Anda di halaman 1dari 25

P3K KM 40

Identifikasi Jenis Ular


• Ular biasanya tidak agresif, dan hanya
menggigit bila terusik atau salah pegang
untuk pertahanan diri dan mencari
mangsanya.
• Beberapa ular beracun al : ular coklat,
belang, cobra, ular taipan dan ular laut.

Tidak berbisa Berbisa


Bentuk Kepala Bulat Elips, segitiga

Gigi Taring Gigi Kecil 2 gigi taring besar

Bekas Gigitan Lengkung seperti U Terdiri dari 2 titik

Warna Warna-warni Gelap


GIGITAN ULAR - JENIS ULAR BERBISA

Gambar. Jenis ular Cobra(kiri) dan viper(kanan) yang banyak terdapat di


Indonesia (Sumber : Poisonus Snake in Indonesia, 2010)
Sifat Bisa Ular
 Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah
(hematotoksik)
 perdarahan pada selaput mukosa (lendir) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

 Bisa ular yang bersifat racun terhadap saraf (neurotoksik)


 Merusak dan melumpuhkan jaringan2 sel saraf sekitar
luka gigitan (kulit sekitar luka tampak kebiruan dan
hitam (nekrotik)), lalu melumpuhkan susunan saraf
pusat, seperti saraf pernapasan dan jantung.
Gigitan Elapidae
• (misalnya : ular kobra, ular weling, ular sendok, ular anang,
ular cabai, coral snake, mambas, kraits)
• Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit
yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di
sekitar mulut.
• Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit rusak
• Setelah digigit ular
• 15 menit : muncul gejala sistemik
• 10 jam : paralisis otot-otot wajah, bibir, lidah, tenggorokan,
sehingga sukar berbicara, susah menelan, otot lemas,
ptosis, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur,
parestesia di sekitar mulut. Kematian dapat terjadi dalam
24 jam
Gigitan Viporidae/Crotalidae
• (misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo)
• Gejala lokal timbul dalam 15 menit, setelah beberapa jam
berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh
anggota tubuh.
• Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah
beberapa jam
• Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas
siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan
perdarahan hebat.
Gigitan Hydropiridae
• (misalnya ular laut)
• Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat,
dan muntah.
• Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul
kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot
rahang, paralisis otot, mioglobinuria yang ditandai dengan
urin berwarna coklat gelap (penting untuk diagnosis),
kerusakan ginjal, serta henti jantung
ORANG-ORANG YANG MEMILIKI RESIKO LEBIH
BESAR UNTUK TERKENA GIGITAN ULAR

• Petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular,


pemburu, dan penangkap ular.
• Tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal
dan menginjak ular secara tidak sengaja.
• Dapat terjadi pada penghuni rumah
Anamnesis
 Pada bagian tubuh mana anda terkena gigitan ular?
 Kapan dan pada saat apa anda terkena gigitan ular?
 Perlakuan terhadap ular yang telah menggigit anda?
 Apa yang anda rasakan saat ini?
 (muntah, gangguan pembekuan darah, produksi urin serta warna
urin, kantuk, kelopak mata yang serasa terjatuh, pandangan
kabur atau ganda)
Pemeriksaan Fisik
LOKAL ( pada bekas gigitan) Sistemik
a. Tanda gigitan taring (fang marks) Umum (general) : mual, muntah, nyeri perut, lemah,
b. Nyeri lokal mengantuk, lemas.
c. Perdarahan lokal Kelainan hemostatik : perdarahan spontan (klinis),
d. Kemerahan koagulopati, atau trombositopenia.
e. Limfangitis Gejala neurotoksik : ptosis, oftalmoplegia eksternal,
f. Pembesaran kelenjar limfe paralisis, dan lainnya.
g. Inflamasi (bengkak, merah, Kelainan kardiovaskuler : hipotensi, syok, arritmia
panas) (klinis), kelainan EKG.
h. Melepuh Cidera ginjal akut (gagal ginjal) : oligouria/anuria (klinis),
i. Infeksi lokal, terbentuk abses peningkatan kreatinin/urea urin (hasil laboratorium).
j. Nekrosis Hemoglobinuria/mioglobinuria : urin coklat gelap (klinis),
dipstik urin atau bukti lain akan adanya hemolisis
intravaskuler atatu rabdomiolisis generalisata (nyeri otot,
hiperkalemia) (klinis, hasil laboratorium). Serta adanya
bukti laboratorium lainnya terhadap tanda venerasi.
Pemeriksaan Fisik (cont..)

(A) Ular tidak berbisa tanpa


bekas taring,
(B) Ular berbisa dengan bekas
taring
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium :
– Penghitungan jumlah sel darah
– Pro trombine time dan activated partial tromboplastin time
– Fibrinogen dan produk pemisahan darah
– Tipe dan jenis golongan darah
– Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN dan Kreatinin
– Urinalisis untuk myoglobinuria
– Analisis gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
• Pemeriksaan radiologis :
– Thorax photo untuk pasien dengan edema pulmonum
– Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal
• Pemeriksaan lainnya :
– Pengukuran tekanan kompartemen : bila terdapat pembengkakan
yang signifikan, nyeri sangat hebat yang menghalangi
pemeriksaan, dan jika parestesi muncul pada ekstremitas yang
tergigit, Fasciotomi diindikasikan untuk tekanan yang lebih dari 30-
40 mmHg.
PENANGANAN AWAL
• DRABC
• Istirahatkan dan tenangkan korban
• Pakai pembalut tekan elastis (immobilisasi)
• Segera cari pertolongan medis, jangan tinggalkan
korban sendirian, segera dibawa ke IGD RS terdekat

PERHATIKAN :
• Jangan mencuci racun yang ada di kulit
• Jangan memotong atau mengiris daerah
gigitan
• Jangan mencoba mengisap racun sendiri
• Jangan pakai pembalut ikat/torniket
• Jangan mencoba menangkap ularnya
Pemasangan PEMBALUT TEKAN ELASTIS

Dipasang menutupi daerah gigitan sepanjang


lengan/tungkai, memakai pembalut elastis atau bahan lain
selebar 10 - 15 cm
1. Pasang pembalut dengan tekanan cukup pada daerah
luka, jangan sampai aliran darah terganggu
2. Balut mulai dari daerah luka ke arah jari-jari lalu ke atas
lagi sampai ketiak atau pangkal paha
3. Usahakan membalut seluruh lengan atau tungkai tersebut
4. Pasang bidai dan jangan digerakkan lagi (immobilisasi)
5. Posisi daerah gigitan lebih rendah dari letak jantung
PENANGANAN GIGITAN ULAR - Pembalut Tekan

CIRI KHAS GIGITAN ULAR


Pressure-immobilisation
Cont..
• Pemberian suntikan antitetanus, bila korban pernah
mendapatkan toksoid maka diberikan satu dosis toksoid
tetanus.
• Pemberian antibiotik jika terjadi infeksi sekunder (bakteri
dll)
• Pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri.
• Pemberian serum anti bisa ular (SABU)
– (serum polivalen yang dimurnikan
dan dipekatkan, berasal
dari plasma kuda)
INDIKASI PEMBERIAN SERUM ANTI BISA ULAR
(Pedoman Parrish)

Derajat Venerasi Luka gigit Nyeri Udem/eritema Tanda sistemik


0 0 + +/- <3cm/12 jam 0
I +/- + + <3cm/12 jam 0
II + + +++ >12cm- +. Neurotoksik, mual,
25cm/12jam pusing, syok
III ++ + +++ >25cm/12jam ++,syok,
petekie,ekimosis
IV +++ + +++ Pada satu ++, gangguan faal
ekstremitas ginjal, koma,
secara perdarahan
menyeluruh
• Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12
jam, jika derajat meningkat maka diberikan SABU
• Derajat II: 3-4 vial SABU
• Derajat III: 5-15 vial SABU
• Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU
Syarat-syarat pemberian SABU (iv)

• Pada penderita harus dilakukan tes hipersensitivitas


subkutan lebih dahulu, kemudian dicoba dengan suntikan
intramuskuler, baru intravena.
• Pemberiannya harus perlahan-lahan, dan siapkan
adrenalin 1:1000.
• Setelah disuntik intravena penderita harus diamati
sedikitnya selama satu jam.
Efek Samping Serum Anti Bisa Ular

• Reaksi anafilaktik/alergi (anaphylactic shock)


• Penyakit serum (serum sickness)
– Dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan, berupa: kenaikan suhu,
gatal-gatal, sesak nafas dan lain-lain gejala alergi. Reaksi ini jarang
timbul bila digunakan serum yang sudah dimurnikan
• Kenaikan suhu (demam) dengan menggigil
• Rasa nyeri pada tempat suntikan
– Biasanya timbul pada penyuntikan serum dengan jumlah besar
reaksi ini terjadi dalam pemberian 24 jam
OBSERVASI
• Keadaan umum dan vital sign, tanda envenomasi
(keracunan) bisa ular, pemeriksaan penunjang,
• Untuk kasus gigitan kering (bisa tidak diinjeksikan) dari
ular viper, observasi di Instalasi gawat Darurat selama 8-
10 jam, dilanjutkan observasi di ruangan
• Envenomasi (keracunan) yang berat membutuhkan
perawatan di ICU.
• Evaluasi serial untuk penderajatan lebih lanjut dan untuk
menyingkirkan sindroma kompartemen.
• Fasciotomi diindikasikan untuk tekanan yang lebih dari
30-40 mmHg.
PERAWATAN KONSERVATIF
• Bed rest
• Perawatan luka dengan iodine, hibitane
• Akses intravena (cairan dan obat-obatan)
• Pemberian obat-obatan sedatif (Diazepam,
Promethazine)
• Pemberian obat-obatan analgesik (ASA, Paracetamol,
Ibuprofen, Indomethacin, Petidine)
• Pemerian Antibiotika profilaksis (PPF, Amoxicillin,
Ampicillin, Gentamicin)
• Pemberian toxoid Tetanus
• Pemberian Steroid (Hidrocortison, Dexamethasone)
PENCEGAHAN
• Ular akan lebih aktif setelah hujan, saat banjir, saat panen,
serta malam hari
• Gunakan sepatu atau boots dan celana panjang (jeans
tebal), khususnya saat berjalan di malam hari atau semak-
semak
• Gunakan cahaya (lampu senter, obor) saat berjalan di
malam hari
• Hindari tidur di tanah
• Hindari reruntuhan, sampah, gundukan anai-anai, atau
• Hindari jenis konstruksi rumah yang berdinding jerami dan
tanah liat yang memiliki celah dan ruang yang lebar, ruang
tidak tertutup pada lantai)
• Resiko tergigit yang mandi dan mencuci pakaian pada air
yang keruh pada muara, hulu sungai dan pesisir pantai.
PROGNOSIS GIGITAN ULAR

• Sebanyak 8000 kasus gigitan ular berbisa, terdapat


kurang dari 10 kematian, dan kebanyakan dari kasus fatal
ini tidak mencari pertolongan

Anda mungkin juga menyukai