TETANUS
DISUSUN OLEH :
SETYAWAN ADITYA PAMBUDI (1713020023)
Trismus
Risus sardonicus
Opistotonus
Perut papan
Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum
Pengaruh toksin pada saraf autonom menyebabkan
gangguan sirkulasi dan dapat pula menyebabkan suhu
badan yang tinggi atau berkeringat banyak. Kekakuan
otot sfingter dan otot polos lain sehingga terjadi retentio
alvi, retentio urinae, atau spasme laringPatah tulang
panjang dan kompresi tulang belakang
Laboratorium
Penyakit CNS
Status epilepticus Sensorium depresi
Kelainan Psikiatrik
Histeria Trismus inkonstan, relaksasi komplit diantara spasme
Pengobatan
1. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen.
2. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
3. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10
tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat
diberikan.
4. Imunisasi terakhir >10 tahun, TIHG dosis 500 IU I.M TT 0,5 cc
I.M
5. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
6. Ruang Isolasi pasien tetanus
7. Antikonvulsan diberikan secara titrasi, diazepam intravena
dapat diberikan secara bertahap dari 5 mg, atau lorazepam
dalam kenaikan 2 mg, titrasi untuk mencapai kontrol kejang
tanpa sedasi berlebihan dan hipoventilasi max 600 mg/hari
(untuk anak-anak, mulai dengan dosis 0,1-0,2 mg / kg setiap
2-6 jam, titrasi)
Anti Tetanus Serum (ATS) 100.000 IU dengan 50.000 IU
intramuskular dan 50.000 IU intravena dengan infus
lambat.
Antibiotik
lini pertama yang digunakan metronidazole 500 mg / 6 jam
IV atau oral selama 7-10 hari. Pada anak-anak diberikan dosis
inisial 15 mg/kgBB secara IV/peroral dilanjutkan dengan
dosisi 30 mg/kgBB setiap enam jam selama 7-10 hari.10
Lini kedua yaitu Penisilin G 1,2 juta unit/ hari selama 10 hari.
5(100.000-200.000 IU / kg / hari intravena, diberikan dalam