Anda di halaman 1dari 28

EPISTAKSIS

DR. T. HUSNI, TR, M.KES, SP.T.H.T.K.L


EPISTAKSIS
• Epistaksis adalah perdarahan dari bagian dalam hidung
yang terjadi secara primer/sekunder, spontan atau akibat
rangsangan, dan berlokasi di daerah anterior/posterior.
• Diperkirakan sekitar 60%  6% yang memerlukan
intervensi tindakan medis.
• Sebanyak 10%  kasus serius  mengancam nyawa.
• Penyebab epistaksis tergantung usia.
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
Anterior Septum

Anastomosis dari :
1. A. Sfenopalatina
2. A. Palatina mayor Plexus
3. A. Ethmoidalis anterior
Kiesselbach
4. A. Labialis superior
atau Little’s area
(cabang dari arteri fasialis)

Posterior Dinding Lateral Hidung

Anastomosis dari :
1. A. Sfenopalatina
Plexus
2. A. Nasalis posterior Woodruff
3. A. Faringeal asendens
Berdasarkan Usia:

Anak dan little’s area atau


dewasa muda pleksus kiesselbach

Daerah ini terbuka terhadap:


1. Efek udara kering saat inspirasi
2. Trauma kecil multipel
3. Ulkus
4. Ruptur

Perdarahan
Usia tua Plexus Woodruff Posterior hidung

1. Penyebab biasanya bukan trauma


2. Ruptur spontan pembuluh darah yang
sklerotik.
3. Perdarahan akan lebih berat jika
pasien hipertensi.

Perdarahan
ETIOLOGI
Lokal: Sistemik:
 Faktor kekeringan.  Koagulopati
 Iritasi karena pemakaian oksigen.  Hereditary Hemorrhagic
 Iritasi zat kimia, obat-obatan Telangiectasia (HHT) atau
/narkotika. (Sindrom Rendu Osler Weber)
 Obat semprot hidung yang terus-  Gangguan inflamasi sistemik
menerus.  Penyakit hepatobilier
 Kelainan anatomi  Ateroslerosis, hipertensi dan
 Trauma alkohol
 Neoplasma  Keganasan hematologi
 Benda asing  Malnutrisi
 Inflamasi kronis
Papilloma inverted
PATOFISOLOGI
Area tipis &
Oleh iskemia
Lemah dinding
Dewasa muda lokal atau
pembuluh
trauma
darah

Perubahan
progresif otot Mulai fibrosis
Usia menengah pembuluh darah interstitial
& lanjut tunika media  jaringan parut
jaringan kolagen

Gagal kontraksi 
perdarahan banyak & lama
ETIOLOGI
• Mengeluarkan lendir hidung (“ingus”) yang kuat
Trauma Ringan • Bersin
• Mengorek hidung

Trauma Hebat • Kecelakaan lalu lintas

- Iritasi gas yang merangsang


- Benda asing
- Trauma pada pembedahan

Infeksi hidung dan sinus • Rhinitis, sinusitis, serta granuloma spesifik seperti
paranasal lupus, sifilis, dan lepra

Neoplasma • Hemangioma, karsinoma dan angiofibroma

Hipertensi dan kelainan


• Aterioskelerosis
pembuluh darah
• Wanita hamil
Gangguan endokrin • Menopause

• Hemofilia
Kelainan darah • Leukemia

Infeksi sistemik • Demam berdarah, tifoid dan morbili

Kelainan kongenital  Rendu-Osler-Weber disease


DIAGNOSIS
Pemeriksaan
Tentukan
Temukan Pemeriksaan klinis, Pem.
Anamnesis sumber
penyebab vital sign penunjang bila
perdarahan
diperlukan

Cegah
Hentikan
komplikasi perdarahan

Cegah berulang

Prinsip
Penatalaksanaan
Penanganan Epistaksis
Algoritma penanganan epistaksis.docx

Epistaksis Anterior Epistaksis Posterior

Tampon
Kauterisasi
Posterior

Tampon Tampon
Anterior Balon

Ligasi
Arteri
Alat-Alat Pada Penanganan Epistaksis
Tampon Anterior
Tampon Posterior
Tampon Balon
Ligasi
Arteri
Karotis
Eksterna

Ligasi
Arteri
Maksilaris
Ligasi Ligasi
Arteri
Interna
Arteri: Etmoidalis

Angiografi
dan
Embolisasi
Ligasi Arteri Karotis Eksterna
Ligasi Arteri Maxillaris Interna
Ligasi Arteri Etmoidalis
KOMPLIKASI

• Oleh epistaksis sendiri  perdarahan hebat 


aspirasi darah ke saluran napas bawah, syok,
anemia, dan gagal ginjal.
• Turunnya tekanan darah mendadak  hipotensi,
hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner 
infark miokard  KEMATIAN.
Komplikasi pemasangan tampon:
 Rhinosinusitis
 Otitis Media
 Septikemia/toxic shock syndrome
 Hemotimpanum
 Bloody tears

 Pemasangan Tampon Posterior (Belloq):


• Laserasi palatum mole atau sudut bibir bila benang yang keluar dari
mulut terlalu ketat dilekatkan pada bibir dan pipi.
• Nekrosis mukosa hidung/septum bila balon dipompa terlalu keras.
PENCEGAHAN EPISTAKSIS
BERULANG
 Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
 Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang.
 Jangan terlalu keras bila mengeluarkan lendir dari hidung.
 Batasi atau hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen.
 Menghindari trauma pada wajah.
 Menggunakan masker di laboratorium.
 Hindari asap rokok.
 Jika menderita alergi konsumsi obat antialergi untuk mengurangi
gatal pada hidung.

Anda mungkin juga menyukai