Anda di halaman 1dari 80

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN

DAN PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN (KDPPLK)
 Komite Prinsip Akuntansi Indomesia telah berhasil menerbitkan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(disingkat KDPPLK) dimana kerangka dasar ini merumuskan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan suatu
entitas bagi para pengguna eksternal.
 Dalam KDPPLK tersebut menjelaskan bahwa kerangka dasar
konseptual ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum
(general purpose financial statement) yang selanjutnya disebut
laporan keuangan (financial statement) termasuk laporan keuangan
konsolidasian (consolidated financial statement).
 Kerangka dasar yang dimaksud berlaku untuk penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk semua jenis perusahaan komersial
(comercial company) baik sektor publik maupun sektor swasta).
 Untuk membantu dalam menyediakan informasi keuangan
yang relevan dan dapat diandalkan ini, maka para akuntan
menggunakan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (KDPPLK) sebagai pedoman akuntansi dan
pelaporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam
PSAK No. 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan
Keuangan.
 PSAK No.1 (revisi 2009) ini sangat membantu para pengguna
laporan keuangan untuk memahami struktur, tujuan, isi, dan
karaktreristik informasi yang dihasilkan oleh akuntansi
keuangan dan laporan keuangan.
 Kerangka kerja konseptual merupakan suatu sistem yang koheren
yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya bagi penetapan standar
akuntansi yang konsisten dan penentuan sifat fungsi serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan keuangan.
 Kerangka kerja konseptual menghasilkan tujuan dan dasar-dasar
praktik akuntansi maupun pelaporan keuanganyang berlaku pada
saat sekarang (di Indonesia dikenal Pernyataan Standar Akuntansi
diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi (DSAK) Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).
 PSAK No. 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan
telah di syahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
pada tanggal 15 Desember 2009. PSAK No.1 (revisi 2009) ini
merevisi PSAK No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan yang
telah dikeluarkan pada tanggal 4 Septeber 1998.
 PSAK No.1 (revisi 2009) ini sangat membantu para
pengguna laporan keuangan untuk memahami struktur,
tujuan, isi, dan karaktreristik informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
 Kerangka konseptual tidak hanya membantu para
pengguna laporan dalam memahami praktik yang ada,
tetapi juga memberikan pedoman untuk praktik-praktik
yang akan berkembang dikemudian hari.
 Jika akuntansi dihadapkan pada perkembangan baru
yang belum diatur dalam prinsip akuntansi yang
berterima umum, maka kerangka kerja konseptual ini
akan memberikan referensi untuk menganalisis dan
memecahkan isu-isu yang berkembang.
 Tujuan kerangka dasar konsptual ini adalah untuk
digunakan sebagai acuan bagi:
a. komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam
pelaksanaan tugasnya,
b. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi
masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar
akuntansi keuangan,
c. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan
d. para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
 Ruang linglup (scope) yang disajikan dalam KDPPLK ini
meliputi antara lain:
a) tujuan laporan keuangan.
b) karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat
informasi dalam laporan keuangan.
c) definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang
membentuk laporan keuangan, dan
d) Konsep Modal dan Pemeliharaa Modal
 Kerangka kerja konseptual juga bermanfaat untuk memilih
metode yang paling tepat untuk melaporkan aktivitas
perusahaan. Untuk transaksi-transaksi tertentu, terdapat
lebih dari satu alternatif laporan yang dapat dibenarkan
atau yang berterima umum.
• Konsep-konsep dasar memberikan pedoman untuk memilih
alternatif untuk mencerminkan posisi keuangan, kinerja
keuangan, perubahan posisi keuangan dan arus kas suatu
perusahaan dengan cara yang paling tepat dalam suatu
lingkungan tertentu, sehingga kerangka kerja konseptual
membantu proses pelaporan keuangan agar memberikan
hasil yang lebih baik dan layak.
 Akibatnya sanksi dan kredibilitas atas prinsip akuntansi
didasarkan pada pengakuan dan penerimaan secara umum
yang bergantung pada kriteria seperti;
1. bermanfaat (usefulness),
2. keterhubungan (relevance),
3. dipercaya (reliability),
4. biaya-manfaat (cost-benefit), dan
5. pertimbangan materialitas (materiality consideration).
 Dalam akuntansi, suatu teori itu sudah ada. Tujuan filosofis, teori
normatif (yang terbentuk dari kebiasaan praktik-praktik sehat),
konsep-konsep yang berhubungan, keandalan definisi, serta aturan-
aturan yang rasional membentuk kerangka kerja konseptual.
 Lebih lanjut, filosofi akuntan, penteorian, pertimbangan, pembuatan
dan kehati-hatian sebagai suatu bagian penting (utama) dari praktik
profesi akuntansi.
 Subyektifitas merupakan aspek yang demikian kritis atas praktik-
praktik akuntansi saat ini, seperti mencari kebenaran dan fakta, suatu
pertimbangan apakah pengertian penyajian yang wajar (fair
presentation), dan pertimbangan dorongan perilaku oleh penyajian,
sering digambarkan secra berlebihan oleh pemunculan yang rinci
(detail), akurat dan mengarah kepada obyektifitas yang disertai
penggunaan angka untuk menyatakan posisi keuangan, kinerja
keuangan, perubahan posisi keuangan dan arus kas atas suatu
perusahaan (entitas).
 Prinsip-prinsip akuntansi tidaklah seperti pada ilmu alam atau
matematika, karena prinsip-prinsip akuntansi tidak diturunkan
atau dibuktikan dengan hukum alam dan tidak dipandang sebagai
kebenaran atau aksioma yang mendasar.
 Standar akuntansi tidak dapat dipastikankan, melainkan
diciptakan, dikembangkan atau bahkan dikurangkan atau
dihilangkan.
 Prinsip akuntansi didukung dan dibenarkan oleh naluri (intuisi),
kewenangan dan dapat diterimanya prinsip tersebut. Karena
demikian sulitnya untuk mensubstansikan (menghakekatkan)
prinsip akuntansi secara obyektif, tetapi oleh pengalaman dan
argumentasi sehubungan dengannya dapat menurunkan derajatnya
menjadi kebenaran yang seolah-olah sakral (quasi-religious
dogmatism).
 Pertanyaannya adalah mengapa suatu kerangka kerja
konseptual menjadi demikian penting? Pertanyaan ini
memerlukan suatu jawaban bahwa kerangka kerja
konseptula ini penting dimaksudkan untuk:
1) Meningkatkan keyakinan dalam laporan keuangan
dan meningkatkan makna keterbandingan diantara
berbagai laporan keuangan, dan
2) Masalah praktik yang baru dan sedang berkembang
harus dapat lebih cepat diselesaikan dengan acuan
kerangka kerja atas teori dasar yang tersedia.
 Banyak organisasi maupun individu yang telah berusaha mencoba
mengembangkan dan menerbitkan kerangka kerja konseptual yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan, tetapi
tidak ada kerangka kerja tunggal yang diterima secara umum
dalam mendasari praktik-praktik kerja akuntansi keuangan.
 Kerangka kerja dasar (basic framework) ini mencerminkan
berbagai konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan terutama bagi para pengguna eksternal
(external users) dalam menafsirkan informasi laporan keuangan
suatu perusahaan yang disajikan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berterima umum.
 Sifat dari suatu kerangka kerja konseptual merupakan suatu
kesatuan sistem atau hubungan antara tujuan dan dasar yang
menuntun kepada standar yang konsisten dan yang menjelaskan
sifat, fungsi, batasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
 Kieso dan Weygandt (2004) menjelaskan bahwa organisasi
profesi akuntansi yang paling sukses dalam menerbitkan
kerangka kerja konseptual yang mendasari praktik-praktik
kerja akuntansi keuangan yaitu Accounting Principles Board
(APB) dengan menerbitkan Statement No.4 yaitu mengenai
“Konsep Dasar dan Prinsip Akuntansi yang Mendasari Laporan
Keuangan Perusahaan” (Basic Concepts and Accounting
Principles Underlying Financial Statements of Business
Enterprises) yang diterbitkan pada tahun 1970.
 Organisasi ini berakhir pada tahun 1973 karena kehilangan
kredibilitasnya dari kominitas dunia usaha.
 Selanjutnya pada tahun 1973 lahir organisasi profesi
akuntansi lainnya sebagai pengganti APB yaitu Dewan
Standar Akuntanasi Keuangan (Finacial Accounting
Standard Board-FASB) yang keanggotaannnya terdiri
dari berbagai latar belakang profesi, misalnya:
pemeriksa (auditor), perusahaan jasa akuntansi
(corporate accounting service), perusahaan jasa
keuangan (financial services) dan akademisi
(academia) yang sampai tahun 1980 telah menerbitkan
7 (tujuah) Statement of Financial Accounting Concept
(SFAC) yang berhubungan dengan laporan keuangan,
yaitu;
1) SFAC No.1. Tujuan Laporan Keuangan oleh Perusahaan
(Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises),
menyajikan maksud dan tujuan akuntansi.
2) SFAC No.2. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
(Qualitative Characteristics of Accounting Information),
menguji karakterisitik yang membuat informasi akuntansi
bermanfaat.
3) SFAC No.3. Elemen-elemen Laporan Keuangan Perusahaan
(Elemets of Financial Statements of Business Enterprises),
menyediakan defisinisi atas pos laporan keuangan,
misalnya: asset (assets), laibilitas (liabilities), ekuitas
(equities), pendapatan (revenues) dan beban (expenses).
4) SFAC No.5. Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan
(Recognition and Measurement of Financial Statement of Business
Enterprises), membentuk kriteria dasar pengakuan dan
pengukuran serta pedoman atas informasi apa yang secara formal
harus dinyatakan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
5) SFAC No.6. Elemen-elemen Laporan Keuangan (Elements of
Financial Statements), menggantikan dan memperluas SFAC No.4
Elemen-elemen Laporan Keuangan perusahaan yang diperluas
lingkupnya mencakup didalamnya organisasi nirlaba.
6) SFAC No.7. Penggunaan Arus Kas dan Nilai Tunai dalam Pengukuran
Akuntansi (Using Cash Flows and Present Value in Accounting
Measurement), yang memberikan kerangka kerja bagi para
pemakai arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai tunai atau
nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
 Keseluruh SFAC di atas dapat digambarkan menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1. Tingkat pertama, tujuan-tujuan dasar (basic objectives)
mengidentifikasikan maksud dan tujuan akuntansi yang
merupakan bagian pembentuk kerangka kerja
konseptual.
2. Tingkat kedua, ciri kualitatif (qualitative characteristik)
yang membuat informasi akuntansi bermanfaat dan
difinisi unsur-unsur laporan keuangan.
3. Tingkat ketiga, adalah konsep pengukuran dan
pengakuan yang digunakan oleh akuntan dalam
membentuk dan menerapkan standar akuntansi.
Asumsi Prinsip Kendala
Konsep Pengakuan dan Pengukuran

 Ketiga tingkatan tersebut, secara hirarki dapat digambarkan


seperti di bawah ini:

Kosep Pengakuan dan Pengukuran Tingkat Ketiga:


Bagaimana implementasinya
Asumsi Priinsip Kendala

Ciri Kualitatip Elemen-elemen


Tingkat Kedua:
Informasi Laporan
Menjembatani antara tigngkat
Akuntansi Keuangan
pertama dan ketiga

Tujuan
Laporan Tingkat Pertama:
Keuangan Mengapa akuntansi: Maksud
dan tujuan akuntansi
 Dalam upaya membangun fondasi bagi akuntansi dan
pelaporan keuangan, profesi akuntansi telah
mengidentikasikan sekelompok tujuan dari pelaporan
keuangan suatu entitas bisnis, yaitu bahwa pelaporan
keuangan harus menyediakan informasi:
1. yang berguna bagi investor dan kreditor yang ada saat ini
atau yang potensial dan pemakai laporan lainnya untuk
membantu mereka dalam pengambilan keputusan
investasi, kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang
disajikan kepada mereka yang memiliki pemahaman yang
memadai tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan bisnis
serta ingin memperlajari informasi tersebut dengan lebih
seksama dan komprehensif.
2. untuk membantu investor dan kreditor yang ada saat ini atau yang
potensial dan pemakai laporan lainnya dalam menilai jumlah,
penetapan waktu dan penerimaan kas masa depan dari dividen,
bunga dan hasil penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas
atau pinjaman. Karena arus kas berhubungan dengan arus kas
perusahaan, maka laporan keuangan harus menyediakan informasi
yang dapat membentu investor dan kreditor yang ada saat ini
atau yang potensial dan pemakai laporan lainnya menilai jumlah,
penetapan waktu dan ketidakpastian arus kas masuk bersih (net
cash flow) masa depan perusahaan yang bersangkutan.
3. tentang sumber daya ekonomi dari suatu perusahaan dan klaim
terhadap sumber daya tersebut, dan pengaruh dari transaksi,
kejadian dan kondisi lainnya yang mengubah sumber daya
perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya
perusahaan tersebut.
 Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1
(revisi 2010) dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (KDPPLK) menjelaskan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyagkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
 Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini harus dapat
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun
demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi karena secara umum informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian atau transaksi-transaksi di masa lalu dan tidak diwajibkan
untuk menyajikan informasi yang bersifat nonkeuangan.
 Dalam PSAK No.1 (revisi 2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa
dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:
a) aset (assets),
b) liabilitas (liability),
c) ekuitas (equity),
d) pendapatan dan beban (revenues and expenses) termasuk
keuntungan dan kerugian (gains and losses),
e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik (distribution to
owners) dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan
f) arus kas (cash flows).
 Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas, bahwa laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan memiliki beberapa
tujuan: (1). tujuan umum (general purpose), (2). tujuan khusus
(special purpose), dan (3). Tujuan tambahan (additional purpose)
 PSAK No. 1 Revisi 2010 menjelaskan tentang laporan keuangan
yaitu menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
arus kas dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi
sebagian besar pengguna laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan ekonomi.
 Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini harus memenuhi
kebutuhan informasi bersama sebagian besar pengguna.
 Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi, karena secara umum laporan keuangan hanya
menggambarkan pengaruh keuangan dari transaksi, kejadian dan
peristiwa lainnya di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi nonkeuangan.
 Pengertian tersebut diatas dimaksudkan bahwa laporan
keuangan harus mampu memberikan informasi yang
bermanfaat untuk para investor serta kreditor (sebagai
pengguna utama) yang ada dan yang potensial serta para
pemakai lainnya dalam mengambil keputusan rasional
mengenai investasi, kredit dan keputusan sejenis lainnya.
 Informasi itu harus dapat dimengerti oleh orang-orang yang
mempunyai pengetahuan tentang aktivitas usaha dan
ekonomi dan mereka yang mempunyai keinginan untuk
mempelajari informasi tersebut secara seksama.
 Penekanan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum ini
terletak pada investor dan kreditor sebagai pengguna
eksternal (external users) yang paling utama, karena dengan
memenuhi kebutuhan mereka, maka hampir semua
kebutuhan informasi pihak lainnya akan terpenuhi.
 Tujuan umum atas laporan keuangan ini diusahakan
bercakupan luas agar memenuhi berbagai kebutuhan
para pemakai.
 Jadi, tujuan umum atas laporan keuangan adalah
berusaha untuk memenuhi kepentingan umum dari
berbagai pengguna potensial yang bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan khusus kelompok tertentu saja.
1. Memprakirakan prospek arus kas. Para investor dan
kreditor sangat menaruh perhatian pada arus kas pada masa
yang akan datang. Investor mengharapkan akan menerima
hasil dari investasinya dalam bentuk dividen tunai (cash
dividend) dan pada akhirnya akan menjual investasi yang
dimilikinya dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga
perolehannya (mencari capital gain).
2. Memahami kondisi keuangan perusahaan. Laporan
keuangan harus menyediakan informasi mengenai keadaan
keuangan perusahaan, untuk membantu para investor dan
kreditor serta pemakai laporan lainnya dalam memahami
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan, selain
mengenai likuiditas, dan solvabilitas dan struktur
permodalan perusahaan.
3. Memahami kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus
menyediakan informasi mengenai kinerja (performance)
suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Kinerja
perusahaan ini diukur dengan laba dan komponen-
komponen yang membentuknya yang diperoleh dari hasil-
hasil usahanya.
4. Memahami bagaimana kas diperoleh dan digunakan.
Laporan keuangan harus menyediakan informasi mengenaui
arus kas perusahaan selama satu periode tertentu. Tujuan
ini meliputi antara lain mengenai pinjaman dan
pembayaran kembali dana pinjaman, transaksi-transaski
yang berkiatan dengan modal, serta faktor-faktor lainnya
yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
• Tujuan tambahan atas laporan keuangan adalah harus
mampu menyediakan informasi yang memungkinkan
manajemen perusahaan mengambil keputusan sesuai
dengan kepentingan pemilik perusahaan.
• Memungkinkan para pemilik perusahaan untuk
memperkirakan seberapa baik kinerja para manajemen
perusahaan telah melaksanakan tanggung jawabnya
dalam mengelola perusahaan dengan sumber-sumber
ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
• Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi maka
pengguna laporan harus dapat memahami dengan
memadai tentang posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan perusahaan.
 Karena tujuan laporan keuangan adalah menyajikan
informasi yang akan digunakan dalam pengambilan
keputusan, perlu dijaga agar informasi yang disajikan
mepunyai kualitas informasi tertentu.
 Harus terdapat hubungan antara pembuat keputusan
(pengguna) dengan keputusan melalui penggunaan informasi
yang bermanfaat.
 Kaitannya, pemahaman atas informasi akuntansi yang
berkualitas menyebabkan pengguna dipengaruhi untuk
memperolehnya dan menggunakannya secara berarti.
 Singkatnya informasi akuntansi harus dapat dipahami dan
digunakan (dapat merubah perilaku) dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
 Karakterisitik kualitatif informasi akuntansi merupakan ciri utama
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi
pengguna, misalnya: (a). bagaimana pengguna laporan mengambil
suatu keputusan ekonomi bilamana laporan keuangan
menyediakan informasi dengan suatu dasar historis (historical
cost) atau dengan suatu dasar nilai pasar saat ini (current market
value)? (b). bagaimanakah cara memutuskan untuk melaporkan
dua perusahaan atau lebih dalam satu induk apakah secara
terpisah atau digabungkan?
 Pemilihan suatu metode akuntansi (accounting method) yang
tepat, yang dapat diterima, jumlah dan jenis informasi yang harus
diungkapkan, bentuk laporan yang harus disajikan mencakup
penentuan mengenai alternatif mana yang tersedia yang dapat
memberikan informasi yang paling baik bagi tujuan pengambilan
keputusan.
 Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangat
berbeda satu dengan yang lainnya, begitu juga dengan metode
yang dipakai mereka dalam pengambilan keputusan, informasi
yang telah mereka miliki atau diperoleh dari sumber lain, dan
kemampuan mereka dalam memproses informasi tersebut.
 Agar informasi menjadi lebih bermanfaat maka harus terdapat
hubungan antara pemakai laporan dengan keputusan yang akan
mereka ambil. Kaitan ini, yaitu kemampuan untuk memahami
(understandability) adalah kualitas informasi yang memungkinkan
pemakai merasakan signifikansi dari informasi tersebut. FASB
dalam SFAC No.2 telah mengidentifikasikan ciri kualitatif informasi
akuntansi yang membedakan antara informasi yang baik atau lebih
bermanfaat (better) dan informasi yang tidak baik atau kurang
bermanfaat (inferior).
 Hirarki kualiatas informasi tersebut digambarkan oleh FASB sebagai
kerangka kerja (framework).
Semua informasi yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan investasi, kredit dan keputusan lainnya
Pelaporan keuangan
Bidang yang dipengaruhi secara
Langsung oleh standar-standar Akuntansi

Laporan Keuangan Utama


Laporan Catatan Informasi Alat-alat pelaporan Informasi Lain:
Keuangan atas Laporan Tambahan keuangan lainnya
Keuangan
•Laporan posisi • Kebijakan Akuntansi • Pengungkapan • Hasil pembahasan • Laporan analis
keuangan 1. Kontijensi mengenai dan analisa • Statistik
Perhitungan laba- • Metode Persediaan perubahan harga manajemen ekonomi
rugi • Jumlah lembar (FASB No.33) • Surat-surat kepada • Artikel-artikel
•Laporan Arus Kas saham yang beredar • Informasi pemegang saham mengenai
•Laporan • Pengukuran mengenai perusahaan
investasi oleh Cadangan Minyak
dan distribusi dan Gas Bumi
kepada pemilik (FASB No.69)
• Bahwa FASB menjelaskan dalam SFAC No.2 bahwa
keterkaitan antara keputusan dan informasi yang relevan
(relevance) dan handal (realiable) merupakan dua kualitas
primer yang membuat informasi akuntansi bermanfaat
dalam pengambilan keputusan.
• Kedua unsur kualitas utama tersebut yang akan
membedakan apakah informasi akuntansi menjadi lebih
bermanfaat (better) atau menjadi tidak bermanfaat
(inferior).
 Relevan (Relevance). SAK dalam KDPPLK menjelaskan
bahwa agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna dalam pengambilan
keputusan.
 Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa-peristiwa
masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
 Dengan demikiam, agar relevan maka informasi
akuntansi harus dapat mendorong untuk membuat
keputusan menjadi berbeda.
 Keandalan (Reliable). Informasi memiliki kualitas yang
andal bilamana secara layak terbebas dari pengertian yeng
menyesatkan, kesalahan material (material errors), rancu
(bias), dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur.
 Dapat diandalkan berarti pula penyajian informasi harus
didasarkan pada kejujuran atau ketulusan penyajian
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
 Menurut SAK dalam KDPPLK menyatakan bahwa suatu
informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
 Untuk dapat diandalkan, informasi akuntansi harus memiliki
tiga karakteristik penting, yaitu;
(1). Daya Uji (verifiability),
(2). Ketepatan penyajian (representation faithfulness) dan
(3). Neutralitas (neutrality).

 Daya Uji (verifiability), konsep ini berarti bahwa informasi


dapat dibuktikan kebenarannya bilamana suatu tingkat
kesepakatan yang tinggi dapat diamankan dan dibuktikan
dengan pengukur independen dan dengan metode
pengukuran yang sama. Jika pihak luar perusahaan
menggunakan pengukuran yang sama, namun justru
menghasilkan kesimpulan yang berbeda, maka laporan
dinyatakan tidak dapat diuji.
 Ketepatan Penyajian (representation faithfulness). Ketepatan penya-
jian berarti bahwa angka-angka dan penjelasannya disajikan dalam
laporan keuangan mewakili apa yang sebenarnya ada dan terjadi. SAK
dalam KDPPLK menjelaskan bahwa informasi harus dapat menggam-
barkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
 Netralitas (neutrality). Konsep ini berarti bahwa informasi tidak dapat
dipilih untuk tujuan menguntungkan satu atau sekelompok pihak yang
berkepentingan terhadap pihak lain. SAK dalam KDPPLK
mengungkapkan bahwa informasi harus diarahkan pada kebutuhan
umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha-usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal
tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
 Informasi tentang suatu perusahaan akan lebih bermanfaat jika:
(1). dapat dibandingkan dengan informasi sejenis yang berasal dari
perusahaan lain (comparability), dan (2). dengan informasi yang
sejenis dari perusahaan yang sama namun dari periode waktu yang
berlainan (concistency).
 Komparabilitas atau daya banding, Hakikat dari pengertian daya
banding adalah bahwa informasi akan semakin lebih bermanfaat
jika dapat dikaitkan dengan ukuran atau standar tertentu.
Informasi yang lebih terukur dan dilaporkan dengan cara yang
sama untuk perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan. SAK
dalam KDPPLK menjelaskan bahwa pengguna harus dapat
membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode
untuk mengidentifikasi atas kecenderungan atau tren posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
 Konsistensi (consistency). Konsistensi merupakan unsur penting
lainnya dari informasi akuntansi yang bermanfaat. Mengingat
banyaknya alternatif laporan yang ada, metode yang dianut
perusahaan haruslah digunakan secara konsisten (ajeg) agar
kontinuitas dan komparabilitas didalam laporan keuangan dapat
tercapai. Namun hal ini tidak berarti bahwa perusahaan tidak
dapat merubah satu metode akuntansi ke metode akuntansi
lainnya. Perusahaan dapat merubah metode, tetapi perubahan
harus dibatasi pada situasi dimana hal ini dapat dibuktikan bahwa
metode baru yang digunakan memang lebih disukai dan
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dibandingkan dengan
metode lama.
PSAK No. 1 (revisi 2010) mendefinisikan unsur-unsur laporan,
yaitu sebagai berikut:

 Berkaitan dengan posisi keuangan meliputi:


1. aset (assets),
2. liabilitas (liability),
3. Ekuitas (equity),

 Berkaitan dengan kinerja, meliputi:


4. penghasilan (revenues),
5. beban (expense),
6. keuntungan (gains),
7. kerugian (losses).
Sedangkan FASB dalam SFAC No.6 mendefinisikan sepuluh unsur
yang saling berhubungan yang secara langsung berhubungan
dengan pengukuran kinerja dan status keuangan perusahaan,
yaitu:
1. aset (assets),
2. liabilitas (liability),
3. ekuitas (equity)
4. investasi oleh pemilik (investment by owners),
5. distribusi kepada pemilik (distribution to owners),
6. laba komprehensive (comprehensive income),
7. penghasilan (revenues),
8. beban (expense),
9. keuntungan (gains),
10. kerugian (losses).
 Aset (assets) adalah kemungkinan manfaat ekonomi pada
masa yang akan datang yang dimiliki atau dikendalikan suatu
perusahaan sebagai hasil transaksi atau kejadian di masa
lalu. SAK dalam KDPPLK mendefinisikan bahwa aset adalah
sumber daya yang dikuasi oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana sumber ekonimis di
masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Yang
dimaksud dengan manfaat ekonomi masa depan yang
terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk
memberikan sumbangan (kontribusi) baik langsung atau
tidak langsung arus kas dan setara kas kepada perusahaan.
Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif
dan merupakan bagian dari aktivitas operasi perusahaan.
 Liabilitas (liabilities) adalah kemungkinan pengorbanan
manfaat ekonomis pada masa yang akan datang yang
ditimbulkan dari liabilitas-liabilitas perusahaan yang
ada pada saat ini untuk mengorbankan aset atau
memberikan jasa kepada pihak lain pada masa yang
akan datang sebagai akibat dari transaksi atau kejadian
pada masa lalu. SAK dalam KDPPLK mendefinisikan
bahwa liabilitas merupakan utang perusahaan masa
kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi.
 Ekuitas adalah Hasil residu (nilai sisa) dari aset suatu
perusahaan setelah dikurangi dengan liabilitas. SAK
dalam KDPPLK mendefinisikan bahwa ekuitas adalah
hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi
semua liabilitas. Dalam suatu perusahaan, ekuitas
merupakan bagian kepemilikan.

Equity = Assets - Liabilities


 Investasi oleh pemilik (Investment by
owners) adalah pertambahan dalam aset
bersih (net assets) sesuatu yang bernilai
dalam penyertaan dari perusahaan atau
pihak lain untuk memperoleh atau
memperbesar bagian kepemilikan dalam
penyertaannya. Aset adalah bentuk yang
biasa diperoleh dalam penyertaan oleh
pemilik, namun demikian dapat juga
termsuk jasa ataupun pelunasan
(pengambilalihan) liabilitas perusahaan.
 Distribusi kepada pemilik (distribution to
owners) adalah pengurangan dalam aset
bersih suatu perusahaan sebagai hasil suatu
pemindahan aset, pelayanan jasa atau
terciptanya liabilitas oleh perusahaan
kepada pihak pemilik. Pengambilalihan
kepada pemilik mengurangi bagian
kepemilikan (ekuitas) dalam suatu
perusahaan atau memberikan jasa kepada
pihak lain sebagai akibat transaksi atau
kejadian padsa masa lalu.
 Laba komprehensif (comprehensive income)
adalah perubahan dalam ekuitas suatu
perusahaan selama satu periode tertentu
akibat transaksi dan kejadian serta keadaan
lainnya yang berasal dari sumber-sumber
yang bukan dari pemilik. Termasuk pula
semua perubahan dalam ekuitas selama satu
periode, kecuali yang berasal dari
penyertaan oleh pemilik (investment by
owners) dan pengembalian kepada pemilik
(distribution to owners).
 Penghasilan (revenues) adalah pemasukan atau
peningkatan aset suatu perusahaan atau penyelesaian
liabilitas perusahaan atau campuran keduanya selama
satu periode tertentu akibat penyerahan atau
pembuatan suatu produk, pelayanan jasa atau kegiatan
lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang
berkesinambungan (major operation). SAK dalam
KDPPLK mendefinisikan tentang penghasilan yaitu
kenaikan selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atas penambahan aset atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
 Beban (expense) adalah pengeluaran atau penggunaan
aset atau terciptanya liabilitas atau campuran
keduanya selama satu periode tertentu akibat
penyerahan atau pembuatan produk, pelayanan jasa
atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama
perusahaan yang berkesinambungan (contonuing
operation). SAK dalam KDPPLK mendefinisikan tentang
beban yaitu penurunan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau
berkuirangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penutunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
 Keuntungan (gains) adalah pertambahan ekuitas akibat transaksi
yang bukan merupakan kegiatan utama (pheriperal) atau secara
kebetulan terjadi (incidental) pada suatu perusahaan serta akibat
transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi perusahaan
selama satu periode tertentu kecuali penghasilan atau pendapatan
(revenue) atau investasi yang berasal dari pemilik (investment by
owners).
 Kerugian (losses) adalah pengurangan ekuitas akibat transaksi
yang bukan merupakan kegiatan utama (pheriperal) atau secara
kebetulan terjadi (incidental) pada suatu perusahaan serta akibat
transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi perusahaan
selama satu periode tertentu kecuali beban (expenses) dan
distribusi kepada pemilik pemilik (distribution to owners).
 PSAK No.1 (revisi 2010) menjelaskan bahwa pengakuan
(recognition) merupakan proses pembentukan suatu
pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria
pengakuan tertentu dalam neraca dan laporan laba-
rugi.
 Pos-pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus
diakui, bila memenuhi dua kriteria, yaitu:
1. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang
berkaitan dengan pos-pos tersebut akan mengalir
dari atau ke dalam perusahaan, dan
2. pos-pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.
 FASB dalam SFAC No.5 menjelaskan bahwa untuk memenuhi syarat
pengakuan ini, suatu pos harus memenuhi empat kriteria, yaitu:
1. Definisi,
2. Dapat diukur,
3. Relevansi, dan
4. Keandalan.
 Agar suatu pos dapat diakui maka pos tersebut harus memenuhi
salah satu definisi mengenai unsur-unsur laporan keuangan.
 Keempat kriteria pengakuan utama tadi berlaku untuk semua
unsur laporan keuangan. Akan tetapi, karena salah satu dari tugas
utama akuntansi adalah untuk mengukur dan melaporkan laba
(rugi) bersih, maka penerapan yang tepat atas kriteria pengakuan
ini sangat diperlukan dalam hal pengakuan pendapatan (revenue
recognition) dan pengakuan beban (expense recognition)
 Konsep pengakuan dan pengukuran meliputi:
1. Asumsi-asumsi dasar (basic assumption),
2. Prinsip-prinsip dasar akuntansi (basic accounting
principles),
3. Kendala-kendala (constraints).

 Profesi akuntansi menggunakan ke tiga konsep tersebut


sebagai pedoman operasional. Konsep-konsep ini berfungsi
sebagai pedoman dalam menanggapi isu-isu pelaporan
keuangan yang berkembang yang kontroversial secara
rasional. Konsep ini telah berubah dari waktu ke waktu dan
merupakan dasar bagi prinsip-prinsip akuntansi yang telah
ditetapkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan atau oleh
organisasi sejenisnya.
 FASB dalam SFAC No.5 menjelaskan bahwa asumsi dasar
(basic assumptiom) yang mendasari struktur akuntansi
keuangan, yaitu: (1). entitas ekonomi (economic
entity), (2). kelangsungan usaha (going concern), (3).
unit moneter (monetery unit), dan (4). periodesitas
(periodicity/accounting/fiscal period).

 Sedangkan SAK dalam KDPPLK menjelaskan tentang


asumsi dasar ini meliputi: (1). dasar akrual (accrual
basis), dan (2). kelangsungan usaha (going concern).
 Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption).
Merupakan asumsi pokok dalam akuntansi bahwa aktivitas ekonomi
dapat diidentifikasikan dengan satu unit pertanggungjawaban yang
jelas. Di dalam konsep ini, perushaan harus dipandang sebagai
unit usaha (entitas) yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya.
Unit usaha (entitas) dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah
dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lainnya. (eksis).
Lebih lanjut, konsep ini tidak secara penting mengacu pada
kesatuan hukum (legal entity). Perusahaan induk dan anak adalah
terpisah menurut kesatuan hukum, tetapi untuk tujuan akuntansi
dan laporan keuangan seluruh aktivitas disatukan atau
digabungkan dan hal ini tidak bertentangan dengan asumsi ini,
karena perusahaan induk dan perusahaan anak dianggap sebagai
satu kesauan ekonomi tunggal.
 Asumsi kelangsungan usaha (going concern assumption). Konsep
ini beranggapan bahwa entitas itu akan hidup terus, dalam arti
diharapkan tidak akan dIlikuidasi pada masa yang akan datang,
kecuali bila ada bukti yang sebaliknya. Penekanan konsep ini
adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia waktu yang cukup
bagi suatu entitas untuk menyelesaikan usaha, kontrak dan
komitmen. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa laporan
biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsunga usaha perusahaan
dan akan melangsungkan usahanya di masa depan. Karena itu,
perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan
melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika
maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan asumsi yang berbeda dan dasar
yang digunakan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
 Asumsi unit moneter (monetery unit assumption). Akuntansi yang
didasarkan pada asumsi bahwa uang merupakan alat pengukur
atau pembilang umum (common denominator) didalam aktivitas
ekonomi yang berlangsung, serta sebagai suatu dasar yang
memadai bagi akuntansi untuk melakukan pengukuran dan
analitis. Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu entitas
dapat dicatat dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu,
tetapi karena tidak semua transaksi tersebut dapat dicatat dengan
menggunakan ukuran fisik atau waktu yang sama, sehingga
menimbulkan kesulitan di dalam pencatatan serta penyajian dan
pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka semua
transaksi yang terjadi akan dinyatakan dan dicatat dalam satuan
(unit) moneter atau nilai uang pada saat terjadinya. Unit moneter
yang digunakan adalah mata uang Negara dimana perushaan itu
berdomisili (di Indonesia dengan menggunakan mata uang rupiah).
 Asumsi periodesitas (periodicity/accounting/fiscal period
assumption). Cara umum yang paling tepat untuk mengukur hasil
dari aktivitas atau kegiatan perusahaan adalah menunggu hingga
tiba waktu (saat) dilikuidasi. Akan tetapi berbagai pihak yang
berkepentingan tidak dapat menunggu secara tidak jelas untuk
kebutuhan mereka akan informasi perusahaan tersebut. Masalah
yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian asset dan
liabilitas kedalam periode-periode tertentu dimana laporan
keuangan tersebut disusun dan disajikan. Oleh karenanya perlu
dilakukan alokasi atas asset, liabilitas, pendapatn dan beban dari
period ke periode untuk transaksi dan kejadian yang
mempengaruhi beberapa periode akuntansi. Alokasi ini dilakukan
berdasrkan taksiran atau estimasi
 Dasar akrual (accrual base). Untuk mencapai tujuannya, laporan
keuangan harus disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini,
pengaruh dari transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat
kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. PSAK
No. 1(revisi 2010) menjelaskan tentang dasar akrual yaitu bahwa
entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
laporan arus kas. Ketika akuntansi berdasarkan akrual digunakan,
entitas mengakui asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban
(unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi
definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK).
 Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat
transaksi, yaitu;
1. Prinsip biaya histories (historical cost principles),
2. Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principles),
3. Prinsip penandingan (matching principles), dan .
4. Prinsip Pengungkapan penuh (full disclosure principles).

Prinsip harga histories (historical cost principles).


Secara traditional, penyaji dan pengguna laporan keuangan
menemukan bahwa biaya atau harga perolehan adalah dasar umum
yang berguna untuk pengukuran dan pelaporan akuntansi. Akibatnya
prinsip akuntansi saat ini menghendaki agar aset dan liabilitas
diperlakukan dan dilaporkan pada dasar harga perolehannya. Hal ini
sering disebut sebagai prinsip harga historis (historical cost principles).
 Harga perolehan (acquisition cost) mempunyai satu
keuntungan penting dari dasar penilaian lain, yaitu dapat
dipercaya dan dapat diuji. Sekali dibentuk, harga perolehan
tetap digunakan sepanjang aset tersebut digunakan. Untuk
mempercayai informasi yang disajikan, pengguna internal
dan eksternal harus mengetahui bahwa informasi adalah
akurat dan didasarkan pada fakta. Dengan menggunakan
prinsip harga historis (historical cost) sebagai dasar
pencatatan, akuntan dapat menyajikan laporan mereka
secara obyektif dan data dalam laporan keuangan dapat
diuji keabsahannya.
 Atribut-atribut pengukuran lainnya yang sekarang banyak
digunakan dalam pelaporan akuntansi, yaitu:
 Biaya pengganti saat ini (current replacement cost), yaitu
merupakan harga tunai ekuivalen yang akan dibayarkan sekarang
untuk membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama.
 Harga pasar saat ini (current market value), yaitu merupakan
harga tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu
aset dalam likuidasi yang dilaksanakan secara terarah.
 Nilai bersih yang dapat direalisir (net realizable value), yaitu
merupakan jumlah kas yang diperkirakan akan diterima atau
dibayarkan dari hasil pertukaran aset atau liabilitas dalam
kegiatan normal perusahaan. Pada umumnya, nilai bersih yang
dapat direalisir sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-
biaya penjualan normal.
 Nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value),
yaitu merupakan jumlah arus kas masuk neto (bersih) dimasa yang
akan datang yang dinilai tunaikan pada saat sekarang.
 SAK dalam KDPPLK juga menjelaskan bahwa dasar
pengukuran yang lazimnya digunakan oleh perusahaan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah biaya
historis (historical cost). Ini biasanya digabungkan dengan
dasar pengukuran yang lain, misalnya persediaan
(inventories) dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya
historis atau nilai realisasi bersih (lower cost or net
realizable value), akuntansi dana pensiun (accounting for
pension fund) menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar
(fair value).
 Pertimbangan untung-rugi (trade-off) antara relevansi dan
keandalan yang telah dikemukakan sebelumnya juga dapat
terlihat dalam mempertimbangkan atribut pengukuran mana
yang akan digunakan.
 Praktik akuntansi yang sedang berlaku sekarang banyak
menggunakan dasar pengukuran adalah biaya historis dalam
pencatatan setiap transaksi pertama kali, karena dasar
inilah yang paling obyektif dan dapat dibuktikan.
 Dengan demikian biaya historis merupakan harga pasar yang
wajar (fair market value) dari suatu pos pada saat
terjadinya transaksi. Karena harga historis memenuhi
kreiteria relevansi dan dapat diandalkan, maka dalam
praktik akuntansi sering digunakan sebagai dasar penilaian
(valuation).
 Namunpun demikian, atribut-atribut pengukuran lainnya
juga dapat digunakan dan diharapkan akan terus berlanjut
pada masa yang akan datang.
Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition
principles).
• Pendapatan (revenue) adalah penambahan atas asset atau
pengurangan liabilitas atau kombinasi dari keduanya yang
ditimbulkan dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh
suatu entitas selama satu periode tertentu.
• Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan
adalah jumlah kas atau ekuivalen kas yang diterima dari transaksi
yang mengakibatkan pendapatan bagi perusahaan.
• Pendapatan dalam prinsip pengakuan ini meliputi cakupan yang
luas, dimana di dalam pendapatan termasuk pendapatan bunga,
sewa, keuntungan penjualan asset. Batasan umum yang biasanya
diguanakan adalah perubahan ekuitas bersih selain berasal
transaksi dari pemilik (investasi oleh pemilik atau distribusi
kepada pemilik).
 SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa penghasilan diakui
dalam laporan laba-rugi kalau kenaikan menfaat ekonomi di
masa depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau
penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan
andal. Hal ini berarti penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas,
misalnya: kenaikan bersih aset yang timbul dari penjualan
barang atau jasa atau penurunan liabilitas yang timbul dari
pembebanan pinjaman yang harus dibayar.
Prinsip penandingan (matching principles).
• Prinsip penandingan adalah menandingkan antara asset dan
liabilitas dan beban dengan pendapatan. Prinsip
pendandingan ini berguna untuk menentukan besarnya laba
bersih selama satu periode tertentu.
• Karena asset dan liabilitas, beban dan pendapatan harus
ditandingkan, maka pengakuan beban sangat tergantung
pada pengakuan pendapatan, demikian pula pengakuan
asset akan sangat tergantung pada pengakuan liabilitas.
• Dalam pengakuan atas beban atau biaya, akuntan berusaha
untuk mengikuti pendekatan biarkan biaya mengikuti
pendapatan terkait seperti hubungan sebab akibat.
 Biaya tidak diakui pada saat kas dibayarkan atau pada saat
pekerjaan diselesaikan, atau pada suatu saat produk
diproduksi, melainkan pada saat pekerjaan atau produk
secara nyata telah menyumbangkan pendapatan. Dengan
demikian pengakuan biaya terikat pada pengakuan
pendapatan.
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principles).
 Prinsip pengungkapan penuh merupakan penyajian
informasi yang lengkap yang harus tercakup dalam laporan
keuangan sutau entitas. Karena informasi yang disajikan itu
merupakan ikhtisar (ringkasan) dari transaksi-transaksi,
kejadian serta kondisi lainnya dalam satu periode tertentu
dan saldo-saldo akun laporan keuangan, tidaklah mungkin
untuk memasukan semua informasi yang ada ke dalam
laporan keuanagn.
 Dalam memutuskan informasi apa saja yang akan dilaporkan
dalam laporan keuanagn entitas, akuntan mengikuti praktik
umum penyajian informasi yaitu bahwa informasi penting
yang secara layak mempengaruhi pertimbangan dan
keputusan pengguna laporan keuangan.
 Hal ini dikenal sebagai prinsip pengungkapan penuh, yang
mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang harus
tercakup dalam laporan keuangan mencerminkan sejumlah
pertimbangan untung-rugi (trade-off).
• Trade-off ini berusaha untuk:
1. mengungkapkan hal-hal detail secara memadai sehingga
pengguna merasakan perbedaan dalam pembuatan
keputusan, kemudian
2. pemadatan yang memadai untuk membuat informasi
dapat dipahami dengan tetap mempertimbangkan biaya
penyiapan dan penggunaan informasi.
 Pengungkapan dapat dilakukan oleh pihak penyaji dengan
salah satu dari ketiga cara;
1. dalam badan atau bangun utama laporan keuangan,
2. dalam catatan atas laporan keuangan, atau
3. sebagai suatu informasi suplemen atau pelengkap.
 Dalam penyajian informasi dengan karakteristik kualitatif yang
membuatnya berguna, dua kendala penyaring atau penentu harus
dipertimbangkan;
1. hubungan biaya-manfaat (cost-benefit relationship),
2. materialitas (materiality),
3. praktik-praktik industri (industry practice), dan
4. konservatisme (conservatism).

Hubungan Biaya-Manfaat (cost-benefit relationship).


 Seringkali pengguna mengasumsikan bahwa informasi merupakan
komoditas bebas biaya. Tetapi bagi penyaji informasi akuntansi
mengetahui bahwa tidak demikian halnya. Biaya penyiapan
informasi harus diukur terhadap manfaat yang diperoleh dengan
penggunaan informasi. Jelaslah harus lebih besar manfaat
dibanding dengan biaya penyiapannya.
 SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa keseimbangan antara
biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang persuasif dari
pada karakateristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun
demikian, evaluasi terhadap biaya dan manfaat merupakan
proses pertimbangan yang substansial.

Materialitas (materiality).
 Pada dasarnya, laporan keuangan disusun dan disajikan
berdasarkan teori yang ditetapkan untuk mencatat transaksi,
kejadian atau kondisi lain yang terjadi dengan suatu cara
tertentu. Akan tetapi dalam praktiknya, tidak semua transaksi,
kejadian atau kondisi lainnya diperlakukan sesuai dengan teori.
 Pada umumnya, tranaski, kejadian atau kondisi lainnya yang
jumlahnya material yang diperlakukan sesuai dengan teori,
tetapi untuk transaki, kejadian dan kondisi lain yang
jumlahnya tidak material dan tidak akan mempengaruhi pos-
pos lain boleh diperlakukan menyimpang. Yang menjadi
masalah adalah berapakah jumlah yang dianggap cukup
material dan diperlukan pertimbangan khusus?
 Suatu pos adalah material jika dimasukan atau tidak
dimasukan (diabaikan) akan mempengaruhi pertimbangan
atau keputusan yang wajar dilakukan oleh seseorang.
Dengan demikian tidak meterial berarti tidak ada hubungan
antara dimasukan atau pengabaian informasi terhadap
pembuatan keputusan.
 Singkatnya hal itu harus membuat berbeda atau tidak
membutuhkan pengungkapan sama sekali. Tidak material
dalam hal ini mencakup suatu ukuran relatif atau sumir dan
makna penting.
 SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa relevansi informasi
dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk
menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu
segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan
peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbang-
kan materialitas dan hasil yang dicapai segment baru
tersebut dalam periode pelaporan.
 Dalam kasus lain, baik hakikat maupun materialitas
dipandang penting, misalnya: jumlah serta kategori
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
 Selanjutnya dijelaskan pula bahwa informasi dipandang
material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil
atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada
besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan
situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan
(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).
Praktik-praktik industri (industry practice).
 Untuk industry-industri tertentu seperti bank, asuransi, dan
lembaga keuangan lainnya memerlukan penerpan prinsip akuntansi
yang berbeda dengan industry-industri lainnya. Juga dengan
adanya undang-undang atau peraturan pemerintah terhadap
industri khusus seperti ini akan mengakibatkan adanya prinsip-
prinsip akuntansi tertentu yang berbeda dengan prinsip akuntansi
yang pada umumnya dPertimbangan praktis lainnya, dimana
kadang-kadang dibutuhkan penyimpangan dari teori dasar adalah
sifat kepentingan khusus atas beberapa industri dan bisnis.
Misalnya, bank selalu melaporkan investasi suart berharga tertentu
berdasarkan nilai pasar karena surat berharga tersebut seringkali
diperdagangkan dan banyak yang mempercayai bahwa nilai setara
kas (cash equivalentt) merupakan informasi yang berguna.
 igunakan,
 Dalam perusahaan perkebunan, aset tidak lancar justru
disajikan pada sisi atas di neraca untuk menunjukkan bahwa
usaha tersebut bersifat padat modal.
 Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan kadang-
kadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
Penyimpangan dari teori dasar ini tidak banyak, tetapi
mungkin ada.
 Setiap kali menemukan pelanggaran atas teroi dasar, maka
profesi akuntansi harus menentukan terlebih dahulu apakah
pelanggaran tersebut dapat dijelaskan oleh sejumlah
karakteristik unik dari industry yang bersangkutan sebelum
mengecam prosedur akuntansi yang digunakan.
Konservatisme (conservatism).
 Pimpinan perusahaan bertanggungjawab terhadap
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai denagn
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan penyajian
laporan keuangan ini adalah untuk menyampaikan informasi
tentang posisi keuangan dan kinerja usaha perusahaan yang
dipimpinnya.
 Sebagaimana dikemukakan dalam PSAK No.1 (revisi 2010)
bahwa manajemen entitas bertanggunvjawab atas
penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Agar
tujuan tersebut tercapai, maka pimpinan perusahaan harus
memilih metode dan prosedur akuntansi yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan pelaporan keuangan.
 Kendala konservatisme ini sering kali disalah artikan. Konservatif
berarti jika terdapat keraguan memilih penyelesaian yang
akhirnya akan menyebabkan aset dan pendapatan terlalu tinggi.
Tidak ada kesepakatan bahwa akuntan menyajikan aset dan laba
terlalu tinggi. Akan tetapi justru akuntan sering salah menafsirkan
kendala di atas.
 Contoh konservatiff dalam akuntansi adalah penggunaan
pendakatan biaya perolehan atau harga pasar mana yang paling
rendah (lower cost or market-LCM) dalam penilaian persediaan
dan aturan kerugian bersih (net loss) yang harus diakui pada
kontrak pembelian (purchases commitment).

 SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai