Anda di halaman 1dari 14

MANAGEMENT

JALAN NAFAS

Hanura Aprilia, Ns.,M.Kep


Anatomi jalan nafas dibagi
menjadi dua bagian yaitu
– jalan nafas bagian atas dimulai dari dua lubang yaitu rongga hidung dan
berlanjut ke posterior yang akan bertemu di faring, kemudian melewati
epiglottis kemudian melewati pita suara dan masuk ke laring. Laring dikelilingi
oleh kartilago tiroid, kartilago krikoid, dan kelenjar tiroid. Jalan nafas bagian
atas berakhir di sini.
– Selanjutnya adalah jalan nafas bagian bawah yang diteruskan melalui trachea
dan berakhir di paru-paru.
SUMBATAN JALAN NAFAS

kongenital/genetik Infeksi medical trauma/tumor


tonsil yang besar Tonsilitis cystic fibrosis laringeal trauma
Makroglosia abses peritonsil angioedema hematom / abses
Mikrognati abses retrofiring laringospasme inhaslasi asap
massa leher abses pretrakeal relaksasi otot luka bakar
jalan nafas
adenoid yang epiglottitis, inflamasi, asma benda asing
besar laryngitis, angina
ludwig
Tujuan utama pengelolaan jalan
nafas adalah
– untuk membersihkan atau membypass sumbatan jalan nafas, mencegah
aspirasi dan membantu pernafasan atau mengambil alih pernafasan spontan
dengan bantuan mesin ventilator
TEHNIK MANAJEMEN JALAN
NAFAS
1. Tehnik Non Invasif
a. Tanpa alat
Pada kondisi dimana tidak terdapat alat maka dilakukan upaya membebaskan jalan nafas secara manual dengan cara triple airway manuver
meliputi: ekstensi kepala, angkat dagu, dan mendorong mandibular/rahang bawah.
b. Bag-Mask Ventilation
Kombinasi antara triple airway maneuver dengan ventilasi menggunakan bag mask merupakan upaya yang sangat dasar dalam menangani
jalan nafas. Tangan kiri melakukan jaw trust sambil memegang sungkup muka sementara tangan kanan memompa baging.
c. Oro dan Nasofaringeal airway
– Pada pasien yang tidak sadar, obstruksi terjadi akibat ketidakmampuan untuk mempertahankan tonus lidah sehingga akan
jatuh menutupi jalan nafas. Orofaringeal airway/gudel/mayo dapat menahan lidah pada posisi yang seharusnya. Cara
memasukan guedel adalah dengan memasukan pada posisi lengkungannya menghadap ke atas sampai menyentuh
palatum kemudian diputar 180o sambil didorong.
Laryngeal Mask Airway (LMA)
– Alat ini dimasukan ke mulut sampai dengan faring kemudian cuff nya diisi udara
sehingga akan terjadi seal. Berbeda dengan ETT alat ini tidak masuk ke dalam
trakea hanya ada lubang pipa nafas di depan glottis / pita suara.
2. Tehnik Invasif
a. Intubasi trakea
Tujuan utama dari penatalaksanaan jalan nafas darurat adalah mempertahankan integritas
jalan nafas, meyakinkan ventilasi adekuat, dan mencegah aspirasi. Semua tujuan tersebut
dapat dicapai dengan bantuan intubasi trakea. Indikasi utama intubasi trakea pada situasi
gawat darurat adalah:
1) Koreksi hipoksia dan hiperkarbia
2) Mencegah ancaman hipoventilasi
3) Mempertahankan patensi jalan
4) Jalan untuk pemberian obat-obatan emergensi seperti lidokain, stropin, nalokson,
epinefrin
Untuk mempermudah dan agar tidak ada alat yang terlewatkan maka dibuatlah
singkatan untuk persiapan alat yaitu : “S T A T I C S”
1. S (scope)
Scope terdiri dari laringoskop dan stetoskop.
2. T (Tube)
ETT tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran
3. A (airway)
Segala peralatan yang digunakan untuk membuka dan mengamankan jalan nafas sementara
harus disiapkan seperti orofaringeal airway (OPA / guedel / mayo) dan nasofaringeal airway
(NPA).
4. T (tape)
Tape (plester) berguna untuk melakukan fiksasi setelah intubasi selesai dilakukan.
5. I (introducer)
Introducer digunakan untuk membantu intubasi. Alat yang biasa digunakan adalah
mandarin yaitu kawat yang bisa dimasukan ke dalam ETT dan dibentuk /
dilengkungkan sesuai dengan anatomi jalan nafas.
6. C (conector)
Merupakan alat untuk menghubungkan ETT dengan alat lainnya yaitu baging,
ventilator dll. Conector ini mempunyai ukuran / diameter yang standar sehingga
dapat dihubungkan ke semua alat.
7. S (suction)
Suction lengkap dengan kateter suction digunakan untuk menghisap lender, secret
ataupun darah yang berada di dalam rongga faring dan menghalangi pandangan.
Komplikasi intubasi

– Tindakan laringoskopi dapat mengakibatkan trauma jalan nafas jika tidak


dilakukan dengan hati-hati. Cedera pada bibir, atau gigi patah merupakan
kejadian yang sering terjadi. Tindakan laringoskopi merupakan tindakan yang
menyakitkan, untuk itu perlu diberikan analgetik atau anastetik lokal, jika nyeri
ini terjadi maka dapat mengakibatkan gangguan irama jantung sampai henti
jantung.
– Tindakan intubasi juga mempunyai komplikasi ringan sampa berat yang dapat
membahayakan nyawa pasien. Edema pita suara yang mengakibatkan nyeri dan suara
serak, ETT yang didorong terlalu dalam sehingga masuk ke bronkus sebelah kanan dapat
mengakibatkan hipoksia dan hiperkarbia. Begitu pula ETT yang masuk ke dalam esophagus
menyebabkan distensi lambung samai perforasi. Untuk itu posisi ETT harus diyakinkan
berada pada posisi yang tepat.
b. Krikotirodotomi
Merupakan upaya emergensi untuk membypass sumbatan dengan cara membuat
lubang pada membrane krikoid. Dalam keadaan emergensi dapat dilakukan
penusukan di membrane krikoid dengan menggunakan Abocath no 14.
c. Trakeostomi
Trakeotomi dilakukan jika tidak memungkinkan untuk dilakukan intubasi.
Merupakan upaya bypass jalan nafas dengan membuat lubang secara langsung
pada cincin trakea.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai