competetive Marketing.
Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme
pasar, peningkatan perang pengusaha kecil dan segmen lain dalam
sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan pemerintah dalam
mengelola kebijakan ekonomi makro.
Tjokroamidjojo (2000) memberikan prinsip-prinsip Good
Governance baik dalam pemerintahan, badan usaha,
maupun kegiatan organisasi masyarakat, sbg berikut:
3 AKUNTABILITAS

Sejarah akuntabilitas sudah dimulai sejak jaman

Mesopotamia pd th 4000 SM , dikenal dg adanya
Hukum Hammurabi.

Menurut Ghartey (1987), akuntabilitas ditujukan untuk mencari

jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan
apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana.

Carino (1991), “ akuntabilitas merupakan suatu evolusi

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas.

Dengan demikian, setiap orang harus betul-betul menyadari

bahwa setiap tindakannya bukan hanya memberi pengaruh
pada dirinya sendiri saja, akan tetapi membawa dampak
yang tidak kecil pada orang lain .
Deklarasi Tokyo (1985) mengenai petunjuk akuntabilitas publik
menetapkan definisi sebagai berikut :

“ Akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari

individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk

mengelola sumber-sumber daya publik dan yang

bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal

yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial,

dan program “
Pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel

b. Merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangan
yang berlaku

c. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan

d. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan

manfaat yang diperoleh

e. Jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator

perubahan instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran
metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan
laporan akuntabilitas
4 AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH

TAP MPR RI Nomor XI/MPR/ serta Keputusan Kepala LAN

1998 , kemudian disusul dng
UU Nomor 28 Tahun 1999,
Inpres Nomor 7 Tahun 1999,
dan Keputusan Kepala LAN
Nomor 589/IX/6/Y/99 tentang
Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah,
Nomor 239/IX/6/8 /2003 ttg
Perbaikan Pedoman
Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
adalah payung kebijakan
untuk membangun sistem
akuntabilitas di Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

PermenPAN-RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
 Siklus SAKIP
Visi,Misi – Tujuan, Sasaran dengan
Indikator kinerjanya Perencanaan Uraian ttg cara mencapai tujuan dan
Stratejik Sasaran (strategi), yang dijabarkan dlm
Kebijakan dan Program

Annual performance plan

Key performance indicator
Perencanaan
Kinerja Performance based-budgeting

Pelaporan Akuntabilitas Pengukuran &

Kinerja Kinerja Evaluasi Kinerja

Analisis tentang Pencapaian Pengukuran Kinerja Kegiatan

Akuntabilitas Kinerja Pengukuran Pencapaian Sasaran
Prinsip – prinsip penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah :

1. Prinsip yg dikendalikan maupun yg

pertanggungjawaban : tidak dikendalikan shg dpt
mampu menjelaskan hal-hal dimengerti pembaca laporan

2. Prinsip pengecualian :
dilaporkan yang terpenting dan terdepan bagi pengambilan
keputusan dan pertanggungjawaban insatansi

3. Prinsip perbandingan : dengan periode lain atau

dapat dibandingkan instansi lain

4. Prinsip akuntabilitas : yang membuat sukses atau

terutama dilaporkan gagalnya pelaksanaan
hal-hal dominan rencana

5. Prinsip Manfaat :
diharapkan manfaat laporan harus lebih besar dari biayanya