Anatomi jalan nafas dibagi menjadi dua bagian yaitu – jalan nafas bagian atas dimulai dari dua lubang yaitu rongga hidung dan berlanjut ke posterior yang akan bertemu di faring, kemudian melewati epiglottis kemudian melewati pita suara dan masuk ke laring. Laring dikelilingi oleh kartilago tiroid, kartilago krikoid, dan kelenjar tiroid. Jalan nafas bagian atas berakhir di sini. – Selanjutnya adalah jalan nafas bagian bawah yang diteruskan melalui trachea dan berakhir di paru-paru. SUMBATAN JALAN NAFAS
kongenital/genetik Infeksi medical trauma/tumor
tonsil yang besar Tonsilitis cystic fibrosis laringeal trauma Makroglosia abses peritonsil angioedema hematom / abses Mikrognati abses retrofiring laringospasme inhaslasi asap massa leher abses pretrakeal relaksasi otot luka bakar jalan nafas adenoid yang epiglottitis, inflamasi, asma benda asing besar laryngitis, angina ludwig Tujuan utama pengelolaan jalan nafas adalah – untuk membersihkan atau membypass sumbatan jalan nafas, mencegah aspirasi dan membantu pernafasan atau mengambil alih pernafasan spontan dengan bantuan mesin ventilator TEHNIK MANAJEMEN JALAN NAFAS 1. Tehnik Non Invasif a. Tanpa alat Pada kondisi dimana tidak terdapat alat maka dilakukan upaya membebaskan jalan nafas secara manual dengan cara triple airway manuver meliputi: ekstensi kepala, angkat dagu, dan mendorong mandibular/rahang bawah. b. Bag-Mask Ventilation Kombinasi antara triple airway maneuver dengan ventilasi menggunakan bag mask merupakan upaya yang sangat dasar dalam menangani jalan nafas. Tangan kiri melakukan jaw trust sambil memegang sungkup muka sementara tangan kanan memompa baging. c. Oro dan Nasofaringeal airway – Pada pasien yang tidak sadar, obstruksi terjadi akibat ketidakmampuan untuk mempertahankan tonus lidah sehingga akan jatuh menutupi jalan nafas. Orofaringeal airway/gudel/mayo dapat menahan lidah pada posisi yang seharusnya. Cara memasukan guedel adalah dengan memasukan pada posisi lengkungannya menghadap ke atas sampai menyentuh palatum kemudian diputar 180o sambil didorong. Laryngeal Mask Airway (LMA) – Alat ini dimasukan ke mulut sampai dengan faring kemudian cuff nya diisi udara sehingga akan terjadi seal. Berbeda dengan ETT alat ini tidak masuk ke dalam trakea hanya ada lubang pipa nafas di depan glottis / pita suara. 2. Tehnik Invasif a. Intubasi trakea Tujuan utama dari penatalaksanaan jalan nafas darurat adalah mempertahankan integritas jalan nafas, meyakinkan ventilasi adekuat, dan mencegah aspirasi. Semua tujuan tersebut dapat dicapai dengan bantuan intubasi trakea. Indikasi utama intubasi trakea pada situasi gawat darurat adalah: 1) Koreksi hipoksia dan hiperkarbia 2) Mencegah ancaman hipoventilasi 3) Mempertahankan patensi jalan 4) Jalan untuk pemberian obat-obatan emergensi seperti lidokain, stropin, nalokson, epinefrin Untuk mempermudah dan agar tidak ada alat yang terlewatkan maka dibuatlah singkatan untuk persiapan alat yaitu : “S T A T I C S” 1. S (scope) Scope terdiri dari laringoskop dan stetoskop. 2. T (Tube) ETT tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran 3. A (airway) Segala peralatan yang digunakan untuk membuka dan mengamankan jalan nafas sementara harus disiapkan seperti orofaringeal airway (OPA / guedel / mayo) dan nasofaringeal airway (NPA). 4. T (tape) Tape (plester) berguna untuk melakukan fiksasi setelah intubasi selesai dilakukan. 5. I (introducer) Introducer digunakan untuk membantu intubasi. Alat yang biasa digunakan adalah mandarin yaitu kawat yang bisa dimasukan ke dalam ETT dan dibentuk / dilengkungkan sesuai dengan anatomi jalan nafas. 6. C (conector) Merupakan alat untuk menghubungkan ETT dengan alat lainnya yaitu baging, ventilator dll. Conector ini mempunyai ukuran / diameter yang standar sehingga dapat dihubungkan ke semua alat. 7. S (suction) Suction lengkap dengan kateter suction digunakan untuk menghisap lender, secret ataupun darah yang berada di dalam rongga faring dan menghalangi pandangan. Komplikasi intubasi
– Tindakan laringoskopi dapat mengakibatkan trauma jalan nafas jika tidak
dilakukan dengan hati-hati. Cedera pada bibir, atau gigi patah merupakan kejadian yang sering terjadi. Tindakan laringoskopi merupakan tindakan yang menyakitkan, untuk itu perlu diberikan analgetik atau anastetik lokal, jika nyeri ini terjadi maka dapat mengakibatkan gangguan irama jantung sampai henti jantung. – Tindakan intubasi juga mempunyai komplikasi ringan sampa berat yang dapat membahayakan nyawa pasien. Edema pita suara yang mengakibatkan nyeri dan suara serak, ETT yang didorong terlalu dalam sehingga masuk ke bronkus sebelah kanan dapat mengakibatkan hipoksia dan hiperkarbia. Begitu pula ETT yang masuk ke dalam esophagus menyebabkan distensi lambung samai perforasi. Untuk itu posisi ETT harus diyakinkan berada pada posisi yang tepat. b. Krikotirodotomi Merupakan upaya emergensi untuk membypass sumbatan dengan cara membuat lubang pada membrane krikoid. Dalam keadaan emergensi dapat dilakukan penusukan di membrane krikoid dengan menggunakan Abocath no 14. c. Trakeostomi Trakeotomi dilakukan jika tidak memungkinkan untuk dilakukan intubasi. Merupakan upaya bypass jalan nafas dengan membuat lubang secara langsung pada cincin trakea. Terima Kasih