Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN OBSERVASI

Disusun oleh :
• Eka Nurfitriani : 2119150073
• Siti Fatimah :
• Dali Hikmah :
• Tiya Ratnasari :
• Tri Wahyu Amalia :
• Umu su’aidah :
Pendahuluan
◦ Pengelolaan Hama Terpadu merupakan program pengelolaan pertanian secara terpadu dengan
memanfaatkan berbagai teknik pengendalian yang layak (kultural, mekanik, fisik danhayati) dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan budaya untuk menciptakan suatu sistem pertanian
yang berkelanjutan dengan menekan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh pestisida dan
kerusakan lingkungan secara umum.
◦ Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik berukuran mikro ataupun
makro yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan tanaman yang dibudidayakan.
◦ Pengendalian hama terpadu berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemanfaatan pengandalian alami (secara biologis dan mekanis) seoptimal mungkin, dengan
mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mematikan musuh alami atau organisme yang bukan sasaran.
2. Pengolahan ekosistem dengan mengubah microhabitat sehingga tidak menguntungkan bagi kehidupan
organisme pengganggu (hama dan pathogen), melalui teknik budidaya yang intensif.
3. Penggunaan pestisida secara bijaksana, yaitu dengan memperhatikan waktu, dosis dan efektivitas.
Waktu dan tempat penelitian
◦ Waktu :
◦ Tempat : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis
Keadaan Wilayah
◦ BPP Kecamatan Sindangkasih terdiri dari 9 desa, yang terdiri dari : Wilbin Sindangkasih, Gunungcupu,
Budiharja, Budiasih, Sukaraja, Sukaresik, Sukamanah, Sukasenang dan Wanasigra. Karakteristik
kelembagaan pelaku utama pertanian di BPP Kecamatan Sindangkasih terdiri dari Gapoktan,
Kelompoktani Tanaman Pangan, dan Kelompoktani Ternak. Data karakteristik kelembagaan pelaku
utama pertanian di BPP Kecamatan Sindangkasih selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
◦ Tabel 3. Luas Lahan di BPP Kecamatan Sindangkasih Tahun 2018
Luas Lahan (Ha)
Sawah
Jumla
No Desa Pasang
Irigasi TadahHuja Kering Kolam Lainnya h
½ teknis Pedesaan Pasang Jumlah
Teknis n Total
Surut

1 Sindangkasih 0 51 48 0 0 99 66 8 18 191

2 Wanasigra 0 0 62 30 92 72 11 3 177

3 Sukasenang 0 0 70 40 110 182 14 11 316

4 Sukaresik 0 0 50 0 50 164 6 8 227

5 Gunungcupu 0 151 21 0 172 156 17 19 364

6 Budiasih 0 0 43 0 43 278 14 11 347

7 Budiharja 0 11 76 5 92 164 8 6 270

8 Sukaraja 0 0 73 0 73 83 11 2 169

9 Sukamanah 0 0 69 0 69 266 8 5 348

Jumlah 0 213 513 75 0 800 1,430 97 83 3,210


◦ Luas Lahan menurut Ekosistem dan Penggunaanya di BPP Kecamatan Sindangkasih Tahun 2018
No Ekosistem Penggunaan Luas (Ha)

1 Sawah Irigasi Teknis 0


Irigasi 1/2 Teknis 213
Irigasi Pedesaan 512
Tadah Hujan 75

Rawa 0
Jumlah 1 800
Darat Hutan Negara 435,9
2
Hutan/Kebun Rakyat 152
Perkebunan Besar -
Perkebunan Swasta -
Tegalan 1.077,2
Pemukiman/Pekaranga 351,2
Kolam 105,3

Lain-lain 82.7
Jumlah 2 2200.4
Data Hasil Observasi
Tingkat
No. Masalah Solusi
Keberhasilan
Pengeringan berkala dan penggunaan pupuk kalium (KCl)
1. Penyakit Kresek 50%

Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di


daerah, Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.

2. Penyakit Blas Dan hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun 63%
dengan varietas yang sama.

Pestisida nabati yang berasal dari daun sirsak dan tembakau yang
3. Wereng direndam air lalu di fermentasikan 76%

Disediakan oleh dinas balai penyuluhan pertanian (BPP)


4. Alat Kurang 80%

Penggunan pestisida kepada penggunaan pupuk alami serta


5. Pupuk Mahal 50%
menggunakan prinsip PHT
Permasalahan yang dihadapi oleh petani
1. Permasalahan kerusakan tanaman padi sebelum panen akibat adanya penyakit kresek
◦ Serangan penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas oryzae pv. Oryzae dapat mengakibatkan kerusakan tanaman dan menurunkan produksi.
Bahkan, dalam serangan berat, dapat mengakibatkan terjadinya puso. Serangan penyakit ini dapat terjadi
pada fase bibit, tanaman muda dan tanaman tua.
◦ Gejala Serangan :
Tanda awal serangan penyakit ini adalah pucuk daun menguning, kemudian menjalar melalui pinggir daun
hingga ke pangkal. Pada serangan berat, daun padi akan tampak mongering, dapat terjadi hanya dalam
waktu 30 hari, dan padi menjadi kering serta mengakibatkan puso. Penyakit-penyakit hawar pelepah dan
busuk batang menyebabkan tanaman mudah rebah sehingga sangat mengganggu proses pengisian gabah
karena kerebahan biasanya terjadi pada saat padi mencapai stadia pengisian gabah. Penyakit tersebut sangat
merugikan karena meningkatkan gabah hampa atau gabah tidak terisi sempurna.
◦ Pengendalian

◦ Belum ditemukan cara pengendalian yang dapat dianjurkan, namun pengeringan berkala (satu hari
digenangi, tiga hari dikeringkan) dan penggunaan pupuk kalium (KCl) dapat menurunkan
keparahan penyakit. Usaha pengendalian perlu memanfaatkan varietas tahan, dan juga manajemen
pupuk (N yang tidak berlebih, P dan K yang cukup). Penyakit ini dapat ditekan dengan menanam
dalam larikan (Legowo). Sistem tanam legowo dapat memperbaiki iklim di sekitar tanaman melalui
perbaikan aerasi dan penetrasi sinar matahari dan menekan pertumbuhan penyakit kresek.
Pemupukan berimbang yang lengkap dapat meningkatkan kemampuan bertahan tanaman terhadap
penyakit. Pergiliran varietas dan tanaman, sanitasi (pertahankan sawah bersih—buang atau bajak
gulma, jerami yang terinfeksi), eradikasi (pemusnahan) pada tanaman padi yang terserang dapat
dilakukan untuk mengendalikan penyakit kresek pada suatau daerah tertentu. Perlakukan benih padi
secara khusus, yakni dengan melakukan perendaman selama 12-24 jam dengan larutan hypoclorit
dengan dosis 1:300 terhadap benih padi.
◦ Tujuannya, untuk pencegahan sejak dini dengan membersihkan benih dari bakteri yang
menyebabkan penyakit kresek. Setelah dilakukan perendaman, perlu dilakukan penyemprotan
dengan menggunakan agensi hayati corinebacterium (5 cc per liter) atau pestisida dengan
bahan aktif agrimicin (2 cc per liter) pada saat 14 hari setelah tanam (HST), 24 HST dan 48
HST. Tujuannya untuk melindungi bakal daun muda yang akan tumbuh, setelah daun yang ada
terserang kresek. Keringkan sawah setelah panen dan biarkan bera (tidak ditanami) beberapa
minggu untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa
tanaman.Penggunaan bakterisida seperti Agrep atau Agrimicyn, Nordox
2. Permasalahan kerusakan tanaman padi karena penyakit blas
Penyakit blas adalah penyakit yang menyerang tanaman padi akibat kontaminasi dari jamur Pyricularia
grisea. Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit blas terdiri dari 2 macam :
a. Gejala Serangan Penyakit Blas Daun (leaf blast)
 Pada daun terdapat becak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan urat daun
 Pinggir becak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan
 Becak-becak terutama terlihat pada stadium pertumbuhan vegetative
Becak-becak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak tanaman seperti terbakar
b. Gejala Serangan Penyakit Blas Leher(node blast)
 Serangan terjadi pada tanaman yang telah keluar malainya.
 Buku-buku yang terserang berwarna cokelat kehitaman dan busuk, sehingga mudah patah bila
terhembus angin.
 Malai menjadi mengkerut, butir tidak terisi penuh, dan kadang-kadang menjadi hampa.
◦ Pengendalian
◦ Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas :
 Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
 Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
 Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
 Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif pathogen khususnya kelompok
rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
 Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
 Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan
persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
 Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah
penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
 Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
 Pemakaian jerami sebagai kompos.
3. Kerusakan padi akibat serangan hama wereng hijau
Wereng hijau adalah wereng yang sering di temui di Indonesia dan dampak yang di timbulkannya pun
sangat merugikan para petani, ada dua jenis wereng yang sering di temui di Indonesia yaitu Wereng Hijau
(Nephottetix virescens Distant) dan Wereng Hijau (Nephottetix negropictus). Wereng hijau dikenal karena
tubuhnya berwarna hijau. Jenis wereng ini tidak terlalu berbahaya secara langsung. Tapi disisi lain
merupakan vektor atau penular virus tungro pada tanaman padi. jenis wereng hijau ini yang paling
berbahaya adalah Nephottetix virescens karena 95% efektif menularkan virus tungro.
◦ Klasifikasi wereng Hijau (Nephottetix virescens Distant)
Menurut Kalshoven (1981), wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) termasuk kedalam :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Homoptera
Famili : Cicadellidae
Genus : Nephotettix
Spesies : Nephotettix virescens Distant
◦ Sebaran

Wereng hijau tersebar luas di beberapa negara, yaitu India, Thailand, Srilanka, Bangladesh, Burma, Laos, Malaysia,
Vietnam Selatan, Cina, Taiwan, Jepang, Filipina dan Indonesia (Ou dan Ling, 1967 dalam Fahriah, 1996).

◦ Gejala serangan

Wereng hijau menghisap cairan dari tanaman yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Nimfa instar
awal makannya sangat sedikit sehingga menyebabkan kerusakan kecil pada tanaman. Tanaman akan mengalami
kerusakan bila terdapat banyak nimfa instar akhir dan imago pada tanaman, karena terhisapnya unsur-unsur hara dan
cairan tanaman (Gallagher, 1991).

◦ Pengendalian

Dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari daun sirsak, tembakau yang direndam air lalu di
fermentasikan setelah itu di semprotkan pada batang padi karna wereng hijau banyak bersembunyi pada batang padi.
4. Alat yang tersedia tidak memadai
◦ Alat sudah disediakan oleh dinas balai penyuluhan pertanian (BPP) hanya saja Jumlah alat terbatas sehingga
tidak semua petani dapat memanfaatkannya.
5. Harga pupuk yang mahal sehingga tidak dapat terjangkau oleh semua petani
◦ Sebagian petani kesulitan membeli pestisida karena harganya yang relatif mahal, sehingga balai penyuluhan
memberikan solusi dengan peralihann penggunan pestisida kepada penggunaan pupuk alami serta
menggunakan prinsip PHT (Pengelolaan Hama Terpadu) yang meliputi :
 Pemahaman ekosistem pertanian
 Biaya manfaat pengendalian hama
 Toleransi tanaman terhadap kerusakan
 Lestarikan dan manfaatkan musuh alami
 Budidaya tanaman sehat
 Pemberdayaan petani
 Pemasyarakatan PHT
Kesimpulan
◦ Masalah yang dihadapi oleh petani di wilayah sindangkasih diantaranya :
 Permasalahan kerusakan tanaman padi sebelum panen akibat adanya penyakit kresek
 Permasalahan kerusakan tanaman padi karena penyakit blas
 Alat yang tersedia tidak memadai
 Harga pupuk yang mahal sehingga tidak dapat terjangkau oleh semua petani

Anda mungkin juga menyukai