Anda di halaman 1dari 21

SYOK HIPOVOLEMIK

Pembimbing :
Dr. Rina Manurung Sp.An

Bagian Anestesiologi
RSU Dr. Pirngadi Medan
Pendahuluan
 Syok atau renjatan merupakan suatu
keadaan patofisiologik dinamik ayang
mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel.
 Karena hipoksia pada syok terjadi gangguan
metabolisme sel, sehingga dapat timbul
kerusakan ireversibel pada jaringan organ
vital.
 Bila terjadi kondisi seperti ini penderita
meninggal dunia.
 Syok dapat terjadi setiap waktu pada
penderita.
Pembagian Syok
 Syok dapat terjadi karena kehilangan cairan
dalam waktu singkat dalam ruang
intravaskuler (syok hipovolemik).
 kegagalan kuncup jantung (syok
kardiogenik),
 infeksi sistemik berat (syok septic)
 reaksi imun yang berlebihan (syok
anafilaktik)
 dan reaksi vasovagal (syok neurogenik).
Syok hipovolemik
 Syok hipovolemik di sebabkan oleh
perdarahan yang terlihat dan yang tidak
terlihat.
 Perdarahan yang terlihat misalnya
perdarahan dari luka, atau hematemesis dari
tukak lambung.
 Perdarahan yang tidak nampak misalnya
perdarahan dari saluran cerna misalnya
tukak dari duodenum, cedera limpa,
kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis,
dan patah tulang besar atau majemuk.
Jenis cairan yang keluar
akibat syok hipovolemik

 Darah,

 Plasma,

 Cairan extrasel
Definisi
 Syok adalah suatu sindrom klinis akibat
kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat gangguan mekanisme homeostasis.
 Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc
Clelland tentang fisiologi keadaan syok dan
homeostasis, syok adalah keadaan tidak
cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan.
Penyebab
 Perdarahan.
 Kombustio
 Cedera luas atau majemuk.
 Inflamasi luas seperti peritonitis umum
(exsudat, infiltrate).
 Dehidrasi (suhu tinggi, keringat berlebihan).
 Kehilangan cairan usus (ileus, diare, muntah,
fistel ).
Syok secara klinis didiagnosa
dengan adanya gejala-gejala
seperti berikut :

 Hipotensi
 Oliguria

 Perfusi perifer yang buruk


Gejala dan Tanda Klinis
 Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi,
tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan
lamanya berlangsung.
 Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya
akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan
tidak segera kembali dalam beberapa
menit.
Tanda-tanda syok
 Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps
akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
 Takhikardia: peningkatan laju jantung dan
kontraktilitas adalah respons
homeostasis penting untuk hipovolemia.
 Hipotensi: karena tekanan darah adalah
produk resistensi pembuluh darah sistemik
dan curah jantung, vasokonstriksi perifer
adalah faktor yang esensial dalam
mempertahankan tekanan darah.
 Oliguria: produksi urin umumnya akan
berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria
pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30 ml/jam.
Pemeriksaan Laboratorium - Hematologi

 Pemeriksaan laboratorium sangat


bermanfaat untuk menentukan kadar
hemoglobin dan nilai hematokrit.
 Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh
ditunda menunggu hasil pemeriksaan.
Hematokrit pasien dengan syok
hipovolemik
 mungkin rendah, normal, atau tinggi,
tergantung pada penyebab syok.
Diagnosa Differensial
 Syok hipovolemik menghasilkan mekanisme
kompensasi yang terjadi pada hampir semua
organ tubuh.
 Hipovolemia adalah penyebab utama syok
pada trauma cedera.
 Syok hipovolemik perlu dibedakan dengan
syok hipoglikemik karena penyuntikan insulin
berlebihan.
 Hal ini tidak jarang terjadi pada pasien yang
dirawat di Unit Gawat Darurat.
Resusitasi Cairan

 Manajemen cairan adalah penting dan


kekeliruan manajemen dapat berakibat
fatal.
 Untuk mempertahankan keseimbangan
cairan maka input cairan harus sama
untuk mengganti cairan yang hilang.
 Cairan itu termasuk air dan elektrolit.
Tujuan terapi cairan

untuk kesempurnaan
keseimbangan cairan, tetapi
penyelamatan jiwa dengan
menurunkan angka mortalitas.
Pemilihan Cairan Intravena
 Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan
resusitasi dengan memakai 2 liter larutan
isotonis Ringer Laktat
 Namun, Ringer Laktat tidak selalu
merupakan cairan terbaik untuk resusitasi.
Resusitasi cairan yang adekuat dapat
menormalisasikan tekanan darah pada
pasien kombustio 18-24 jam sesudah
cedera luka bakar.
 Larutan parenteral pada syok hipovolemik
diklasifikasi berupa cairan kristaloid, koloid,
dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk
terapi syok hipovolemik.
 Keuntungan cairan kristaloid antara lain
mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak
menyebabkan reaksi alergi.
 Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk
penanganan awal syok hipovolemik dengan
hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis
metabolik.
 Larutan RL adalah larutan isotonis yang
paling mirip dengan cairan ekstraseluler.
 RL dapat diberikan dengan aman dalam
jumlah besar kepada pasien dengan kondisi
seperti hipovolemia dengan asidosis
metabolik, kombustio, dan sindroma syok.
 NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5%
digunakan sebagai cairan sementara untuk
mengganti kehilangan cairan insensibel.
 Ringer asetat memiliki profil serupa dengan
Ringer Laktat.
 Tempat metabolisme laktat terutama adalah
hati dan sebagian kecil pada ginjal,
sedangkan asetat dimetabolisme pada
hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot
sebagai tempat terpenting.
 Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan
resusitasi patut diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi hati berat seperti
sirosis hati dan asidosis laktat.
 Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat
membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Tujuan dari terapi cairan

 Resusitasi untuk mengganti


kehilangan cairan akut
 Dan rumatan untuk mengganti
kebutuhan harian.
Terimakasih kalau ada
kritik dan Saran mari
kita Diskusikan

Anda mungkin juga menyukai