Anda di halaman 1dari 72

Kementerian Keuangan RI

Direktorat Jenderal Pajak

1
PENGERTIAN PAJAK

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang


terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2
SKEMA PENDAPATAN NEGARA APBN 2016

1.546.784 M PPh > 757.200 M


1.506.600 M Pendapatan
Penerimaan PPN & PPnBM > 571.700 M
Pajak Dalam
Perpajakan PBB Sektor P3 > 19.433 M
Negeri
Pajak Lainnya > 11.898 M 74%
Cukai 146.400 M
*pajak yang Anda bayar masuk di dalam jumlah ini > 1.360.231 M
1.820.500 M Pendapatan
Dalam Negeri
Pendapatan Pajak Bea Masuk 37.200 M
40.100 M Perdagangan Internasional Bea Keluar 2.869 M

Migas
Penerimaan Sumber 84.822 M
273.800 M Daya Alam (SDA)
Non Migas 46.128 M
Pendapatan
Bagian Laba BUMN 34.200 M
Negara PNBP PNBP Lainnya 79.400M
1.822.500 M Pendapatan Badan Layanan Umum 35.359 M

Hibah
2.031 M

*Jumlah Pendapatan Negara Rp. 1.822.500.000.000.000,00


SKEMA BELANJA NEGARA APBN 2016
MENURUT FUNGSI 1.325.600 M BELANJA K/L 784.100 M
1.325.600 M Belanja Pelayanan Umum 316.500M BELANJA NON K/L 541.400 M
Pemerintah Pusat Pertahanan a. Pembayaran bunga utang
99.600 M 184.900 M
Ketertiban & Keamanan 109.800 M b. Subsidi BBM, BBG 63.700 M
Ekonomi 360.200 M Energi Listrik 38.400 M
Lingkungan Hidup 12.100 M c. Subsidi non Energi 80.500 M
Perumahan Fasum 34.700 M -subsidi pangan 21.000 M
Kesehatan 67.200 M -subsidi pupuk 30.100 M
Pariwisata & Ek. Kreatif 7.400 M -subsidi benih 1.000 M
Agama 9.800 M -subsidi PSO 3.800 M
Pendidikan 150.100 M -subsidi kredit program 16.500 M
Perlindungan Sosial 158.100 M -subsidi pajak DTP 8.200 M
2.095.700 M
Dana Pajak – PPh 21, 25 OP, PBB, Cukai 51.728 M
Belanja Transfer ke Dana Bagi Hasil
Perimbangan Sumber Daya Alam 55.529 M
Negara Daerah Dana Alokasi Umum 491.500 M
Dana Alokasi Khusus 208.900 M
723.200 M
Dana Otonomi
Khusus 15.530 M

Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 547 M

5.000 M
Dana Insentif Daerah

*Jumlah Belanja Negara


Dana Desa Rp. 2.095.700.000.000.000,00
46.982 M
ALUR PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN
DANA APBN TERKAIT PAJAK

APBN

Kas Negara
melalui Bank atau
Kantor Pos DJP
(Administrasi)

Fasilitas publik Masyarakat Kementerian/Lembaga/Pe


merintah Daerah
7
PERDA KAB. PEKALONGAN
NOMOR 12 TAHUN 2015

8
JENIS PAJAK
Menurut pengelolanya

1 Pajak
2 Pajak
Pusat Daerah

dikelola oleh
dikelola oleh
pemerintah pusat
pemerintah daerah
(DJP)
Pajak Pusat
PPh
(Pajak Penghasilan)

Rp
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)

Pajak Bumi & Bangunan Perkebunan,


Perhutanan, dan Pertambangan (PBB-
P3)

DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
PENGELOLA PAJAK PUSAT

Bea Meterai
Pajak Daerah Bioskop

Provinsi

• Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);


• Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor;
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor; Kota/Kabupaten
• Pajak Air Permukaan; dan
• Pajak Bumi & Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
• Pajak Rokok (PBB-P2)
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
• Pajak Restoran
• Pajak Reklame (Iklan)
• Pajak Parkir
• Pajak Hiburan
• Pajak Penerangan Jalan
• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
• Pajak Parkir
• Pajak Air Tanah
11
• Pajak Sarang Burung Walet
S
E
L
F DAFTAR
A
S HITUNG
S
E
S BAYAR
M
E
N LAPOR
T
SELF ASSESSMENT

BANK

Setelah dihitung
sendiri, ke mana
pajak dibayarkan?
KANTOR
POS

BUKAN
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
• tanggung jawab besar pada wajib pajak 
“VOLUNTARY COMPLIANCE”
• Potensi terjadinya:
 Penghindaran Pajak (Tax avoidance ) pemanfaatkan celah hukum
 Penggelapan Pajak (Tax Evasion) upaya penyelundupan pajak

• DJP mempunyai fungsi pelayanan dan pengawasan


(penegakan hukum)

14
PENUNJUKAN BENDAHARAWAN
PEMERINTAH SEBAGAI
PEMUNGUT/PEMOTONG PAJAK PAJAK NEGARA

DASAR HUKUM

UU PP KEPPRES

•UU No.6/1983 jo UU
No.9/1994 jo •KEPPRES No.18/2000
UU No.16/2000 jo UU No. 28
tahun 2007
PP No.143/2000
•UU No.7/1983 jo UU
No.7/1991, jo UUNo.10/1994
jo UU No.17/2000 jo UU No.
36 tahun 2008
•UU No.8/1983 jis. UU
No.11/1994 dan UU
No.18/2000 Jo UU No.
42/2009
BENDAHARA PEMERINTAH

WAJIB

MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS
DANA YG BERASAL DARI APBN/APBD

Objek Penjelasan

PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi


sehubungan dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan
pembelian barang
PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga,
deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa
tertentu & sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,
pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan
penyerahan Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
MASA PAJAK

Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi


dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
dalam suatu jangka waktu tertenttu
PER – 32 /PJ /2015
18
PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan yang Dikenakan
Sehubungan Dengan:

PENGHASILAN BERUPA :
- GAJI
- UPAH
- HONORARIUM
- TUNJANGAN, DAN
- PEMBAYARAN LAIN DGN NAMA APAPUN
Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari
tua, termasuk ahli warisnya
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan
Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam suatu kegiatan

. Pasal 3 PER - 32/PJ/2015


Pegawai Tetap adalah pegawai yang
menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur,
termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas, serta pegawai
yang bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu yang menerima
atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur
PENGHASILAN TERATUR DARI APBN/APBD

PENGHASILAN BRUTO

- GAJI - UANG PENSIUN


- TUNJANGAN YANG - TUNJANGAN YANG
TERKAIT TERKAIT

DIKURANGI:
- BIAYA JABATAN, 5% DARI DIKURANGI:
PENGHASILAN BRUTO MAKS Rp BIAYA PENSIUN, 5% DARI
6.000.000,-/ THN ATAU PENGHASILAN
Rp 500.000,-/BLN BRUTO (UANG PENSIUN)
- IURAN YG TERIKAT DENGAN MAKS Rp 2.400.000,00/TAHUN ATAU
PENGHASILAN TETAP Rp 200.000,00

PTKP dikurangi PENGHASILAN


NETO

PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF PS.17 UU PPh

PAJAK TERUTANG
DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH
JIKA WP TIDAK MEMILIKI
NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
PTKP BARU
BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
PERMENKEU No. 122/PMK.010/2015 tanggal 29 Juni 2015

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


Rp 36.000.000

Rp 3.000.000 TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN

Rp 3.000.000 TAMBAHAN UNTUK SETIAP


ANGGOTA KELUARGA
SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA
ANAK ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA
MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN


PADA AWAL TAHUN KALENDER
PTKP BARU
Dasar Hukum : PERMENKEU No. 122/PMK.010/2015 tanggal 29 Juni 2015

PTKP Baru PTKP Baru


Status PTKP Kode PTKP Lama
Setahun Sebulan

Tidak Kawin TK/0 24.300.000 36.000.000 3.000.000

Kawin, tanpa K/0 26.325.000 39.000.000 3.250.000


Tanggungan

Kawin, 1 Tanggungan K/1 28.350.000 42.000.000 3.500.000

Kawin, 2 Tanggungan K/2 30.375.000 45.000.000 3.750.000

Kawin, 3 Tanggungan K/3 32.400.000 48.000.000 4.000.000


TARIF Pasal 17 OP
Ps. 17 UU PPh

LAPISAN PENGHASILAN TARIF


KENA PAJAK

SAMPAI DENGAN
5%
Rp 50 JUTA
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 15%
Rp 250 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN 25%
Rp 500 JUTA

DI ATAS Rp 500 JUTA 30%

TIDAK PUNYA NPWP 20%


LEBIH TINGGI
PP No. 80 Tahun 2010
NO. PENERIMA PENGHASILAN TARIF Ket

PNS Golongan I dan II


Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Dibuat Bukti
1.
Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya
0% Pemotongan

PNS Golongan III


2. Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan 5% Dibuat Bukti
Pemotongan
Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya

Golongan IV
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan 15% Dibuat Bukti
3. Pemotongan
Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan Pensiunannya
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 dengan Besaran
PTKP sesuai PMK No 122/PMK.010/2015

A. Adi Saputro seorang PNS golongan IVa di Kantor Dinas Perhubungan


berdasarkan data pada bulan Juni 2015 Rifki Zain memperolah gaji
perbulan Rp.4.000.000,00, tunjangan jabatan Rp.750.000,00 perbulan dan
mempunyai 3 orang anak.

B. Pak Adi Saputro juga mendapatkan honorarium sebagai Tim Penyusun


Materi Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah di Kemenhub
sebesar Rp 2.000.000,-
Mekanisme Penghitungan PPh Pasal 21 dengan Besaran PTKP sesuai
PMK No 122/PMK.010/2015
A. PPh Pasal 21 Masa JUNI 2015
Gaji Pokok Rp. 4.000.000
Tunjangan Istri Rp. 400.000
Tunjangan anak (maksimal 2 anak) Rp. 160.000
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 4.560.000
Tunjangan Jabatan Rp. 750.000
Tunjangan Beras Rp. 300.000
Pembulatan Rp. -
Jumlah penghasilan bruto Rp. 5.610.000
Rp.
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 5.610.000 = Rp. 280.500
Iuran pensiun
4,75% x 4.560.000 = Rp. 216.600 Rp. 497.100

Penghasilan neto: Rp. 5.112.900


Penghasilan neto disetahunkan :
Rp. 61.354.800
x 5.112.900
12
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 36.000.000
- Status WP Kawin 3.000.000
- Tanggungan (3 anak) 9.000.000
Rp. 48.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 13.354.800

PKP dibulatkan Rp. 13.354.000


PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan setahun 667.700
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan sebulan 55.642
Tambahan 20% lebih tinggi karena belum ber-NPWP -
B
U
K
T
I
P
P E
E G
M A
W
O
A
T
I
O
N
G
A
N
Mekanisme Penghitungan PPh Pasal 21 dengan Besaran PTKP sesuai
PMK No 122/PMK.010/2015

B. PPh Pasal 21 atas Honorarium Tim di Bulan JUNI 2015

= 2.000.000 x 15%

= 300.000

PPh Pasal 21 atas Honorarium Gol. IV sebesar 15% bersifat final

dan dibuatkan BUKTI POTONG PPh 21 FINAL

Nomor : BP21-01/I/2015 Tanggal 28/01/2015


mm yy xxxxxx
 TENAGA AHLI (PENGACARA, AKUNTAN, ARSITEK,  PEMBERI JASA DLM SEGALA BDG TERMASUK TEKNIK,
DOKTER, KONSULTAN, NOTARIS, PENILAI DAN AKTUARIS KOMPUTER DAN SISTEM APLIKASINYA
 PEMAIN MUSIK, PEMBAWA ACARA, PENYANYI, PELAWAK, TELEKOMUNIKASI, ELEKTRONIKA, FOTOGRAPHI,
BINTANG FILM, BINTANG SINETRON, BINTANG IKLAN, EKONOMI DAN SOSIAL SERTA PEMBERIAN JASA KPD SUATU
SUTRADARA, KRU FILM, FOTO MODEL, PERAGAWAN/TI, PANITIA
PEMAIN DRAMA, PENARI, PEMAHAT, PELUKIS & SENIMAN  PENGAWAS, PENGELOLA PROYEK;
LAINNYA  PEMBAWA PESANAN/PENEMU LANGGANAN ATAU YG
MENJADI PERANTARA
 OLAHRAGAWAN;
 PENJAJA BARANG DAGANGAN
 PENASEHAT, PENGAJAR, PELATIH, PENCERAMAH,
 PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI;
PENYULUH & MODERATOR
 DISTRIBUTOR PERUSAHAAN MULTILEVEL MARKETING
 PENGARANG, PENELITI, DAN PENERJEMAH;
ATAU DIRECT SELLING & KEGIATAN SEJENIS LAINNYA
 AGEN IKLAN;

MENERIMA IMBALAN BERUPA MENERIMA IMBALAN BERUPA


HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN
SEJENISNYA DENGAN NAMA & DALAM BENTUK SEJENISNYA DENGAN NAMA & DALAM BENTUK
APAPUN YANG DIBAYARKAN SECARA TIDAK APAPUN YANG DIBAYARKAN
BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN

DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN DASAR PENGENAAN &PEMOTONGAN


PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
dikurangi
JIKA WP TIDAK DIPOTONG PPH PS.21 DGN TARIF
MEMILIKI NPWP PASAL 17 AYAT (1) HURUF a DARI DASAR PTKP*
MAKA PENGENAAN & PEMOTONGAN PPh PASAL 21
TARIFNYA 20% * SYARATNYA BUKAN PEGAWAI
LEBIH TINGGI HARUS MEMILIKI NPWP & TDK
MENERIMA SUMBER PENGHASILAN 32
LAINNYA
Contoh 1
Dr. Iqbal (bukan PNS), menerima honorarium pembicara di Kemdiknas sebesar Rp
10.000.000,-
Penghitungan PPh Pasal 21
5% x (50%Rp 10.000.000) = Rp250.000,-
Jika Dr. Iqbal tidak punya NPWP
5% x (50%Rp 10.000.000)x 120% = Rp300.000,-

Contoh 2
Ditha Setiadhi (status TK/0)mempunyai NPWP, menerima honorarium sebesar
Rp 10.000.000,- / tiap bulan selama 6 bulan sebagai pelatih Di Mabes Polri.
Ditha Setiadhi menyatakan dirinya hanya menerima penghasilan dari Mabes Polri saja.
Penghitungan PPh Pasal 21:
= ((Rp 10.000.000 x 50%) – PTKP sebulan) x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a
= (Rp 5.000.000 – 2.025.000) x 5%
=Rp 2.975.000 x 5%
=Rp 148.750,-

33
1. PESERTA PERLOMBAAN DALAM SEGALA BIDANG;
2. PESERTA RAPAT, KONFERENSI,SIDANG,PERTEMUAN
DAN KUNJUNGAN KERJA;
3. PESERTA/ANGGOTA DALAM SUATU KEPANITIAAN;
4. PESERTA PENDIDIKAN, PELATIHAN & MAGANG;
5. PESERTA KEGIATAN LAINNYA
Menerima
imbalan

UANG SAKU, UANG


REPRESENTASI, UANG RAPAT, HONORARIUM,
HADIAH DAN PENGHARGAAN

DIPOTONG PPH PASAL 21 DENGAN TARIF


PASAL 17 UU PPh DARI JUMLAH PENGHASILAN
BRUTO
mm yy xxxxxxx
Pelaporan SPT PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2015

 Batas waktu penyampaian 31 Maret 2016


37
PPh Pasal 22
 Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah PPh yang
dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah
Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran
atas penyerahan barang yang sumbernya
dari APBN/APBD, dan badan-badan tertentu
baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain.
TARIF
• Atas pembelian barang yang dilakukan
Bendahara Pemerintah sebesar 1,5% dari
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Pasal 22 ayat (3)


• Bagi WP/Rekanan yang tidak berNPWP
diterapkan Tarif 100% lebih tinggi daripada
WP yang berNPWP, sehingga menjadi 3%
39
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 154/PMK.03/2010 SEBAGAIMANA
TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN PMK
224/PMK.011/2012

PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG YANG


JUMLAHNYA PALING BANYAK Rp2.000.000,- DAN TIDAK
MERUPAKAN PEMBAYARAN YANG TERPECAH-PECAH

PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BAHAN BAKAR


MINYAK, LISTRIK, GAS, AIR MINUM / PDAM, DAN BENDA
BENDA POS

PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BARANG SEHUBUNGAN


DENGAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASI
SEKOLAH (BOS)
40
PPN
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah
pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang
Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak di dalam
daerah Pabean.

 Pengenaan PPN pada prinsipnya semua


Barang dan Jasa dikenakan PPN, kecuali yang
dikecualikan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku
1. Pembayaran yg jumlahnya paling banyak Rp
1.000.000 (termasuk PPN) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
2. Pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab
suci dan buku-buku pelajaran agama
3. Pembelian barang hasil pertambangan atau
hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya
4. Barang-barang kebutuhan pokok, barang hasil
pertanian
5. Makanan ternak,unggas dan ikan
6. Bibit dan atau benih pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan
7. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan dan sejenisnya, baik
yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,
termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering
8. Beberapa Jenis Jasa tertentu, yang meliputi :
 jasa pelayanan kesehatan medis;
 jasa pelayanan sosial;
 jasa pengiriman surat dengan perangko;
 jasa keuangan;
 jasa asuransi;
 jasa keagamaan;
 jasa pendidikan;
 jasa kesenian dan hiburan;
 jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
 jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
 jasa tenaga kerja;
 jasa perhotelan;
 jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum;
 Jasa penyediaan tempat parkir;
 Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
 Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
 Jasa boga atau katering
TARIF
Single Tarif, yaitu sebesar 10% dari Dasar
Pengenaan Pajak (DPP)

DPP
(100/110) X Harga Jual Barang
C O N T O H – PPN DAN PPH PASAL 22

• Bendahara membeli LAPTOP sebesar Rp 3.300.000,-

Harga sudah termasuk Harga Belum Ket


PPN Termasuk PPN
DPP 100/110 x 3.300.000 = 3.300.000
3.000.000
PPN 10% x 3.000.000 = 300.000 10% x 3.300.000 =
330.000
PPh 22 1,5 % x 3.000.000 = 45.000 1,5 % x 3.300.000 = Tarif 3 % apabila
49.500 rekanan tidak ber
NPWP

Bendahara tidak melakukan pemungutan PPh Pasal 22 apabila rekanan


menyerahkan fotokopi SKB PPh Pasal 22 yg dilegalisasi oleh Kepala
KPP Pratama tempat WP terdaftar
47
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan
yang dipotong atas Deviden, Bunga,
Royalti dan Hadiah, serta Penggunaan
Jasa secara umum
DIVIDEN, BUNGA,
ROYALTI,HADIAH DAN
PENGHARGAANSELAIN TARIF 15 %
YG DIPOTONG PPh 21

SEWA DAN
TARIF 2 %
JASA LAINNYA

PMK. NO. 141/PMK.03/2015


JENIS JASA LAIN ( PMK. NO. 141/PMK.03/2015 )

TARIF
JENIS JASA LAIN ( PMK. NO. 141/PMK.03/2015 )

TARIF
JENIS JASA LAIN ( PMK. NO. 141/PMK.03/2015 )

TARIF
JENIS JASA LAIN ( PMK. NO. 141/PMK.03/2015 )

TARIF
JENIS JASA LAIN ( PMK. NO. 141/PMK.03/2015 )

TARIF
Pasal 23 ayat (1a)
Besarnya pungutan PPh Ps. 23 terhadap
Wajib Pajak (Rekanan) tidak berNPWP
diterapkan Tarif 100% lebih tinggi daripada
Wajib Pajak yang berNPWP, sehingga
menjadi 4%

Dan untuk PPh Pasal 23 tidak ada


batasan maksimal transaksi, berapapun
langsung dikenakan tarif PPh 23
C O N T O H -1
• Bendahara membayar tagihan kepada rekanan terkait
perbaikan Komputer sebesar Rp 3.300.000,-
Harga sudah termasuk Harga Belum Ket
PPN Termasuk PPN
DPP 100/110 x 3.300.000 = 3.300.000
3.000.000
PPN 10% x 3.000.000 = 300.000 10% x 3.300.000 =
330.000
PPh 23 2 % x 3.000.000 = 60.000 2 % x 3.300.000 = Tarif 4 % bila
66.000 rekanan tidak
ber NPWP

Bendahara tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 23 apabila rekanan


menyerahkan fotokopi SKB PPh Pasal 23 yg dilegalisasi oleh Kepala
KPP Pratama tempat WP terdaftar
C O N T O H-2
• Bendahara membayar tagihan kepada rekanan terkait Jasa
Perbaikan AC Rp 1.320.000,-
Harga sudah termasuk Harga belum termasuk Ket
PPN PPN
DPP 100/110 x 1.320.000 = 1.320.000
1.200.000

PPN 10 % X 1.200.000 = 120.000 10 % X 1.320.000 = 132.000

PPh 23 2 % x 1.200.000 = 24.000 2 % x 1.320.000 = 26.400 Tarif 4 % bila


rekanan
tidak ber
NPWP

Bendahara tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 23 apabila rekanan


menyerahkan fotokopi SKB PPh Pasal 23 yg dilegalisasi oleh Kepala
KPP Pratama tempat WP terdaftar
C O N T O H-3
• Bendahara membayar tagihan kepada rekanan terkait Jasa
Catering Rp 1.500.000,- (tanpa PPN)

• PPh Ps.23 = 2% X Rp 1.500.000,-


= Rp 30.000,-
• PPh Ps.23 = 4% X Rp 1.500.000,-
(Tidak BerNPWP) = Rp 60.000,-

• PPN = TIDAK DIKENAKAN


(jasa catering tidak dikenakan PPN)
59
Tarif PPh Pasal 4 ayat (2)

PERSEWAAN TANAH DAN / 10%


ATAU BANGUNAN
BEA METERAI
 Ketentuan Penggunaan Meterai Tempel :
Surat yang memuat Jumlah Meterai yang digunakan
Uang *)
Rp 250.000 s.d. Rp 1.000.000 Meterai Rp 3.000
Diatas Rp 1.000.000 Meterai Rp 6.000

Dokumen Perjanjian/ Kontrak Meterai Rp 6.000

*) yang menyebutkan penerimaan uang


BAYAR JENIS PAJAK , KODE MAP &
KODE JENIS SETORAN

KODE JENIS
JENIS PAJAK KODE MAP
SETORAN

100
PPh Ps. 21 411121
402
PPh Ps. 22
BENDAHARA 411122 920

PPh Ps. 23
411124 104
JASA

PPh Ps. 4 (2) 411128 409

PPN
BENDAHARA 411211 920
Perubahan Kode Jenis Setoran 900

Berdasarkan PER-44/PJ/2015 tanggal 21 Desember 2015,


Kode Jenis Setoran untuk pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan PPh Pasal 22, menjadi
sebagai berikut :
 900 untuk pemungutan oleh selain Bendaharawan
 910 untuk pemungutan oleh Bendaharawan APBN
 920 untuk pemungutan oleh Bendaharawan APBD
 930 untuk pemungutan oleh Bendaharawan Dana
Desa
LAPOR
1. SPT MASA PPH DAN PPN
Pasal 3 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2007
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan
dengan Benar, Lengkap, dan Jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

II. DTH ( DAFTAR TRANSAKSI HARIAN )


PMK-64 / PMK.05 /2013 tentang Mekanisme Pengawasan terhadap
Pemotongan / Pemungutan dan Penyetoran Pajak yang dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran SKPD / Kuasa BUD
ATURAN SSP dan SPT MASA
Denda Tidak/
Batas Waktu Penulisan Surat Batas Waktu Terlambat
Jenis Pajak
Penyetoran Pajak Setoran Pajak Pelaporan SPT Masa Lapor

tanggal 10 bulan
tanggal 20 bulan
berikutnya setelah atas nama Rp.100.000,
PPh Pasal 21 berikutnya setelah
Masa Pajak Bendahara -
Masa Pajak berakhir
berakhir
paling lama 7 hari atas nama
paling lama 14 hari
setelah tanggal rekanan dan
PPh Pasal 22 setelah Masa Pajak Rp.100.000,-
pelaksanaan ditandatangani
berakhir.
pembayaran Bendahara
tanggal 10 bulan
paling lama 20 hari
berikutnya setelah atas nama
PPh Pasal 23 setelah Masa Pajak Rp.100.000,-
Masa Pajak Bendahara
berakhir
berakhir
tanggal 10 bulan
paling lama 20 hari
PPh Pasal 4 berikutnya setelah atas nama
setelah Masa Pajak Rp.100.000,-
ayat (2) Masa Pajak Bendahara
berakhir
berakhir
paling lama 7 hari atas nama
Pajak paling lama akhir bulan
setelah tanggal rekanan dan
Pertambahan berikutnya setelah Rp.500.000,-
pelaksanaan ditandatangani
Nilai ( PPN) Masa Pajak berakhir.
pembayaran Bendahara
PERHATIAN !!!
Untuk memudahkan pengadministrasian baik itu penyetoran dan
pelaporan pajak, dianjurkan kepada bendaharawan untuk bekerja
sama/berbelanja HANYA dengan rekanan yang telah memiliki
NPWP DAN telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Mintalah Faktur Pajak dari rekanan yang telah dikukuhkan sebagai


PKP, setiap melakukan transaksi pembelian barang. Faktur Pajak
dibuat/diterbitkan oleh rekanan bukan oleh bendaharawan.

Setiap rekanan yang telah memiliki NPWP BELUM TENTU berhak


menerbitkan Faktur Pajak . PASTIKAN rekanan tersebut telah
dikukuhkan sebagai PKP.
BENTUK FAKTUR PAJAK
KPP Pratama Pekalongan
Jl. Merdeka No. 9 Pekalongan
Telp. 422491 - 422392
KPP Pratama Pekalongan
Jl. Merdeka No. 9 Pekalongan
Telp. 422491 ext. 22

Account Representative :
Panji Dimas W / 081548067969 /
panjidw@gmail.com

Account Representative :
Hermawan Pramudya S /
081282121000 /
hermawan.pramudya@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai