Anda di halaman 1dari 72

TUMOR TULANG

LYKA MUSTIKA DELIMA


NOVENTY SUTARMAN
MUTIA RAHAYU
ANDYKA BANYU S.
ANNISA H.

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2014
DEFINISI
 Tumor (massa) secara medis biasanya identik dengan
neoplasma
 Tumor tulang  kelainan pada sìstem muskuloskeletal yang
bersifat neoplastik.
 Tumor dapat bersifat jinak atau ganas.
 Sel sel tumor menghasilkan faktor faktor yang merangsang
fungsi osteoklas, sehingga menimbulkan resobsi tulang yang
dapat terlihat pada radiogram. Juga ada beberapa tumor yang
menyebabkan peningkatan aktivitas osteoblas dengan
peningkatan densitas tulang yang juga dapat terlihat pada
radiogram.
 Pada umumnya tumor tumor tulang mudah dikenali dari
adanya massa pada jaringan lunak disekitar tulang, deformitas
tulang, nyeri dan nyeri tekan,atau fraktur patologis
 Tumor-tumor tulang primer dapat jinak atau ganas, tumor
yang jinak lebih sering terjadi, tetapi tumor–tumor yang
ganas seringkali berakibat fatal. Tumor tumor ganas
cenderung tumbuh cepat, menyebar dan menginvasi secara
tidak beraturan
Anamnesis
 clinical history
1. Usia
2. ethnic/geographic origin
3. Family history
4. Previous medical history
5. multiplicity
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Radiographic appearance

 Surgical staging : CT scan atau MRI


 Pemeriksaan patologi : biopsi
TUMOR TULANG PRIMER JINAK • osteoma
Benign bone forming tumor • Bone island/enostosis
• Osteoid osteoma

• Enchondroma
• osteochondroma
Benign cartilage forming tumor
• Chondroblastoma
• Chondromyxoid fibroma

• Fibrous cortical deffect & non ossyfying tumor


Benign fibrous tumor • Fibrous dysplasia

• Hemangioma
Benign vascular tumors • Glomous tumor

• Simple bone cyst


Benign tumors of unkown origin • Aneurismal bone cyst
• Giant cell tumor
BENIGN BONE-FORMING TUMOR
(OSTEOGENIK)
1. Osteoma
 Osteoma merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan
(39,3%) dari seluruh tumor jinak tulang terutama terjadi pada usia
20–40 tahun.
 Kelainan ini ditemukan pada tulang tengkorak seperti maksila,
mandibula, palatum, sinus paranasalis dan dapat pula pada tulang
tulang panjang seperti tibia, femur dan falangs
 Pemeriksaan radiologis
Pada foto rontgen osteoma berbentuk bulat dengan batas tegas
tanpa adanya destruksi tulang.
 Terapi
Surgical excision for symptomatic tumors
Large osteoma of maxillary sinus

central squamous cell carcinoma


(most likely in the mandibular
molar area)
2. Enostosis (bone island)
 Menggambarkan suatu fokus dari mature compact (cortical) bone
dalam tulang trabekular
 Insidensi : ditemukan pada semua usia
 Asimptomatik, biasanya diketahui dari pemeriksaan radiologi
 Gambaran radiologi
berbentuk bulat atau ovoid, intramedullar, terdapat fokus sklerotik
yang tidak melewati korteks yang sering ditemukan pada pelvis,
proksimal femur dan spine
 Terapi
Tidak ada pengobatan yang dibutuhkan. Setelah diagnosis telah
dikonfirmasi, lesi dapat diamati tanpa pengobatan.
Osteopoikilosis.
A plain film radiographic image of the
knee demonstrates numerous bone
islands in a peri-articular distribution
that is characteristic of osteopoikilosis.
3. Osteoid osteoma
 Osteoid osteoma atau benign osteoblastic tumor merupakan
tumor jinak yang jarang ditemukan (1,8%), terutama pada
umur 10– 25 tahun.
 Laki-laki : wanita = 2:1
 Lokasi osteoid osteoma
- femur (25%)
- tibia (25%)
- dan sisanya pada daerah daerah lain (vertebrae)
 Gejala klinis
Pasien merasakan adanya nyeri tumpul, terutama pada malam
hari. Nyeri tidak berhubungan dengan trauma ataupun
aktivitas.
 Gambaran radiologi
gambaran radiolusen yang disebut nidus didaerah diafisis di
kelilingi oleh suatu daerah skerosis yang padat, serta
penebalan kortikal yang merupakan reaksi pembentukan
tulang
 Terapi
terapi efektif adalah mengeluarkan seluruh jaringan nidus
disertai eksisi sebagian tulang. Setelah itu evaluasi dengan
pemeriksaan foto rontgen perlu dilakukan untuk menilai
apakah eksisi yang dilakukan akurat
 Child with an osteoid osteoma of the
proximal tibia. Typical features include the
rounded lucency containing a small focus
of calcification (the nidus) and the
adjacent cortical thickening.
BENIGN CARTILAGE FORMING TUMOR
1. Enchondroma
 Enchondroma adalah lesi jinak yang terdiri atas tulang
rawan hialin yang matur yang paling sering timbul di tulang
kecil ( tangan dan kaki), terutama pada daerah metafisis.
 Berhubungan dengan kondroma multiple: sindrome ollier
(adanya kondroma multiple yang mengenai salah satu sisi
tubuh) dan sindrom mafucci (adanya kondroma dengan
tumor vaskular jinak/angioma di jaringan lunak)
 Biasanya asimptomatik dan terlihat pada pemeriksaan X-ray
apabila sebelumnya didahului fraktur patologis.
 Gambaran X- Ray: well defined, centrally placed radioluscent
area at the junction of metaphysis and diaphisis, sometime
bone slightly expanded. in mature lessions there are flecks or
wisps of calcification
 Potensi keganasan :
Pada lesi yang kecil  2%
Lesi yang multiple (ollier’s dissease)  30%
Mafucci’s syndrome (berhubungan dengan haemangioma) 
lebih dari 100%
 Terapi
tidak selalu dibutuhkan kecuali apabila tumor terlihat
membesar atau adanya fraktur patologis. Pengobatan seperti
kuretase, pengisian defek dengan bone graft / bone cemen.
2. Osteochondroma
 adalah tumor jinak tulang dengan adanya penonjolan
tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang
muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi
oleh cartilago hialin.
 Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan
komponen tulang rawan (chondrosit)
 Tumor berasal dari pertumbuhan abnormal dari sel sel tulang
(osteofit) dan sel sel tulang rawan (kondrosit)cauliflower
didapatkan pada gambaran radiologi yang juga merupakan
tipe bertangkai (pedunculated) / narrow base
 Ada 2 tipe osteokondroma: pedunculated dan sesile
 Pedunculated (bertangkai)
 Sesile (tidak bertangkai)
 Osteokondroma dapat tumbuh secara soliter dan mltiple. Pada
ostekondroma multiple biasanya bersifat herediter dan
menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal
 Terapi
Bila tumor memberikan keluhan karena menekan struktur di
dekatnya, seperti tendon, saraf, maka dilakukan eksisi.
3. Chondroblastoma
 merupakan tumor jinak tulang rawan yang imatur, lesi
biasanya terletak di daerah epifisis
 Lokasi biasanya di femur, tibia, proximal humerus
 Keluhan biasanya nyeri mendadak di daerah persendian
 Biasanya terkena pada dewasa muda dan kebanyakan pada
laki-laki
 Gambaran radiologi biasanya berbentuk radioluscent
berbentuk bulat dan berbatas tegas tanpa adanya kalsifikasi
 Terapi
Biasanya ditunggu hingga akhir periode pertumbuhan tulang,
baru dilakukan eksisi atau bisa dengan kuretase lalu dan
tulang tersebut diganti dengan graft
4. Chondromyxoid fibroma
 Ditemukan pada usia dewasa atau remaja
 Bisa terjadi pada semua bagian terutama pada daerah
ekstremitas bawah
 Gejala jarang dikeluhan pasien, namun biasanya ditemukan
saat pasien mengalami fraktur.
 X-ray: adanya gambaran radiolusen berbentuk oval atau bulat
pada daerah metafisis, pada anak-anak gambaran bisa meluas.
BENIGN FIBROUS TUMOR
1. Non-ossifying fibroma (fibrous kortikal defect)
 Tumor jinak paling sering
 Asimptomatik terdeteksi saat pemerikaan X-ray
 Sering pada anak-anak
 Tulang yang mengalami kelainan akan sembuh secara spontan.
Namun, kadang-kadang membesar sampai beberapa
sentimeter dan memungkinkan adanya fraktur patologis
 Tidak ada risiko menjadi ganas
 Terapi : umumnya tidak perlu terapi, tetapi bila simptomatik
dan ukuran lesi makin luas maka dapat dilakukan :
- Kuretase
- Bone graft
2. Fibrous displasia
 Developmental disorder in which areas of trabecular bone
are replaced by cellular fibrous tissue containing flecks of
osteoid and woven bone
 Apabila lesi besar bisa menyebabkan fraktur patologis dan
deformitas progresif
 Paling banyak di proksimal femur, tibia, humerus, ribs dan
cranio-facial bone
 Asimptomatik (lesi tunggal)
 Nyeri, limp, bony enlargement, deformitas dan fraktur
patologis.
 Transformasi menjadi ganas: 0,5% (monostatik lesion) dan
5% (mc cune albright’s syndrome)
 Treatment: tergantung berdasarkan luasnya defect dan ada
nya deformitas
 X-ray: radioluscent “cystic” areas in the metaphysis or shaft
because they contain fibrous tissue with diffuse spots of
immature bone the luscent patches typically have a slightly hazy
or ground glass appreance
BENIGN VASCULAR TUMOR
1. Hemangioma
 hemangioma adalah tumor jinak pembuluh darah akibat
proliferasi daris el-sel endotelium pembuluh darah
 Terdapat banyak jenis hemangioma dan seluruhnya dapat
terjadi di seluruh tubuh, termasuk kulit, otot, tulang, dan
organ internal.
 Kebanyakan hemangioma terjadi pada kutis atau subkutis
dan sering berkembang pada wajah dan leher, dan dapat
sangat bervariasi dalam warna, bentuk, dan ukuran.
 Dalam kebanyakan kasus hemangioma, pengobatan tidak
melibatkan pengobatan medis ataupun operasi.
 ketika operasi diperlukan yaitu untuk alasan kosmetik atau
untuk tumor yang jauh di dalam otot atau tulang, tumor pada
kulit yang menyebabkan masalah dengan
penglihatan/pernapasan  eksisi
2. Glomus tumor
 Tumor Glomus adalah hamartomas jinak yang berasal dari
glomus body.
 Glomus body adalah neuromyoarterial yang terdiri dari
struktur pembuluh darah, sel-sel saraf, dan sel-sel otot polos.
Glomus body dapat ditemukan dalam dermis, dengan
konsentrasi tertinggi berada di tangan dan kaki.
 Glomus body berperan dalam pengaturan termoregulasi.
 Etiologi tidak diketahui
 Insidensi : jarang
 75% of glomus tumors terjadi di tangan, and 60%nya
subungual
 Gejala klinis :
-Nyeri (intermiten), terutama pada malam hari.
-Pasien memiliki sensitivitas terhadap suhu, terutama ketika
suhu dingin. Triad klasik sensitivitas terhadap dingin, nyeri,
dan titik nyeri tidak selalu ditemukan.
Intraosseous glomus
tumor appears as a
bright, well-delineated
mass on a T2-weighted
MRI.
Terapi :
Surgical excision
BENIGN VASCULAR
OF UNKNOWN ORIGIN
1. Simple bone cyst
 Solitary cyst atau unicameral bone cyst biasanya di temukan
pada anak usia sekolah
 Ditemukan di metafisis tulang pipa, dan yang paling sering di
tulang humerus atau femur
 Asimptomatik
 Gambaran radiologi
Tampak bayangan radiolusen pada tulang dengan batas tegas
dan tepi sklerotik. Korteks menipis dan kadang-kadang
menggembung keluar. Lesi dapat unilokuler atau
multilokuler
 Terapi
umumnya tidak memerlukan terapi, tetapi bila simtomatik
maka perlu terapi pembedahan, yaitu :
- kuretase
- cryotherapy
- bone removal
A 9-year-old boy with a simple bone cyst in
the upper tibia. Lateral radiograph of the
upper tibia reveals the cyst to be centrally
located within the medullary cavity.
2. Aneurismal bone cyst
 Pada semua umur terutama usia remaja
 Pada semua tulang terutama metafisis tulang panjang
 Terjadi spontan bersamaan dengan adanya degenerasi atau perdarahan di
tempat lain
 Gejala : nyeri apabila ada Perluasan lesi
 Gambaran radiologi :
tampak area radiolusen pada tulang yang memberikan kesan adanya
destruksi tulang, lesi ekspansif, korteks menjadi sangat tipis, dan
mengembung keluar. Batas lesi tegas dan seringkali disertai tepi sklerotik
 Pada dewasa gambaran mirip dengan giant cell tumours (batas lesi tidak
tegas)
 Terapi
operatif (kuretasi dan bone graft)
3. Giant Cell Tumor
 Tumor ini mempunyai sifat dan kecenderungan untuk
berubah menjadi ganas dan agresif sehingga dikategorikan
sebagai suatu tumor ganas yang juga disebut Giant Cell
Sarcoma.
 menempati urutan kedua (17,5%) dari seluruh tumor ganas
tulang, terutama ditemukan pada umur 20-40 tahun dan
jarang < umur 20 tahun
 wanita > pria.
 Gejala klinis
Keluhan rasa nyeri yang terus bertambah serta
pembengkakan pada bagian tulang yang mengalami lesi,
terutama pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi serta
gangguan gerakan pada sendi.
 Lokasi:
Didapat pada epifisis tulang panjang yang dapat meluas ke
arah metafisis. Tempat yang paling sering terjadi adalah
proksimal tibia, distal femur dan distal radius. Juga dapat
ditemukan di pelvis dan sacrum.
 Radiologi
-Tampak daerah osteolitik di epifisis dengan batas yang jelas
dan memberikan kesan multilokuler gambaran soap bubble.
Terjadi penipisan kortek.
-Gambaran radiologis terlihat daerah osteolitik di epifisis
dengan adanya soap bubble, gambaran patologis terdapat sel
datia dan mitosis sel tumor.
 Terapi
- non surgical : radiation therapy
- surgical : Scooping out the tumor (curettage) is generally
performed. This technique causes a hole in the bone that can
be filled with a bone graft. The bone may be taken from other
parts of the patient's own body (autograft) or from a cadaver
(allograft).

Anda mungkin juga menyukai