Anda di halaman 1dari 52

PELAYANAN MEDIK DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
JAMAAH HAJI DI KLOTER

TIM FASILITATOR 2017


Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran , peserta mampu


melakukan pelayanan medik dan asuhan
keperawatan dalam pelayanan kesehatan haji di
kloter.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah proses pembelajaran peserta pelatihan
dapat:
1. Menjelaskan pelayanan medik pada kasus yang
umum terjadi pada jemaah haji di kloter
2. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada kasus
yang umum terjadi pada jemaah haji di kloter
3. Melakukan penanganan kegawatdaruratan sesuai
kondisi dan peralatan di kloter
Kasus Yang Umum Terjadi
1. Hipertensi
2. Gangguan faal pada geriatrik
3. Diabetes Melitus
4. Dimensia
5. Penyakit Jantung Koroner
6. PPOK & Asma Bronkhiale
7. Emerging diseases
8. Penyakit/Kondisi Akibat Matra:
Dehidrasi,Jetlag,Heatstroke, Frosbite
HIPERTENSI(1)
 TD sistolik ≥ 140 mm Hg, TD diastolik ≥ 90 mm Hg,
atau keduanya
 Blood Pressure Classification (JNC 7)
BP Classification SBP mmHg DBPmmHg

Normal < 120 < 80

Pre-hypertension 120 – 139 80 - 89

Stage I Hypertension 140 - 159 90 - 99

Stage II Hypertension ≥ 160 ≥ 100


Penyebab Hypertensi

• Sleep apnea
• Drug-induced or related causes
• Chronic kidney disease
• Primary aldosteronism
• Renovascular disease
• Chronic steroid therapy and Cushing’s
syndrome
• Pheochromocytoma
• Coarctation of the aorta
• Thyroid or parathyroid disease
Target Organ Damage - TOD

 Heart
 Left ventricular hypertrophy
 Angina or prior myocardial infarction
 Prior coronary revascularization
 Heart failure

 Brain
 Stroke or transient ischemic attack
 Chronic kidney disease
 Peripheral arterial disease
 Retinopathy
Penegakan diagnosa
 Anamnesis: Riw.hipertensi, TD rata2, riw.pemakaian
obat2 simpatomimetik dan steroid,riw.peny.kronik
lain,kelainan hormonal
 Pemeriksaan Fisik: TD pd kedua ekstremitas, denyut
nadi perifer,bunyi jantung, adanya edema,dll
 Differential Diagnosa: Peningkatan TD akibat obat,
rasa nyeri,dll
 Pemeriksaan penunjang: kloter glukotest, asam
urat
JNC 7: Algorithm for Treatment of
Hypertension
Prehypertension (SBP 120-139 mm Hg or DBP 80-89 mm Hg)

LIFESTYLE MODIFICATIONS
Not at Goal BP (<140/90 mm Hg, or <130/80 mm Hg for
Prehypertension
patients with diabetes or chronic kidney disease)
INITIAL DRUG CHOICES

Without Compelling Indications With Compelling Indications

Stage 2 Hypertension
Stage 1 Hypertension Drug(s) for compelling
(SBP ≥160 or DBP ≥100 mm
(SBP 140-159 or DBP 90-99 mm indications Other
Hg)
Hg) antihypertensive
2-drug combinations for most
Thiazide-type diuretics for most; drugs (diuretic, ACEI,
(usually thiazide-type
may consider ACEI, ARB, BB, ARB, BB, CCB) as
diuretics and ACEI, or ARB, or
CCB, or combination needed
BB, or CCB
KRISIS HIPERTENSI
 Hipertensi Emergency : peningkatan TD yng
bermakna yg perlu penurunan TD segera dengan
anti hipertensi parenteral krn adanya kerusakan
target organ akut atau progresif
 Hipertensi Urgency: penurunan TD diturunkan
dalam beberapa jam
Gangguan Faal Pada Geriatri(2)
Malnutrisi pada Geriatri

 Kondisi yang disebabkan ketidakseimbangan


asupan kalori dan protein dengan kebutuhan
Tubuh
 Diagnosis
 Anamnesis: penurunan BB,status fungsional,
peny.kronik, obat2an
 Pem. Fisik: rongga mulut, warna rambut
 Antropometrik: LLA, IMT
 Pem. Penunjang: darah lengkap
 Tata Laksana
 Evaluasi penyebab dan faktor risiko
 Evaluasi status fungsional

 Menentukan jumlah energi dan status Gizi

 Nutrisi enteral atau parenteral

 Komplikasi: Status imunitas menurun


Penyakit Ginjal Kronik Pada Geriatri

 Kerusakan ginjal yg terjadi selama 3 bulan atau


lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi
 LFG ≤ 60 ml/menit/1,73m2 yang terjadi selama
≥3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
 Diagnosis
 Anamnesis: lemas, mual, muntah, sesak napas, pucat,
BAK berkurang
 Pem. Fisik: dgn atau tanpa HT, anemis, kulit kering,
edema tungkai atau palpebra, tanda bendungan paru
 Laboratorium: Ggn fungsi ginjal

 DD: GGA
 Tata Laksana
 Pengaturan Asupan protein
 Pengaturan asupan air

 Kontrol TD, Gula darah, koreksi anemia, koreksi


hipofosfatemia, koreksi asidosis metabolik,
hiperkalemia,kontrol osteodistrofi renal,kontrol
dislipidemia
 Terapi pengganti ginjal: Hemodialisa, CAPD,
transplantasi
 Komplikasi
 Kardiovaskuler,

 Ggn keseimbangan asam basa,


 Ggn keseimbangan cairan dan elektrolit

 Anemia
Pneumonia pada Geriatri
 Infeksi parenkim paru yg disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, jamur dan parasit
 Diagnosis
 Infiltrat baru atau perubahan progresif pada Ro dgn
disertai 1 gejala mayor atau 2 gejala minor
 Gejala mayor: batuk, sputum produktif, demam (>37,8oC)
 Gejala Minor: Sesak napas, nyeri dada, jumlah leukosit
>12.000/µL
 Seringkali memberikan gejala yg tidak khas (ggn
kesadaran, tidak mau makan dan minum)
 DD: Emboli paru, Gagal jantung, TB paru
 Tata Laksana
 Suportif:
O2, Cairan, nutrisi, mukolitik, ekspektoran,
bronkhodilator
 Farmakologis: Antibiotik

 Program rehabilitasi medik

 Komplikasi: Empiema, Efusi pleura, Gagal napas,


sepsis
DIABETES MELITUS(3)
 Penyakit metabolik yang disebabkan karena defek
pada:
 Kerja Insulin di hati dan jaringan perifer
 Sekresi insulin oleh sel beta Pankreas
 Atau keduanya

 Klasifikasi
 DM Tipe 1
 DM Tipe 2
 DM gestasional
 Tipe spesifik lain
 Diagnosis
 Anamnesis: poliuria, polidipsia, polifagia,dll
 Pem.fisik:TB,BB,TD,tanda neuropati, mata, gimul,
keadaan kaki, kulit dan kuku
 Kriteria Diagnostik DM
 Kadar GDS (plasma vena) >200mg/dL atau
 Kadar GDP (plasma vena) >126mg/dL atau

 Kadar glukosa Plasma >200mg/dL pada 2 jam


sesudah beban glukosa 75gram pada TTGO
 DD
 Hiperglikemia reaktif
 TGT

 Tata Laksana
 Edukasi

 OHO dan atau Insulin


 Komplikasi
 Akut

 Kronik
DEMENSIA(4)
 Suatu bentuk ggn mental organik akibat adanya ggn
patologi yang jelas dari suatu organ yang
dimanifestasikan dgn gejala utama adalah ggn
fungsi kognitif tanpa adanya ggn kesadaran
 Diagnosis
 Ggn fungsi kognitif (daya ingat segera dan menengah)
 Ggn orientasi dan persepsi
 Dapat dijumpai adanya waham dan/atau halusinasi
 Emosi tdk stabil
 Adanya reaksi kebingungan
 DD: Intoksikasi obat, trauma kapitis
 Tata Laksana
 Terapi sesuai etiologi organik yg ditemukan
 Psikoterapi

 Komplikasi: Ggn organik sesuai dgn gejala yg


menyertai
Penyakit Jantung Koroner (PJK)(5)

 Keadaan gawat darurat jantung dgn manifestasi


klinis perasaan tdk enak di dada atau gejala-
gejala lain akibat iskemi miokard
 Diagnosis
 Nyeri dada khas
 EKG:ST Elevasi

 Enzim jantung meningkat


 Tata Laksana
 Tirah baring
 O2 2 l/mnt 2-3 jam, dilanjutkan jika saturasi arteri
rendah (<90%)
 Infus NaCl 0,9% atau Dx 5%
 Nitrat Sublingual, Antitrombik, Antikoagulan
 Diet

 Komplikasi
 Unstable Angina: payah jantung, syok kardiogenik,
aritmia, IMA
 IMA: gagal jantung, syok kardiogenik, ruptur korda,
ruptur septum,perikarditis, aritmia, emboli paru
Asma Bronkhiale(6a)
 Asma adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkhus
terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Soeparman, 1990).
 Diagnosis: Episode berulang sesak napas, dengan
atau tanpa mengi dgn rasa berat di dada akibat
faktor pencetus
 Klasifikasi
 Asma Intermiten: gejala <1x/minggu, asimptomatik
 Asma persisten ringan: gejala >1x/minggu, <1x/hari,
asma malam >2x/bulan
 Asma persisten sedang: gejala tiap hari, tiap hari
menggunakan ß2 agonis kerja singkat, aktifitas
terganggu saat serangan, asma malam >1x/minggu
 Asma persisten Berat: gejala terus menerus, asma malam
sering, aktifitas terbatas
 DD:PPOK, gagal jantung
 Tata Laksana
 Asma Intermiten tdk perlu obat
 Asma persisten ringan: kortikosteroid inhalasi, kromolin
atau anti leukotrien
 Asma persisten sedang: kortikosteroid inhalasi plus ß2
agonis aksi lama (LABA) atau ditambah teofilin lepas
lambat
 Asma persisten berat: kortikosteroid inhalasi plus LABA
plus teofilin lepas lambat
 Pada eksaserbasi akut: Oksigenasi, inhalasi ß2
agonis/20mnt sampai 3 kali, inhalasi ipapromium
bromide, kortikosteroid, Ab if ada infeksi sekunder
 Komplikasi: PPOK, gagal jantung, gagal napas,
pneumotoraks
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS
( PPOK ) (6b)

 Terjadi pada usia diatas 40 tahun


 Kronis progresif
 Irreversible
 Gejala utama sesak napas
 Memiliki keterbatasan aktifitas fisik
 Ketergantungan kepada orang lain
PPOK Eksaserbasi

 Merupakan kejadian yang akut yang ditandai


dengan makin memburuknya gangguan pernapasan
 Tujuan pengobatan pada Eksaserbasi adalah
meminimalkan efek/akibat yang ditimbulkan dan
mencegah timbulnya eksaserbasi lanjut/ulangan.
PPOK Eksaserbasi akut
 Tanda dan Gejala:
 Sesak napas
 Batuk berdahak berwarna kuning kehijauan

 Demam

 Riwayat merokok aktif/pasif


 Tata Laksana
 O2 max 2 ltr/menit
 Inhalasi Atroven 1cc+salbutamol 1cc per 6 jam

 Dexametasone 3x10mg

 Aminofilin drip 0,5mg/kgBB/jam

 Ekspektoran

 Antibiotik
Emerging Diseases(7)
 Penyakit2 yang angka kejadiannya meningkat
dalam dua dekade ini, atau
 Mempunyai kecenderungan meningkat dalam waktu
dekat,
 Penyakit yang area geografis penyebarannya
meluas, atau
 Penyakit yang tadinya mudah dikontrol dengan
obat2an namun kini menjadi resisten
Faktor penyebab

1. Evolusi MO (mutasi, adaptasi)


2. Hub mikrobial agent dgn hewan perantara
3. Perubahan iklim lingkungan
4. Perubahan perilaku manusia : pestisida, anti
mikroba sembarangan, penggunaan vaksin
5. Perkembangan industri dan ekonomi
6. Perpindahan secara masal membawa wabah
penyakit tertentu
MERS-COV
 Kumpulan gejala penyakit (sindroma) pernapasan
yang disebabkan oleh virus corona yang menyebar
di Timur Tengah
 Sumber Penularan: Unta,kelelawar,monyet
 Dapat menular dari manusia ke manusia secara
terbatas
 Penularan melalui udara
 Belum ditemukan vaksin khusus untuk mencegah virus
corona
 Gejala timbulnya akut, infeksi saluran pernapasan
yang berat disertai dengan demam, batuk dan
sesak. Sebagian besar pasien mengalami
pneumonia beberapa kasus disertai dengan gejala
diare dan sebagian besar pasien memiliki
penyakit komorbid penyerta.
Middle East Resp Syndr – Corona Virus
(MERS-CoV)
Upaya Promotif dan Preventif
a. Pencegahan standar :
- Cuci tangan dan APD : masker, kacamata
- Pencegahan jarum suntik dan benda tajam
- Pengolahan limbah
b. Pencegahan Dropplet
- Gunakan masker
- Isolasi pasien untuk kelompok D/ yg sama
- Batasi pergerakan pasien
c. Pencegahan Airborne
- Petugas pakai APD lengkap
Penyakit Akibat Kondisi Matra(8)
 Penyakit/kondisi yang timbul akibat aktifitas di
tempat yang berbeda dengan lingkungannya
dalam waktu yang cukup lama
A. DEHIDRASI
DEF : Berkurangnya cairan tubuh total, air lebih
banyak hilang dari Na (hipertonik) atau hilangnya
air dan Na sama banyak (Isotonik) atau hilangnya
Na lebih banyak dari air (Hipotonik)
GEJALA :
- Penurunan BB akut > 3 %
- Hipotensi ortostatik
- Peningkatan suhu tubuh
- Penurunan jumlah urin
PENATALAKSANAAN

1. Kasus Ringan : minum 30 cc/kgBB/hari


2. Kasus Sedang – Berat : Infus sesuai kebutuhan
3. Koreksi elektrolit
B. JET LAG

Gangguan psikologik yang timbul akibat


penerbangan jarak jauh dimana diperlukan
sinkronisasi siklus malam dan siang di tempat yang
baru (irama sirkadian)

GEJALA :
1. Kelelahan fisik dan mental
2. Dehidrasi
3. Penurunan energi, performance dan motivasi
4. Gangguan pola tidur
Pathofisiologi
Belum jelas :
Faktor exogen (geografi)
Faktor endogen (hormonal)

Faktor yang berpengaruh:


Usia dan pengalaman
Faktor Individu
Arah (Barat ke Timur lebih terasa)
Keadaan kabin
Jumlah penumpang
Zona waktu yg di lewati
Cuaca buruk
Upaya mengurangi efek jet lag

1. DIET ANTI JETLAG


 Hari I : makan pagi dan siang tinggi protein
makan malam tinggi karbohidrat
 Hari II : makan ringan (sup ringan, juice, salad)
 Hari III: menu makanan seperti hari I
 Hari IV /hari keberangkatan : menu seperti hari II
 Sesampai di tempat tujuan makan pagi, siang dan
malam seperti biasa dengan jadwal waktu makan
sesuai waktu setempat
2. KIAT
- Sebelum terbang
- Rileks
- Jangan letih fisik-mental
- Persiapan jauh hari
- Pesawat jangan banyak transit
- Tidur lebih awal
- Selama terbang
- Putar jarum jam sesuai tujuan
- Hindari alkohol, kopi
- Perbanyak minum air dan sari buah
- Mandi saat transit (bila cukup waktunya)
- Tidur selama terbang sesuai tujuan
C.SENGATAN PANAS

 Suatu kelainan pada tubuh yang disebabkan


karena terpapar udara panas yang tinggi yang
menyebabkan meningkatnya suhu tubuh disertai
dengan kelainan fisik dan neurologis
 Klasifikasi
 Heat Exhaustion
 Heat cramp

 Heat Stroke
550 C
POLA MUSIM DINGIN

Panas
Okt Des Jan Maret
April Juli Agst Sept
Dingin
Heat Stroke

< 50 C
Gejala Penyakit :
Kulit bersisik & gatal, Mimisan,
Bibir pecah-pecah, Infeksi pernafasan,
Peny. Saluran Cerna, Gangguan otot &
Tulang, Dehidrasi

Memperberat Penyakit :
Jantung, DM, Asma, Rheumatik, Stress
diluar kendali, perubahan perilaku,
gangguan jiwa
 Tata Laksana
 Dinginkan pasien:
 Baringkan pasien di ruang yang sejuk atau terbuka yg
terlindung dari panas dan longgarkan pakaian
 Semprotkan air dingin atau suam2 kuku
 Kipasi pasien
 Kompres dgn kantong es di ketiak, leher, selangkangan

 Infus
NaCl 0,9%
 Monitir suhu badan
 Komplikasi
 Dehidrasi

 ARF

 Syok hipovolemik
 koma
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai