Anda di halaman 1dari 15

PRESBIAKUSIS

Pembimbing:
dr. Lina Marlina, Sp. THT-KL
Definisi Presbiakusis

■ Tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ


pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara
progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta
tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum

National Institute on Defness an Other Communication Disorder. 2010. Presbycusis. Available from
1 http://www.nidcd.nih.gov/directory [Accessed on 27 Desember 2018]
Etiologi Presbiakusis

■ Faktor-faktor herediter, metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup


 atrofi di bagian epitel dan saraf pada organ corti  degenerasi sel
ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks  degenerasi
sel-sel pada jaras saraf pusat  gangguan pemahaman bicara

Schuknecht, H.F., Gacek M.R. 1993. Cochlear Pathology in Prebyscusis. Ann Otol Rhinol Laryngol.
2
Faktor Risiko
■ Usia  > 60 tahun
■ Jenis kelamin  laki-laki
■ Hipertensi  emboli, hemoraghea, atau vasospasme
■ Diabetes mellitus
– advanced glicosilation end product (AGEP)  mengurangi
elastisitas dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) 
mikroangiopati  atrofi dan berkurangnya sel rambut.
■ Merokok
■ Riwayat bising

Jeger, J., Jeger, S., 1976. Comment on “ The effect of age on the diagnostic utility of the rollover phenomenon.” J Speech
3 Hear Disorder. 41:556-57
Patogenesis

■ Degenerasi koklea
– Degenerasi pada stria vaskularis
– Degenerasi sel marginal dan intermedia pada stria vaskularis terjadi secara
sistemik, serta terjadi kehilangan Na+K+ATPase
– Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi  meluas ke
regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia
– Patologi vascular: lesi fokal yang kecil pada bagian apikal dan bawah basal yang
meluas pada regio ujung koklea.
– Degenerasi stria vaskularis akibat penuaan berefek pada potensial endolimfe yang
berfungsi sebagai amplifikasi koklea

4 Gates, G.A., Mills, J.H., 2005., Presbycusis. Lancet;1111-20


Patogenesis

■ Degenerasi sentral
– degenerasi sel organ corti dan saraf-saraf  hilangnya fungsi nervus auditorius
akan meningkatkan nilai ambang CAP
– fungsi input-output dari CAP akan terefleksi juga pada fungsi input-output dari
potensial saraf pusat. Pengurangan amplitudo dari potensial aksi yang terekam
pada proses penuaan memungkinkan terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus
auditorius  penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman
bicara yang buruk

5 Gates, G.A., Mills, J.H., 2005., Presbycusis. Lancet;1111-20


Klasifikasi Presbiakusis
■ Presbiakusis sensori  11,9%.
– atrofi epitel yang disertai dengan hilangnya sel rambut sensoris pada organ korti  ketulian
pada nada tinggi secara tiba-tiba.
■ Presbiakusis neural  30,7%.
– atrofi pada sel-sel saraf di koklea dan pada jalur hantaran suara ke saraf pusat.
– Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap bunyi frekuensi tinggi.
■ Presbiakusis metabolik (strial presbikusis)  34,6%.
– atrofi pada stria vaskularis, dimana stria vaskularis tampak menciut akan tetapi masih memberi
skor diskriminasi yang bagus terhadap suara.
– Penderita dengan kasus kardiovaskular dapat mengalami presbiakusis tipe ini.
■ Presbiakusis mekanik (presbikusis konduktif koklear)  22,8%.
– penebalan dan pengerasan membran basalis koklea  gerakan mekanik dari duktus koklearis
dan atrofi dari ligamentum spiralis berubah.
– audiogram yang menurun dan simetris (skiloop).

Dewi, Y.A., 2007. Presbiakusis. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran
6 Universitas Padjadjaran.
Derajat Pendengaran
■ Derajat kurang pendengaran dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher:
Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz
3
■ Derajat menurut Jerger, yaitu :
– 0 – 25 dB : normal
– >25 – 40 dB : tuli ringan
– >40 – 55 dB : tuli sedang
– >55 – 70 dB : tuli sedang berat
– >70 – 90 dB : tuli berat
– >90 dB : tuli sangat berat

Suwento, R., Hendarmin, H., 2007. Gangguan Pendengaran pada Geriatri. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, S.,
Restuti, R.D., eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit
7 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 10-43.
Diagnosis Presbiakusis

■ Anamnesis
– penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut (bersifat sensorineural, simetris
bilateral dan progresif lambat) terhadap suara atau nada yang tinggi.
– Tinnitus.
– Faktor risiko presbiakusis:
1) Paparan bising  bekerja di tempat bising, tempat rekreasi yang bising,
dan penembak (tentara)
2) Merokok
3) Obat – obatan  AB aminoglikosida
4) Hipertensi
5) Riwayat keluarga

Soepardi EA, Iskandar. 2008. Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
8 Indonesia,Hal. 10-17.
Diagnosis Presbiakusis

■ Pemeriksaan Fisik
– Tes penala:
■ Tes Rinne  (+)
■ Tes Weber  latelarisasi kearah telinga sehat
■ Tes Schwabach  memendek

■ Pemeriksaan Penunjang
– Audiometri
■ tuli saraf nada tinggi, bilateral, dan simetris
■ Penurunan yang tajam (slooping) pada tahap awal setelah frekuensi 2000 Hz.

Suwento, R., Hendarmin, H., 2007. Gangguan Pendengaran pada Geriatri. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, S.,
Restuti, R.D., eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit
9 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 10-43.
Penatalaksanaan

■ Alat bantu dengar


■ lip reading
■ physiologic counseling
■ Koklear implant

Dewi, Y.A., 2007. Presbiakusis. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran
10 Universitas Padjadjaran.
■ Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif
lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang
mendasari selain proses menua secara umum.
■ Etiologi presbikusis belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang diduga dapat
mempengaruhi terjadinya presbikusis seperti usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes
mellitus, hiperkolesterol dan kebiasaan merokok terhadap penurunan pendengaran pada
usia lanjut.

11
■ Presbiakusis diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu: presbiakusis sensorik, presbiakusis
neural, presbiakusis metabolik, presbiakusis konduktif koklear. Gejala yang timbul
adalah penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, bersifat sensorineural,
simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap suara atau nada
yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan telinga hidung tenggorok,
seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari
■ Gangguan pendengaran pada presbikusis adalah tipe sensorineural yang tidak dapat
disembuhkan, dan tujuan penatalaksanaannya untuk memperbaiki kemampuan
pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar.

12
Daftar Pustaka
■ National Institute on Defness an Other Communication Disorder. 2010. Presbycusis. Available from
http://www.nidcd.nih.gov/directory [Accessed on 27 Desember 2018]
■ Schuknecht, H.F., Gacek M.R. 1993. Cochlear Pathology in Prebyscusis. Ann Otol Rhinol Laryngol.
■ Jeger, J., Jeger, S., 1976. Comment on “ The effect of age on the diagnostic utility of the rollover
phenomenon.” J Speech Hear Disorder. 41:556-57
■ Gates, G.A., Mills, J.H., 2005., Presbycusis. Lancet;1111-20
■ Dewi, Y.A., 2007. Presbiakusis. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran.
■ Suwento, R., Hendarmin, H., 2007. Gangguan Pendengaran pada Geriatri. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar,
N., Bashiruddin, S., Restuti, R.D., eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 10-43.
■ Soepardi EA, Iskandar. 2008. Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Hal. 10-17.

13

Anda mungkin juga menyukai