Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 1

TEKNIK BIOPROSES &


FERMENTASI
Uji Potensi Fermentasi Etanol Beberapa Yeast yang diisolasi dari
Daerah Malang, Jawa Timur dengan Metode SDN (Soil Drive Nutrient)

Rivaldo Giovanno T. 240210160003


Muhammad Danisworo 240210160009
Karina Ayuningtias 240210160016
Febria Putri E. 240210160026
Ayman Abdan S. 240210160029
Christiana Limbong 240210160039
Thalia 240210160051
DESKRIPSI KASUS
• Kurangnya pemanfaatan yeast tanah sebagai agen biofermentor
• Yeast tanah amat baik dalam mengubah glukosa menjadi etanol
• Potensi 5 isolat yeast yang diisolasikan dengan metode SDN (Soil
Drive Nutrient)

TUJUAN
Mengetahui potensi isolat yeast tanah yang telah diisolasi
menggunakan metode SDN (Soil Drive Nutrient) dalam
memfermentasi etanol serta untuk mengetahui konsentrasi
gula terbaik dalam memproduksi etanol
PENDEKATAN
METODOLOGI

Subkultur Kemampuan Isolate Yeast Pada


Fermentasi Glukosa

Kurva Pertumbuhan Pengujian Lanjutan Kadar Gula


Isolat Pereduksi
Subkultur
• Pembuatan subkultur 5 isolate yeast dengan cara menginokulasi
koleksi kultur jurusan HPT pada permukaan agar miring medium
YMEA.
• Keberhasilan subkultur
• Tumbuhnya isolate yeast pada medium setelah diinkubasi selama
2-4 hari.
• Karakteristik makroskopis dari isolate (warna koloni, bentuk tepi
koloni, elevasi, permukaan dan tekstur koloni) serta karakteristik
mikroskopik (menggunakan mikroskop dengan pewarnaan laktofenol)
dilakukan untuk melihat morfologi sel.
Kemampuan Isolate Yeast Pada Fermentasi Glukosa
• Inokulasi tiap isolat yeast dari medium YMB (24-48 jam)
sebanyak 1 ml ke dalam media uji fermentasi yang
mengandung glukosa pada tabung yang berbeda.
• Homogenisasi dan inkubasi tabung selama 72 jam pada suhu
25-28oC.
• Perubahan warna dari biru menjadi kuning (akibat
terbentuknya asam) (Van Rij et al., 1992) serta pembentukan
gas menunjukkan proses fermentasi berlangsung.
Kurva Pertumbuhan
• Pembuatan suspensi isolate yeast ke dalam 100 ml NaCl 0,85%
fisiologis, kemudian diukur nilai OD (Optical Density)- nya hingga
nilai 0,5 dengan spektrofotometer (panjang gelombang 600 nm).
• Pengambilan dan penambahan kultur 20 ml ke medium YMB
sebanyak 180 ml serta inkubasi dalam rotary shaker kecepatan 130
rpm.
• Pengukuran OD kultur per 24 jam dengan Spektrofotometer UV-Vis,
kemudian dibuat kurva pertumbuhannya.
Pengujian Lanjutan Isolat
• Pemasukan starter yeast ke dalam beberapa media yang
mengandung glukosa dengan kandungan berbeda (10%,15%, dan
20%), serta dalam media tersebut terkandung pula pepton water
100 ml, Bromthymol blue 0,1%, dan kloramfenikol 200 mg/L dalam
1 L akuades.
• Pembuatan starter yeast yaitu 1 ose isolate diinokulasi dalam 10 ml
NaCl fisiologis, diukur kepadatan selnya hingga mencapai nilai 0,5,
kemudian dimasukkan ke dalam medium starter selama 2 hari
hingga yeast mencapai fase eksponensial.
• Inokulasi yeast sebanyak 10% dilakukan setelah yeast dikulturkan
selama 2 hari.
Kadar Gula Pereduksi
• Sebelum dikulturkan, kadar gula pereduksi diukur terlebih
dahulu untuk digunakan sebagai kadar gula pereduksi
awal.
• Kadar gula pereduksi dilakukan setiap hari selama 4 hari
untuk mengetahui perubahan kandungan substrat
(glukosa) dalam medium.
• Etanol sebagai produk metabolit pun dianalisis kadarnya
menggunakan piknometer.
HASIL & PEMBAHASAN
ISOLAT YEAST
• Hasil isolasi menunjukkan hanya 2 isolat yang tumbuh yaitu kloeckera
sp. dan debaryomyces sp. sedangkan isolate Candida sp. 1, Candida sp.
2, dan Lindnera tidak mampu tumbuh.
• 2 faktor penyebab pertumbuhan isolate:
• Faktor ekstrinsik (pH, senyawa organik, suhu, kelembaban, dan nutrisi
tanah.)
• Faktor intrinsik (genetik sel, fisiologis sel, dan metabolisme sel yang
berbeda – beda.)
• Faktor lain (waktu penyimpanan kultur isolat yang menyebabkan nutrisi
dalam medium habis terkonsumsi.)
HASIL & PEMBAHASAN
Uji Konfirmasi (Makroskopis dan Mikroskopis)
• Isolat yeast yang telah berumur 48 jam diamati dengan pewarna
lactofenol tryphan blue dan diamati dengan mikroskop perbesara
400x.
• Hasil isolat Kloeckera sp. berbentuk lonjong menggelondong, seragam
dan bersel tunggal dan berberapa sel berpasangan.
• Isolat Debaryomyces sp. berbentuk bulat dan bersel satu.
HASIL & PEMBAHASAN
Uji Potensi Fermentasi Glukosa
• Kedua tabung isolat menghasilkan
gelembung gas dan perubahan warna
(hijau menjadi kuning bening.)
• Gelembung gas pada tabung durham
terbalik merupakan hasil fermentasi yang
terjadi.
• Perubahan warna disebabkan oleh
penambahan indikator bromthymol blue
(BTB).
• Penambahan indicator BTB ke dalam
medium yang mengalami fermentasi
menyebabkan perubahan karbohidrat
menjadi asam dalam keadaan aerob.
HASIL & PEMBAHASAN
Kurva pertumbuhan Kloeckera sp. dan
Debaryomyces sp.
• Kedua isolat yeast berada pada fase log.
• Posisi garis naik mulai jam 0 hingga 144 (pada
Kloeckera sp) dan pada jam 0 hingga jam 72
(pada Debaryomyces sp.).
• Tidak adanya fase lag/ adaptasi
disebabkan karena tidak adanya fase
adaptasi yang dilakukan yeast.
• Komposisi medium yang sama saat subkultur dan
mengukur OD.
• Kemungkinan lain adalah isolat yeast telah
melewati fase lag saat pengukuran OD.
HASIL & PEMBAHASAN
Kadar etanol dan gula reduksi isolate
Kloeckera sp dan Debaryomyces sp. pada
konsentrasi 10%,
• Isolat Kloeckera sp. dengan konsentrasi
glukosa 10% mampu menghasilkan kadar
etanol sebesar 0,8%.
• Kadar gula dalam medium pertumbuhannya
semakin sedikit akibat dikonsumsi oleh isolat
yeast untuk pertumbuhan yeast dan
menghasilkan metabolit primer etanol
• Tidak dihasilkannya etanol pada isolat
Debaryomyces sp.
• Kadar gula yang digunakan terlalu sedikit,
sehingga isolat yeast hanya menggunkannya
untuk pertumbuhan
HASIL & PEMBAHASAN
Kadar etanol dan gula reduksi isolate Kloeckera sp
dan Debaryomyces sp. pada konsentrasi 15%,
• Isolat Debaryomyces sp.
• Kadar etanol 22,95% mulai jam ke-24.
• Nilai gula reduksi pada jam ke-24 4,332%.
• Isolat yeast Debaryomyces sp. mengkonsumsi gula
untuk pertumbuhan sel dan metabolisme intraselnya
serta untuk menghasilkan metabolit primer
• Isolat yeast Kloeckera sp.
• Tidak menghasilkan etanol pada jam ke-24, namun
menghasilkan etanol sebesar 0,7% pada jam ke-48.
• Tidak adanya etanol pada jam ke-24 karena gula
hanya dimanfaatkan yeast untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan, namun tidak mampu menghasilkan
metabolit primer berupa etanoomeyces sp.
HASIL & PEMBAHASAN
Kadar etanol dan gula reduksi isolate
Kloeckera sp dan Debaryomyces sp. pada
konsentrasi 20%,
• Isolat Debaryomyces sp.
• Tidak memproduksi etanol pada jam ke 24,
peningkatan hingga jam ke 72
• Isolat yeast Kloeckera sp.
• Tidak memproduksi etanol pada jam ke 24,
peningkatan stabil dari jam ke 48-72, meningkat
pada jam ke 96
• Peningkatan produksi etanol dapat
disebabkan oleh isolate Kloeckera sp.
sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat menyebabkan pertumbuhan sel
sel baru menajdi lebih cepat sehingga
mempengaruhi konsumsi gula dan produksi
metabolit primernya
KESIMPULAN
Isolat yang berpotensi dalam fermentasi etanol adalah yeast Kloeckera
sp dan Debaryomyces sp.
Pada Kloeckera sp menghasilkan etanol pada konsentrasi glukosa 20%
yakni sebesar 30,75% pada jam ke 72.
Sedangkan isolat Debaryomyces sp mampun menghasilkan etanol secara
optimum pada konsentrasi glukosa 15% yakni sebesar 22,95%.
TERIMA KASIH
SESI TANYA JAWAB

Anda mungkin juga menyukai