Pembimbing :
Dr. dr. Jazil Karimi, Sp.PD-KEMD FINASIM
Penderita DM lebih rentan untuk terserang infeksi, hal ini disebabkan oleh
defek dari fungsi sel imun dan mekanisme pertahanan fungsi tubuh, termasuk
gangguan dari fungsi epitel pernafasan serta motilitas silia.
3
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi mycrobacterium tuberculosis yang menyerang
parenkim paru.
4
DM defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan
fungsi tubuh gangguan fungsi epitel pernafasan dan
motilitas silia.
5
Sel-sel yang sering terlibat dalam infeksi TB adalah
fagosit, makrofag alveolar, monosit, dan limfosit T.
6
kriteria diagnosis DM:
7
8
2 kali positif, 1 kali negative mikroskopik positif
9
Prinsip tata laksana pasien TB dengan DM sama dengan pasien Tb non DM.
penggunaan OAT terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif selama 2 bulan, dan fase
lanjutan selama 4-6 bulan. Perhimpunan dokter paru Indonesia (PDPI) menyarankan
pemberian OAT sama dengan pasien non DM asalkan gula darah harus terkontrol.
Jenis obat yang dipakai adalah:
1. Rifampisin
2. INH
3. Pirazinamid
4. Streptomisin
5. Etambutol
10
Empat OAT dalam satu tablet, yaitu: Rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg,
Pirazinamid 400 mg, etambutol 275 mg.
Tiga OAT dalam satu tablet , yaitu : Rifampisin 150 mgt, Isoniazid 75 mg, dan
pirazinamid 400 mg.
- pengobatan TB paru kasus baru, dengan BTA (+) atau lesi luas.
panduan yang diberikan adalah : 2RHZE/ 4RH.
- Pengobatan fase lanjutan , bila diperlukan bisa diberikan selama 7 bulan, dengan
panduan 2RHZE/ 7RH. pada keadaan seperti: TB dengan lesi luas, disertai penyakit
komorbid (DM), TB millier.
1
Pemakaian OAT pada pasien TB dengan DM harus
diperhatikan karena beberapa obat TB dapat
menghambat kerja OHO disertai beberapa efek yang
timbul dari pemakaian OAT.
1
15
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. JN
Umur : 52 tahun
Alamat : Jalan Majalengka Pekanbaru
MRS : 15 Februari 2018
16
17
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 96x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu :37,5°C
24
Thoraks Paru
Thoraks - Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK V, linea
midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas kiri jantung: SIK V linea midclavicularis sinistra
atas jantung kanan:SIK V linea parasternalis dextra
Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 regular, gallop (-), murmur (-
)
27
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, gerakan lambung (-)
venektasi (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 9x/menit, bruit (-)
Perkusi : Timpani pada semua region abdomen, shifting
dullness (-)
Palpasi : Dinding abdomen supel, nyeri tekan (-), hepar
teraba (-), Lien teraba (-), ballottement (-), nyeri ketok CVA (-).
28
Ektremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema pretibial (-).
29
Laboratorium (15-02-2018)
Hb : 11,9 g/dl
Ht : 35,7%
Trombosit : 663.000/ul
Leukosit : 14.62x 103 /ul
GDS : 488 mg/dL ( ↑)
Infiltrat di kedua lapangan paru
3
31
Seorang pasien laki-laki usia 52 tahun, datang ke RSUD AA
dengan keluhan batuk darah 10 jam SMRS, pasien merasakan
dada nya terasa sesak dan mengalami batuk darah sebanyak 1 x,
darah yang dikeluarkan bewarna merah segar bercampur buih
dan dahak dengan jumlah kurang lebih ¼ gelas aqua. 1 bulan
SMRS Pasien juga mengalami batuk berdahak disertai demam
naik turun pada malam hari, berkeringat dan berat badan
menurun. Pasien kemuadian pergi ke klinik dan di berikan OAT. 1
minggu SMRS pasien merasa keluhanyya tidak berkurang dan dia
berhenti mengkonsumsi OAT. Pasien juga memiliki riwayat DM
tipe 2 yang tidak terkontrol sejak 2 tahun yang lalu.
32
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penungjang : sputum SPS BTA +1, foto thorax ditemukan infiltrat
dikedua lapangan paru atas.
33
34
3
Berdasarkan anamnesis : Berdasarkan pemeriksaan
Badan lemas, nudah lelah, penunjang:
sering haus, banyak pipis, GDS: 488 mg/dl
sering merasa lapar dan berat
badan turun. nafsu makan Tatalaksana :
normal 3x/hari Riwayat DM Diet DM 2100 kal
sejak 2 tahun yang lalu. Metformin tab 3 x 500 mg
Periksa GD2PP
Berdasarkan pemeriksaan fisik : Konsultasi Gizi dan Penyakit Dalam
IMT 18,3 (underweight)
3
38
18 Februari 2018
S : Batuk (+), dahak (+)
O : Kesadaran : CM
Keadaan umum : tampak sakit ringan;
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respiratory Rate : 20 kali/menit
T : 36,5ºC
GDS: 295 mg/dL
A : TB paru + DM tipe 2
Inj. Vit C 3x1 ampul
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
PCT tab 3 x1 (jika demam)
Metformin tab 3 x 500 mg
Periksa sputum sewaktu pasien diperbolehkan
pulang
40
41
Ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak darah dan berasal
dari saluran napas di bawah glotis atau perdarahan yang keluar melalui
saluran napas bawah glotis.
Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam
jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi
perdarahan.
42
. Infeksi
Kelainan paru
Neoplasma
Kelainan hematologi
Kelainan jantung
Kelainan pembuluh darah
Trauma
Iatrogenik
Kelainan sistemik
Obat / toksin
Lain-lain
Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah
aspirasi darah ke paru yang sehat.
Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran saluran
napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis), misalnya vit.
K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.
Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi.
Pemberian oksigen
Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan bronkoskopi
dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.
4
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko tersering pada pasien
tuberkulosis (TB) paru. Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru meningkat seiring
dengan peningkatan prevalensi pasien DM. Patofisiologi yang terjadi pada pasien
DM turut mempengaruhi patogenesis terjadinya TB paru di mana pada pasien DM
terjadi defek pada fungsi sel-sel imun.
Penekanan respon imun pada DM infeksi M. tb TB ( risiko TB 2-3 x lipat)
DM menyebabkan kerusakan pada fungsi imun dan fisiologis paru meningkatkan
risiko infeksi maupun reaktifasi TB, memperpanjang konversi sputum,
meningkatkan risiko gagal pengobatan
TB intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pasien DM
DM dapat meningkatkan frekuensi maupun tingkat keparahan suatu infeksi. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya abnormalitas dalam imunitas yang diperantarai
oleh sel dan fungsi fagosit berkaitan dengan hiperglikemia, termasuk berkurangnya
vaskularisasi. 4
Pengobatan tepat
DM dengan kontrol glikemik buruk harus dirawat
Gunakan insulin untuk kontrol gula darah
Terapi OHO setelah pengobatan TB selesai
Jaga keseimbangan glikemik untuk keberhasilan OAT
(Target GDP <120 dan HbA1c <7%)
Selama tatalaksana OAT, kontrol diabetes dan respon pasien
Tangani komorbid dan malnutrisi
Pengobatan DM dengan TB perlu diperhatikan adanya efek samping
dan interaksi antara OAT dengan OHO
4
Pada pasien TB dengan DM, konsentrasi plasma maksimal rifampisin di
atas target (8 mg/L) hanya ditemukan pada 6% pasien, sedangkan pada
yang bukan DM ditemukan pada 47% pasien.
Hal ini mungkin dapat menjelaskan respon pengobatan yang lebih rendah
pada pasien TB dengan DM.
Untuk mengontrol kadar gula darah dilakukan pengobatan sesuai standar
pengobatan DM yang dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani
selama beberapa waktu.
Bila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran intervensi
farmakologis dengan obat oral anti diabetes dan atau dengan suntikan
insulin.
4
47