Faktor risiko :
1) Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan
kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
2) Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut
atau di bagian bawahnya.
3) Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida.
Kebanyakan terjadi dipunggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau
sakral, karena penutupan vertebra dibagian ini terjadi paling akhir.
4) Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya)
dapatmenyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida. Pada
95 % kasus spina bifidatidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek
neural tube. Resiko akan melahirkan anakdengan spina bifida 8 kali lebih
besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.
Manifestasi Klinis
• Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah
pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus
cahaya.
• Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
• Penurunan sensasi.
• Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja.
• Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis).
• Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
• Lekukan pada daerah sakrum.
• Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan
abnormalitas upper spine(arnold chiari malformation) yang
menyebabkan masalah koordinasi.
• Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena
imbalans kekuatan ototdan fungsi.
• Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk
merelakskan secara volunter otot (sphincter) sehingga
menahan urin pada bladder dan feses pada rectum.
• Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen
dapat normal bila hidrosefalus di terapi dengan cepat.
• Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami
tethered spinal cord.Spinal cord melekat pada jaringan
sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atauturun secara
normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip
atauskoliosis. Masalah ini akan bertambah buruk seiring
pertumbuhan anak dan tetheredcord akan terus teregang.
Proses Penutupan Neural Tube
Kehamilan hari ke - Kejadian Anomali
0 – 18 Pembentukan ektoderm, Kematian atau efek yang
mesoderm dan endoderm, tidak jelas
dan lempeng saraf
18 Pembentukan lempeng Defek midline anterior
saraf
22 – 23 Penampakan optik vessel Hidrosefalus
24 – 26 Penutupan neuropore Anencephaly
anterior
26 – 28 Penutupan neuropore Spina bifida sistika dan
posterior Spina bifida okulta
32 Sirkulasi vaskular Mikrosefali
33 35 Splitting dari proensefalon Holoproensefalon
untuk membentuk
telensefalon
70 – 100 Pembentukan korpus Agenesis korpus kalosum
kalosum
Klasifikasi
• Open : Spina bifida
aperta
• Myelomeningocele
• Meningocele
• Post Natal
• CT scan
• MRI
• Spine X-ray
AFP
• Skrining MSAFP mengukur tingkat dari protein yang disebut
alfa feto protein (AFP) yang dibentuk secara alami oleh fetus
dan plasenta. Selama kehamilan normal sejumlah kecil dari
AFP biasanya melintasi plasenta dan memasuki peredaran
darah ibu. Namun jika terdapat peningkatan yang abnormal
dari protein ini pada peredaran darah ibu mengindikasikan
bahwa fetus mengalami defek pada vertebra.
Pemeriksaan penunjang post
natal
• X- Ray tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi
kelainan
• CT scan memungkinkan untuk melihat secara langsung defek
pada anatomi dan tulang. Pemeriksaan ini juga digunakan
untuk menentukan ada atau tidaknya hidrosefalus atau
kelainan intracranial lainnya
• CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan (12)
• MRI merupakan pemeriksaan pilihan untuk jaringan saraf dan
untuk mengidentifikasi kelainan pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat anomali yang
berkaitan baik intraspinal maupun intrakranial
Anamnesia
A. Spina bifida okulta Sering kali asimtomatik
• Tidak ada gangguan pada neural tissue
• Regio lumbal dan sakral
• Defek berbentuk dimpel, seberkas rambut, nevus
• Gangguan traktus urinarius (mild)
B. Spina bifida aperta
Meningokel
• Tertutupi oleh kulit
• Tidak terjadi paralisis
Mielomeningokel
• Tidak tertutup oleh kulit, tetapi mungkin ditutupi oleh
membran yang transparan
• Terjadi paralisis
Tatalaksana
• Tergantung dari jenisnya
• Perinatal Assessment
• General
• Ukuran dan letak lesi
• Pecah/tidak perlu antibiotik?
• Kelainan lain : jantung, paru?
• Neurologis
• Pemeriksaan neurologis : nervus kranial, tanad hidrosefalus, fungsi
ektremitas bawah, BAK & BAB
• Foto polos, CT scan, MRI
• Ortopedik : deformitas tulang belakang, panggul, kaki
• Urologik :
• Urinary studies
• USG renal
Tatalaksana
• Tutup lesi
• Dalam 24 – 48 jam pertama mencegah meningitis
• Pertahankan saraf dan vaskular sebanyak mungkin
• Tutup dengan water-tight closure
• Post-operasi :
• Posisi terlentang
• Nilai hidrosefalus
• Kateterisasi rutin
• Shunt untuk hidrosefalus
• Sebaiknya sebelum usia 6 bulan
• Indikasi :
• Gejala seperti apnea atau bradikardia
• Ventrikulomegali progresif
• Kebocoran CSF dari tempat penutupan cele
• Hidrosefalus signifikan
• Spinal cord syrinx
Tatalaksana di bidang lain
• Ortopedi
• Urologi
• Rehabilitasi Medik
Prognosis
• Tanpa tatalaksana : hanya 15 – 30 % yang hidup dalam tahun
pertama