Anda di halaman 1dari 24

DTK 3

Kelompok 4:
Naparudin
Laras Respati A
Muflikha Mayazi
Muhammad Arif Rahman
Muhammad Fahreza
Maya Damayanti
Nissa Rizkiani B
Nurul Khafidz S
Puspita Muntiyarso
Samrotul Fuadi
Topik 3: stase forensik-otopsi
Suatu malam di instalasi forensik F, pukul 23.00 WIB. Polisi mengantarkan tersebut
seorang mayat dengan identitas Ny.U (22 tahun). Menurut laporan polisi, mayat
tersebut merupakam korban gantung diri. Pada pukul 17.00 WIB suami menemukan
istri dalam posisi tergantung dengan tali. Suami baru melaporkan kejadian tersebut ke
polisi padaa pukul 19.00 WIB. Setelah dilakukan olah TKP, polisi membawa mayat ke
instalasi forensik untuk dilakukan pemeriksaan luar dan otopsi.
Pemeriksaan luar dan otopsi dilakukan oleh dokter forensik, asisten petugas forensik
dan co-Ass. Dari pemeriksaan luar dan otopsi disimpulkan bahwa penyebab kematian
adalah asfiksia. Setelah otopsi, penjahitan pasca otopsi dilakukan oleh asisten petugas
forensik.
Setelah otopsi, jenazah dimandikan dan dikafani. Saat dimandikan, darah masih keluar
dari bekas jaitan yang dikepala, agar darah tersebut tidak mengenai kain kapan
sehingga petugas forensik menutup bagian kepala dengan kantung plastik. Kemudian
jenazah dikafani dengan kantung plastik masih berada di kepala jenazah.
Saat itu, co-Ass merasa bingung dengan adanya kantung plastik di kepala jenazah dan
akan terbawa saat dimakamkan. Dan dari aspek kedokteran, co-Ass merasa bingung
dengan darah yang terus mengalir dari kepala mayat pasca otopsi.
Learning issues
• Jelaskan maqashid syariah terkait kasus ini?
• Jelaskan indikasi visum?
• Bagaimama hukum islam dan tata cara
mengenai memandikan dan mengkafani
jenazah?
• Bagaimana penjelasan mengenai darah yang
keluar dari kepala setelah wafat secara medis?
• Bagaimana hukum islam mengenai bunuh
diri?
Maqashid Syariah
• Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama)
Pada kasus bunuh diri, seseorang tersebut tidak
menegakkan agamanya. Karena sesungguhnya Allah SWT
melarang seorang manusia membunuh jiwanya sendiri.
(Q.S. An-Nissa (4) : 29

• Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa)


Islam melarang pembunuhan, termasuk pembunuhan
terhadap diri sendiri. Orang yang bunuh diri tentunya dia
tidak menjaga jiwa, menjaga kehidupannya.

• Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan)


Bunuh diri sama saja dengan memutuskan keturungan.

• Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta)


-
• Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal)
Membunuh diri sendiri tentunya menunjukkan orang
tersebut mudah berputus asa atas kehidupan ini. Orang
tersebut tidak mempergunakan akalnya dengan baik
dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut sangat
dibenci oleh Allah SWT, sesuai yang dijelaskan dalam
Q.S. Yunus (10) : 100

“Dan tiada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin


Allah dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang
orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
Autopsi

Pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang


meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar
maupun dalam, dengan tujuan menemukan
proses penyakit atau adanya cedera, melakukan
interpretasi atas penemuan tersebut, menerang
penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab akibat antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab kematian.
Jenis Autopsi
• Autopsi Klinik
Dilakukan terhadap jenazah yang meninggal
akibat suatu penyakit.

• Autopsi Forensik / Medikolegal


Dilakukan terhadap jenazah yang diduga
meninggal akibat suatu sebab tidak wajar seperti
kecelakaan, pembunuhan maupun bunuh diri.

• Autopsi Anatomi
Dilakukan oleh mahasiswa kedokteran terhadap
jenazah yang meninggal secara wajar dalam
rangka belajar mengenai anatomi manusia.
Visum Et Repertum
• Keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap
manusia, baik hidup atau mati ataupun diduga
bagian dari tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah untuk
kepentingan peradilan.
Peran dan fungsi Visum et Repertum
• Salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et
repertum berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan
jiwa manusia.
Dalil mengenai autopsi
• Q.S. Al-Baqarah (2) : 72-73

Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang


manusia lalu kami saling tuduh menuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa ynag
selama ini kamu sembunyikan
Lalu Kami berfirman : “Pukullah mayit itu
dengan sebahagian anggota sapi betina itu!”
Demikianlah Allah menghidupkan kembali
orang-orang yang telah mati dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda
kekuasaan-Nya agar kamu mengerti
• Dalam surat Al-Baqarah : 72-73 menjelaskan
bahwa Allah SWT membenci perilaku dan sikap
kaum Nabi Musa, yaotu perilaku pembunuhan,
sikap saling tuduh menuduh tanpa bukti, serta
sikap menutup-nutupi kebenaran. Selanjutnya
Allah SWT menjelaskan cara pembuktian kasus
pembunuhan menjadi salah satu mukjizat Nabu
Musa, sekaligus menegaskan kekuasaan Allah
SWT untuk menghidupkan kembali orang yang
telah mati.
Cara memandikan jenazah
• Usahakan mayat dihadapkan ke arah kiblat, jenazah membujur
dengan kepala ke arah utara dan kaki ke arah selatan, atau
sesuaikan dengan letak dan ruang yang tersedia. Pakaian mayat
diganti dengan kain sarung dan kain penutup tubuh mayat,
termasuk muka bila perlu. Menjaga tetap tertutupnya aurat
mayat adalah wajib. Niat untuk memandikan jenazah.
• Tinggikan posisi kepala dari badannya mencegah tidak masuknya
air ke mulut dan hidung
• Tekan perut dengan pelan-pelan supaya kotoran keluar dan
apabila kotoran keluar diambil dengan sobekan kain
• Niatkan memandikan jenazah
• Mayat diwudhukan dengan niat “Nawaitu adaa al-wudluu ‘ala
hadzaal mayyiti Lillaahi ta’alaa”
• Memulai memandikan dengan menyiramkan air ke seluruh
tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki dengan mendahulukan
anggota kanan dan anggota wudhu
• Sewaktu memandikan, mayat harus dilakukan dengan lembut
termasuk membalik, menggosok, menekan melembutkan sendi-
sendi
• Mereka yang memandikan jenazah haruslah orang yang dapat
dipercaya
• Siram seluruh permukaan rambut dan kulit sampai sela jari dan
lipatan kulit dengan air bidara atau air sabun
• Kemudian kepala diusap, jenggot dibersihkan dan rambut disisir.
Keramasi setiap helai rambut dan kulit kepala dengan air
shampo
• Basuh dan gosok wajahnya dengan air sabun atau air kembang,
bersihkan lubang hidung dan telinga
• Mulut, gigi, hidung, kuku-kuku dan telinga hendaknya
dibersihkan dengan jari-jari orang yang memandikan
• Bersihkan dan gosok dengan air sabun sebagian leher,
dada, tangan, perut terus turun ke arah mata kaki
dengan mendahulukan sebelah kanan. Bilas dengan air
yang bersih
• Miringkan jenazah ke sebelah kiri, bersihkan dan gosok
badan mulai dari kepala bagian elakang, leher, tangan
kanan, punggung, pinggang, dan kaki bagian belakang
dengan air sabun. Bilas dengan air yang bersih, lalu air
kapur barus atau air bunga yang harum.
• Miringkan jenazah ke sebelah kanan, bersihkan
dan gosok jenazah sebagaimana dilakukan di
sebelah kiri. Sebaiknya dilakukan 3 atau 5 kali.
Kembalikan ke posisi semula.
• Wudhukan dan disertai dengan doa akhir wudhu
• Akhiri pemandian
• Sesudah bersih, keringkan jenazah dengan
handuk bersih, lepaskan kain basahan dan ganti
dengan kain panjang kering
Mengkafani jenazah
• Hukum mengkafani jenazah adalah wajib
• Bagi laki-laki terdiri dari 3 lapis/lembar
sedangkan bagi perempuan terdiri dari 5
lapis/lembar, disamping itu harus dipersiapkan
kain putih pengikat (tali) minimal 5 lembar
dan kapuk kapas
Perlengkapan mengkafani jenazah
• Bila yang wafat dewasa hendaknya disediakan
kain kafan 11 meter berwarna putih
• Kapas kurang lebih ¼ kg atau secukupnya
• 2 ons kapur barus halus atau secukupnya
• Minyak wangi
• Gunting untuk memotong
Syarat kain kafan
• Suci dari najis, kecuali najis yang dimaafkan yaitu:
1) Darah yang keluar dari luka, bisul atau penyakit lain
yang keluarnya tidak bisa dihindari atau dicegah
2) Bukan darah yang berasal dari selain tubuh si mayat
3) Najisnya merupakan najis mukhaffafah
• Tidak boleh terdapat unsur sutera atau emas
• Berasal dari barang dan usaha yang halal
• Diupayakan bahan kain kafan tidak boleh terbuat dari
binatang
Cara mengkafani jenazah
• Letakkan tali pendek pada posisi kepala dan ujung kaki, 60 cm pada
lutut dan tali panjang pada perut dan dada
• Letakkan 2 lembar kafan seukuran tubuh jenazah diatas tali pocong,
kain pertama digeser ke kanan, kain kedua digeser ke kiri
• Letakkan kain segitiga penutup kepala pada tali pocong kepala
• Letakkan tali panjang melintang pada bagian perut, letakkan
selempang kain untuk badan dengan posisi lubang kepala tepat
dibawah kain segitiga dan tali pocong kepala dan kain sarung pada
perut sampai mata kaki
• Letakkan kain cawat pada sambungan kain baju dan sarung untuk
penutup kemaluan lalu letakkan kapas lipat di atas cawat tersebut
• Taburi seluruh bagian penutup tubuh dengan kapur barus dan
minyak wangi
• Jenazah siap dikafani, letakkan jenazah pada posisi tengah kain
dengan kepala tepat pada lubang baju
• Lipat ke arah perut kain bajunya, masukkan kepalanya lewat lubang
yang ada
• Posisikan tangan kanan diatas tangan kiri secara
sedekap, lapisi sela-sela jemarinya dengan kapas
• Tutupi lubang hidung, telinga, mata dan mulut dengan
kapas
• Pakaikan tutup kepalanya, belitkan pada leher supaya
tidak kendur
• Lipat ke dalam kain baju sebelah kanan dulu, baru yang
kiri lipat pula kain sarung sebelah kanan dulu baru yang
kiri kemudian ikatkan tali pinggangnya
• Lipat ke dalam (balutkan) kain panjang sebelah kanan
kemudian yang sebelah kiri, rapihkan balutannya
• Ikatlah bagian ujung kaki dengan tali simpul satu kali
sebelah kiri, kemudian gulung ke atas kain yang diikat
itu sehingga membentuk kelopak mekar
• Ikatkan tali pada lututnya dengan tali simpul satu kali
pada bagian kiri jenazah
• Ikatkan tali perut dengan tali simpul satu kali pada
bagian kiri jenazah
• Ikatkan tali dada dengan tali simpul satu kali pada
bagian dadanya
• Ikatkan tali pocong kepala setelah semua kain
disatukan dengan tali simpul satu kali pada bagian kiri,
gulung ke bawah kain yang diikat itu sehingga
membentuk kelopak
• Tutupi jenazah terseut dengan kain panjang
• Posisikan jenazah menghadap kiblat kepala membujur
ke arah utara
Darah yang keluar dari kepala setelah otopsi

Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal :


1. Penjahitan otot, kulit dan jaringan yang tidak
baik.
2. Proses pembekuan darah yang belum terjadi.
Hukum bunuh diri
Hidup dan mati itu ada di tangan Allah SWT dan
merupakan karunia dan wewenang Allah SWT, maka
islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik
terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang
dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya
sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun.

Anda mungkin juga menyukai