(PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. FAKTOR RESIKO
Rokok. Pajanan asap rokok pada perokok
aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab PPOK serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Diperkirakan, sekitar satu dari empat orang perokok aktif mengidap PPOK. Pajanan polusi udara , misalnya asap kendaraan bermotor, debu, atau bahan kimia. Usia. Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 hingga 40 tahun. Faktor keturunan. Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap PPOK, Anda juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama. MANIFESTASI KLINIS
1) Batuk bertambah berat
2) Produksi sputum bertambah 3) Sputum berubah warna 4) Sesak nafas bertambah berat 5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas 6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis 7) Penurunan kesadaran PATOFISIOLOGI
1. Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok yang merangsang
perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus juga silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
2. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas
3. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme
penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. LANJUTAN…
4. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.
5. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan 6. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur - struktur penunjang di paru. 7. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. 8. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan ( recoil ) paru secara pasif setelah inspirasi. 9. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009). PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis - garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal b. Corak paru yang bertambah 2. Pemeriksaan faal paru 3. Analisis gas darah 4. Pemeriksaan EKG 5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi. 6. Laboratorium darah lengkap. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek,
mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
akibat sesak, pengaturan posisi dan pengaruh lingkungan.
4. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia INTERVENSI
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi
udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik : ampisilin, eritromisin, Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat. b. Terapi oksigen c. Fisioterapi dada d. Bronkodilator : salbutamol 5 mg, ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan. LANJUTAN…
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik. b. Bronkodilator, c. Fisioterapi 4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik 5. Mukolitik dan ekspektoran 6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg) 7. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. TERIMAKASIH