Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 5

GANGGUAN KONDUKSI JANTUNG


Nama kelompok :
1. Afifah Nida Fauziah
2. Afira Khofifah
3. Auliya Fitri
4. Besse Nur Aisyah
5. Dwi cahyo Ismidiyanto
6. Muhammad Arief Choesaeri
7. Muhammad Tarmidzi Idris
8. Pratiwi
9. Suci Ariyani
A. Pengertian Gangguan Konduksi

Gangguan konduksi adalah gangguan yang terjadi


pada jaringan konduksi ( jalur listrik jantung ) sehingga listrik
jantung tidak berjalan lancar atau berhenti di tengah jalan
dan itu dapat terjadi di titik manapun.
B. Etiologi

1. Peradangan jantung

2. Gangguan sirkulasi koroner

3. Karena obat (intoksikasi)

4. Gangguan keseimbangan elektrolit

5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi


kerja dan irama jantung.

6. Gangguan metabolik

7. Gangguan endokrin

8. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.


C. Manifestasi Klinis

1. Perubahan tekanan darah

2. Pusing

3. Nyeri dada ringan sampai berat

4. Nafas pendek

5. Demam
D. Jenis-Jenis Gangguan Konduksi

1. SA Block
2. AV Block
3. Bundle Branch Block
1. SA Block

Ini adalah keadaan langka dimana tidak terdapat


denyutan pada rangsangan normal. Satu atau dua
denyutan dilangkahi pada interval biasa atau tidak.
Mungkin terasa pusing selama masa penangguhan itu,
danbiasanya tidak perlu perawatan. Itu terjadi pada
orang yang normal, dan sering dianggap sebagai tanda
denyutan jantung yang lambat.
1. SA Block

Pada blok sinoatrial keadaan ini sel pacemaker di nodal SA


memulai suatu impuls tetapi konduksi di blok saat impuls keluar dari
nodal SA. Dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Laju: bervariasi karena ada pause

b. Irama: irregular

c. Gelombang P: normal

d. Interval PR: normal

e. Durasi QRS: normal, kecuali ada gangguan konduksi intraventrikel.


1. SA Block
2. AV Block

Waktu yang diperlukan untuk penyebaran depolarisasi dari nodus


SA ke otot ventrikel ditunjukkan oleh interval PR dan normalnya tidak
lebih besar dari 0,2 detik. Dalam keadaan normal di simpul AV dapat
terjadi perlambatan. Tujuannya adalah memberikan waktu yang
cukup bagi atrium untuk berkontraksi agar beban akhir (preload)
ventrikel optimal untuk fase sistolik setelahnya. Namun pada kondisi
tertentu perlambatan ini berlangsung lama bahkan hingga blok sesuai
derajat. Gangguan pada proses konduksi menyebabkan fenomena
EKG yang disebut blok jantung.
2. AV Block

AV Block terbagi menjadi :


a. Block AV derajat satu
b. Block AV derajat dua
c. Block AV 2:1
d. Block AV derajat tiga (Block AV total)
a. Block AV Derajat I

Block AV derajat satu merupakan derajat yang paling ringan.


Pada jenis ini, impuls yang dibentuk disimpul SA mengalami
perlambatan disimpul AV. Pada umumnya durasi kompleks QRS yang
mengikuti masih sempit kecuali bila terjadi aberansi. Interval PR
tampak konstan tanpa episode dropped beat. Karena itu interval RR
juga tampak teratur. Pemanjangan interval ini antara lain disebabkan
konsumsi obat-obatan & penyakit jantung koroner. Blok AV derajat
satu biasanya tidak memerlukan tindakan apa-apa.
a. Block AV Derajat I

Kriteria diagnostiknya adalah :

1) Setiap gelombang P di ikuti oleh


QRS ( tidak ada episode dropped
beat).

2) Interval PR > 0,2 detik.


Pemanjangan interval ini konstan
dari beat ke beat.
b. Block AV Derajat II

Tahun 1899, Karel Frederik Wenckebach, menjelaskan sebuah


fenomena timbulnya sebuah ketidakteraturan denyut nadi karena
block parsial di atrium ventrikular junction. Akibat blok parsial ini ,
terjadi pemanjangan progresif waktu konduksi di jantung. Fenomena
ini kemudian disebut sebagai fenomena Wenckebach. Pada bulan juli
1923 woldemar mobitz untuk pertama kali membagi block AV derajat
dua menjadi dua tipe yaitu :

a) Tipe I ( mobitz tipe I atau Wenckebach phenomenon)

b) Tipe II ( mobitz tipe II)


Block AV Derajat II (Tipe I)

Pada mobitz tipe I impuls yang datang dari atrium lebih sulit melawati
simpul AV. Pada EKG tampak pada interval PR memanjang progresif hingga
suatu saat gelombang P tidak diteruskan menjadi kompleks QRS karena simpul
AV masih refrakter (Wenckebach phenomenon). Dengan demikian,
depolarisasi dari atrium tidak lagi diteruskan ke ventrikel atau dropped beat.

Mobitz tipe satu dapat timbul karena konsumsi obat-obat tertentu seperti
digoksin atau penyakat reseptor beta. Block ini cukup sering terjadi pada
infark miokard inferior akibat gangguan suplai darah ke simpul AV. Selain itu,
juga dapat terjadi pada miokarditis, proses sklerodegeneratif yang melibatkan
nodus AV dan tonus vagal yang tinggi (seperti saat tidur, muntah, atlet
terlatih).
Block AV Derajat II (Tipe I)

Pada kasus block wenckebach terdapat kriteria sebagai berikut :

a) Interval PR memanjang progresif hingga suatu saat mengalami block.

b) Interval RR memendek hingga gelombang P mengalami block.

c) Interval RR diantara gelombang P yang mengalami block lebih


pendek dari jumlah dua interval PP.
Block AV Derajat II (Tipe II)

Tipe ini mengindikasikan terjadinya kerusakan struktural permanen berkas


cabang akibat infark miokardium anterior luas atau proses degeneratif luas
sistem konduksi. Lokasi block biasanya terdapat dibawah bekas his atau infra
his. Lokasi block di simpul AV sangatlah jarang karena itu sebagian besar akan
disertai oleh block berkas cabang.

Pada mobitz tipe II tidak di dapatkan pemanjangan progresif interval PR


yang membedakannya dari mobitz tipe I. Interval PR akan konstan, bisa
memanjang atau normal. Yang khas adalah terdapat block intermiten
gelombang P dengan rasio yang bervariasi (3:2,4:3,dll). Durasi QRS sering kali
lebar yang menandakan lokasi block di distal berkas his.
Block AV Derajat II (Tipe II)

Kriteria diagnosa mobitz tipe II yaitu :

a) Block intermiten gelombang P

b) Pada gelombang P yang diteruskan menjadi kompleks QRS


(conducted), interval PR akan konstan (bisa normal atau
memanjang).

c) Pada umumnya morfologi QRS merupakan block berkas cabang.


c. Block AV 2:1

Block AV 2:1 merupakan kondisi yang khusus. Pada


block AV rasio 2:1 ( 2 gelombang P dengan 1 QRS), sangat
sulit ditentukan apakah termasuk block mobitz tipe I atau
tipe II. Pada tipe I harus ada pemanjangan proresif interval
PR sedangkan pada tipe II harus ada bukti bahwa interval
PR konstan.
d. Block AV Derajat III (Block AV Total)

Pada block AV total seluruh impuls dari supraventrikel gagal diteruskan ke


ventrikel akibat adanya block di AV junction. Akibatnya aktifitas ventrikel tidak
lagi distimulasi oleh pacu jantung (pace maker) normal yaitu simpul SA,
melainkan dari sumber atau fokus yang berada distal terhadap lokasi block,
bisa di AV jantung atau lebih distal seperti berkas cabang. Fokus ini disebut
subsidiary pacemaker. Karena itu baik aktifitas atrium dan ventrikel akan
tampak berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada hubungan konstan atau koordinasi
antara gelombang P dan kompleks QRS ( independent satu sama lain).
Interval PP dan RR tampak teratur, kecuali ekstra sistol. Pada pasien dengan
irama dasar fibrilasi atrium atau kepak atrium (atrial flutter), terjadinya block
AV Total dapat dikenali jika respon ventrikel menjadi teratur.
d. Block AV Derajat III (Block AV Total)

Kriteria block AV total adalah :

a) Tidak terdapat hubungan antara aktifitas atrium


(gelombang P) dan ventrikel (komplek QRS).

b) Laju gelombang P biasanya lebih cepat dari laju QRS.

c) Irama ventrikel dipertahankan oleh irama junctional atau


idioventrikular.
3. Bundle Branch Block

Jika gelombang depolarisasi mencapai septum interventrikular


secara normal, interval antara permulaan gelombang P dan defleksi
pertama pada kompleks QRS (interval PR) akan normal pula. Namun,
jika terdapat kondisi abnormal melalui cabang-cabang berkas kanan
atau kiri (blok cabang berkas), akan timbul perlambatan depolarisasi
pada sebagian otot ventrikel. Bundle branch block dibagi menjadi
dua yaitu :

a. Right Bundle Branch Block (RBBB)

b. Left Bundle Branch Block (LBBB)


a. Right Bundle Branch Block (RBBB)

RBBB merupakan gambaran EKG yang terjadi akibat


adanya hambatan atau block implus pada tingkat berkas
cabang kanan. Tidak serta merta berarti kelainan jantung.
Banyak individu normal menunjukkan RBBB.
a. Right Bundle Branch Block (RBBB)

Kriteria diagnosis RBBB yaitu:

a) Durasi QRS > 0,12 detik

b) Kompleks QRS berbentuk trifasik (rSR’) di sandapan prekardial


kanan (V1-V3). Biasanya disertai depresi segmen ST dan
gelombang T terbalik.

c) Gelombang S lebar di sandapan prekordial lateral (V5,V6) dan I.

d) Onset intrinsicoid deflection di V6 normal.


a. Right Bundle Branch Block (RBBB)
b. Left Bundle Branch Block (LBBB)

LBBB terjadi akibat adanya hambatan atau block implus pada tingkat berkas
cabang kiri. Karena block ada diberkas cabang kiri dengan sendirinya fase awal
aktifasi ventrikel (aktifasi septum) pasti berubah. Artinya, aktifasi septum tidak lagi
berlangsung dari sisi kiri ke kanan, melainkan sebaliknya. Aktifasi septum pada LBBB
berlangsung sangat lambat dari otot ke otot. Karena itu waktu yang diperlukan
lebih lama tidak heran jika durasi QRS pun akan menjadi lebih lebar.

LBBB sering kali merupakan petunjuk adanya kelainan struktural di jantung.


Konduksi patologis yang sering berhubungan adalah hipertensi lama, stenosis
aorta, kardiomiopati dilatasi, infrak miokard, PJK , dan kelainan sistem konduksi
listrik jantung. LBBB sering timbul pada PJK dengan fungsi ventrikel kiri yang rendah.
b. Left Bundle Branch Block (LBBB)

Kriteria diagnosis LBBB :

a) Durasi QRS > 0,12det

b) Gelombang R tampak lebar , bertakik, disandapan prekordial kiri , I dan


aVL.

c) Gelombang q menghilang di sadapan prekordial kiri

d) Onset intrisicoid deflection terlambat di V6 namun masih normal di V1.

e) Depresi segmen ST dan inversi gelombang T berlawanan arah dengan


arah defleksi kompleks QRS (discordan).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai