Anda di halaman 1dari 12

Oleh Vika Fatimah Sani

DIV Kep. Gawat Darurat


Poltekkes kemenkes Surabaya
PENGERTIAN

 Penyakit Paru Obstruksi Kronik


(PPOK) adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronkitis
kronik, bronkiektasis, emfisema dan
asma, yang merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan
penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru.
FAKTOR RESIKO

 Rokok. Pajanan asap rokok pada perokok


aktif maupun pasif merupakan faktor utama
penyebab PPOK serta sejumlah penyakit
pernapasan lainnya. Diperkirakan, sekitar
satu dari empat orang perokok aktif
mengidap PPOK.
 Pajanan polusi udara , misalnya asap
kendaraan bermotor, debu, atau bahan
kimia.
 Usia. Gejala penyakit umumnya muncul pada
pengidap yang berusia 35 hingga 40 tahun.
 Faktor keturunan. Jika memiliki anggota
keluarga yang mengidap PPOK, Anda juga
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit yang sama.
MANIFESTASI KLINIS

 1) Batuk bertambah berat


 2) Produksi sputum bertambah
 3) Sputum berubah warna
 4) Sesak nafas bertambah berat
 5) Bertambahnya keterbatasan
aktifitas
 6) Terdapat gagal nafas akut
pada gagal nafas kronis
 7) Penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI

1. Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok yang merangsang


perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus juga silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia.

2. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini


mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran napas

3. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme


penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan
yang menyebabkan edema jaringan.
LANJUTAN…

4. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.


5. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan
6. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur -
struktur penunjang di paru.
7. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang.
8. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan ( recoil ) paru secara pasif
setelah inspirasi.
9. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps
(GOLD, 2009).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:


1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis -
garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru.
Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal
b. Corak paru yang bertambah
2. Pemeriksaan faal paru
3. Analisis gas darah
4. Pemeriksaan EKG
5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek,


mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan


akibat sesak, pengaturan posisi dan pengaruh lingkungan.

4. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia
INTERVENSI

1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi


udara

2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :


a. Antibiotik : ampisilin, eritromisin, Augmentin (amoksilin dan
asam klavulanat.
b. Terapi oksigen
c. Fisioterapi dada
d. Bronkodilator : salbutamol 5 mg, ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56
IV secara perlahan.
LANJUTAN…

3. Terapi jangka panjang di lakukan :


a. Antibiotik.
b. Bronkodilator,
c. Fisioterapi
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5. Mukolitik dan ekspektoran
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)
7. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja,
merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai