Anda di halaman 1dari 20

PEER

-S T A D I U M M A L L A P A T I
-M A C A M - M A C A M A N A L G E S I K
Skor Mallapati

 Skor yang digunakan untuk pengukuran orofasial


untuk memprediksi intubasi yang sulit.
 Cara penilaian yang baik adalah dengan cara pasien
duduk dengan mulut terbuka dan lidahnya menonjol
tanpa phonating.
Indikasi

 1. evaluasi anestesiologi untuk menilai kemudahan


intubasi
 2. evaluasi sleep apnea
 3. menilai kondisi tonsil
 4. melihat pharynx dengan mulut terbuka saat
istirahat : tidak ada fonasi dan tonjolan lidah
Grade

 Grade I : pilar faring, uvula, dan palatum mole


terlihat dengan jelas, seluruh tonsil terlihat jelas
 Grade II : uvula dan palatum mole terlihat
sedangkan pilar faring tidak terlihat, setengah ke
atas fossa tonsil terlihat
 Grade III : palatum mole dan palatum durum masih
dapat terlihat jelas
 Grade IV : pilar faring, uvula dan palatum mole tidak
terlihat jelas, hanya palatum durum yang terlihat
jelas
Definisi

 Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional


yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan.
 Penyebab nyeri : rangsangan kimiawi, mekanis,
kalor dan listrik.
 Mediator- mediator yang terlibat dalam proses nyeri
: histamin, serotonin, plasmakinin (bradikinin),
prostaglandin
Terdapat 4 tahap terjadinya nyeri

 1. stimulasi  dimulai dari perangsangan reseptor nyeri oleh


rangssangan mekanis, panas dan kimia. Rangsang tsb akan
menyebabkan pelepasan mediator merangsang ujung saraf
nyeri
 2. transmisi adanya mediator nyeri akan mengubah
permeabilitas membran neuronal, menyebabkan influks
natrium dan eluks kalium sehingga terjadi depolarisasi
membran implus akan ditransmisikan ke med spinalis.
 3. persepsi nyeri  proses seseorang akan merasa nyeri atau
sakit
 4. modulasi  modulasi informasi nyeri terjadi sangat cepat.
Neuron dari talamus dan otak akan melepaskan
neurotransmiter inhibitor, norepinephrin, GABA, glisin,
endorpin.
Penggolongan

 Analgesik opioid / analgesik narkotika


 Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan
untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Titik
kerjanya di susunan saraf pusat.
 Analgesik non opioid/ non narkotik
 Semua analgetik non-opiod merupakan obat anti peradangan
nonsteroid(NSAID).Seperti golongan salisilat seperti aspirin,
golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan
lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat,
naproksen/naproxen
Analgesik opioid/ narkotik

 Berdasarkan mekanisme kerja digolongkan menjadi


3 macam , yaitu :
- Agonis opiat  hilangkan rasa nyeri dengan cara
mengikat reseptor opioid pada sistem saraf. Contoh :
morfin, kodein, heroin, metadon, petidin, tramadol
- Antagonis opiat  hilangkan nyeri dengan
menduduki salah satu reseptor opioid pada sistem
saraf pusat. Contoh : nalokson, pentazosin,
buprenorfin
- Kombinasi , bekerja mengikat reseptor opioid tetapi
tidak sempurna
OPIOID

 Morfin
 Indikasi : meredakan atau menghilangkan nyeri hebat,
mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema
pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri, menghentikan
diare
 Efek samping : mual, muntah, depresi napas, urtikaria,
eksantem, dermatitis kontak, pruritus, bersin, intoksitasi
akut terjadi akibat percobaan bunuh diri.
 Sediaan : Pulvus opii mengandung 10% morfin dan <0,5%
kodein.Yang mengandung alkoloid murni di gunakan untuk
pemberian oral / parenteral ialah garam HCL, garam sulfat
ataufosfat alkoloid morfin dangan kadar 10 mg/mL
OPIOID

 Metadon
 Indikasi : jenis nyeri yang dapat di pengaruhi metadon sama dengan
jenis nyeri dapat dipengaruhi morfin.
 Efek samping : perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental
terganggu, berkeringat, pruritus, mual dan muntah.
 Fentanil
 Indikasi : menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan
analgesik opioid
 Efek samping : hipoventilasi, mual, muntah, sembelit / susah buang
air besar, somnolen, bingung / kekacauan, halusinasi, euforia (
keadaan emosi yang gembira berlebihan ) , gatal – gatal , dan retansi
urin.
 Kontra indfikasi : bukan untuk nyeri setelah op, lansia, gangguan
fungsi hati dan dinjal, penyakit paru, bradiaritmia, tumor otak,
hamil dan menyusui.
Analgesik non opioid/ non narkotik

 Disebut juga analgetika-antipiretik atau non steroid


anti-inflamatory drug dan juga disebut analgetik
perifer. Sebagian besar efek samping dan terapinya
berdasarkan atas penghambatan biosintesis
prostglandin.
NON OPIOID

 Berdasarkan derivatnya, analgetik non-opiod


dibedakan atas 8 kelompok yaitu :
 Derivat Paraaminofenol : Parasetamol
 Derivat Asam Salisilat : asetosal, salisilamid dan benorilat
 Derivat Asam Propionat : ibuprofen, ketoprofen
 Derivat Asam Fenamat : asam mefenamat
 Derivat Asam Fenilasetat : diklofenak
 Derivat Asam Asetat Indol : indometasin
 Derivat Pirazolon : fenilbutazon
 Derivat Oksikam : piroksikam
NON OPIOID

 Parasetamol
 Penghambat prostaglandin yang lemah.
 Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi
kemampuan antiinflamasinya sangat lemah
 Farmadol, Sanmol, Panadol, Dumin
 500mg, dosis max 4gr Syr: 120mg/5ml forte:250mg/5ml
 Asetosal (Aspirin)
 Mempunyai efek analgetik, anitipiretik, dan antiinflamasi.
 Indikasi: demam, nyeri tidak spesifik seperti sakit kepala, nyeri otot
dan sendi (artritis rematoid).
 Efek samping : perpanjangan masa perdarahan, hepatotoksik (dosis
besar) dan iritasi lambung.
 Aptor, Aspilets = 80mg, 100mg
NON OPIOID

 Asam Mefenamat
 Mempunyai efek analgetik dan antiinflamasi, tetapi tidak
memberikan efek antipiretik.
 Efek samping : dispepsia
 Ponstan, Anafen, Analspec
 Dosis : 2-3 kali 250-500 mg sehari
 Kontraindikasi : anak di bawah 14 tahun dan wanita hamil
 Ibuprofen
 Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, namun
efek antiinflamasinya memerlukan dosis lebih besar
 Efek sampingnya ringan, seperti sakit kepala dan iritasi lambung
ringan.
 Ibufenz, Arfen, Arthrifen
 Dosis 4 kali 400 mg sehari
 Anak 20mg/kgBB dosis terbagi
NON OPIOID

 Diklofenak
 Diberikan untuk antiinflamasi dan bisa diberikan untuk terapi
simtomatik jangka panjang untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan
spondilitis ankilosa.
 Efek samping : mual, gastritis, eritema kulit
 Aclonac, Araclof, Cataflam
 Dosis : 100-150 mg, 2-3 kali sehari
 Indometasin
 Mempunyai efek antipiretik, antiinflamasi dan analgetik sebanding
dengan aspirin, tetapi lebih toksik.
 Efek samping : diare, perdarahan lambung, sakit kepala, alergi
 Dialon,
 Dosis lazim : 2-4 kali 25 mg sehari
NON OPIOID

 Piroksikam
 Hanya diindikasikan untuk inflamasi sendi.

 Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing, tinitus, nyeri


kepala dan eritema kulit.
 Pirocam, Pirofel, Rexil, Relox

 Dosis : 10-20 mg sehari

 Fenilbutazon
 Hanya digunakan untuk antiinflamasi, mempunyai efek
meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga bisa
digunakan pada artritis gout.
 Waktu paruh 50-65 jam

Anda mungkin juga menyukai