untuk mendapatkan kenikmatan seksual. Pada umumnya pelaku penyimpangan seks menggunakan alat atau objek yang tidak biasa untuk menyalurkan hasratnya. Penyimpangan seksual disebut dengan istilah Parafilia. “Sexual deviation is defined as unnatural sexual activity undertaken to obtain sexual pleasure . In general, using a sex offender deviation or unusual object to channel his passion”. “Someone called paraphilias suffer if have experienced it for 6 months in a row , and has caused a disturbance”. “The cause of paraphilias largely due to psychological factors , sexual violence in the past and genetic factors”. Seseorang disebut menderita parafilia jika telah mengalaminya selama 6 bulan berturut- turut, dan telah menyebabkan timbulnya stres. Penyebab Parafilia sebagian besar akibat faktor psikologis, kekerasan seksual di masa lalu dan faktor genetik. Berikut ini beberapa jenis penyimpangan seks yang paling sering terjadi di era modern saat ini: 1.Homoseksual dan Lesbian Homoseksual adalah aktifitas seks yang terjadi akibat perubahan orientasi pasangan sex, hal ini terjadi karena adanya ketertarikan sesama jenis. 2.Sadomasokis Aktifitas ini salah satu jenis penyimpangan seks yang berbahaya sebab jika dilakukan secara ekstrim dapat menyebabkan kematian. Kepuasan seks diperoleh dengan cara menyiksa parner seks terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan intim. Semakin keras rasa sakit yang ditimbulkan maka pelaku akan semakin terangsang. 3.Ekshibisionisme Adalah perilaku seks menyimpang dimana pelaku akan memperoleh kenikmatan dengan cara memperlihatkan organ seksnya kepada orang lain. Objek yang kaget, malu, takut, dan menjerit akan semakin membuat pelaku terangsang. pada era modern ini banyak juga wanita yang senang mempertontonkan anggota tubuh vitalnya kepada orang lain di depan publik atau melalui media sosial seperti facebook dan twitter. 4.Voyeurisme Adalah perilaku seks menyimpang dimana pelaku akan memperoleh kepuasan seks dengan cara mengintip orang lain yang sedang telanjang atau mandi atau bahkan saat berhubungan seks. Pelaku umumnya tidak akan melakukan kekerasan fisik kepada korban, pelaku hanya mengintip dan melakukan masturbasi setelah atau selama mengintip. 5.Fetishisme Aktifitas fetishisme disebut aneh karena pelaku hanya bisa menyalurkan hasrat seksnya terhadap benda-benda tertentu seperti celana dalam, kaos kaki atau benda lain. Pelaku akan melakukan masturbasi dengan memegang objek tersebut sambil membayangkan bersetubuh dengan pemilik objek tersebut. 6.Pedophilia Pedophilia bukan hanya penyimpangan seks tetapi juga pelanggaran hukum yang sangat fatal. Pedophilia adalah ketertarikan melakukan aktifitas seks terhadap anak kecil dibawah umur. Pelaku sebagian besar adalah orang dekat korban seperti tetangga atau keluarga dekat. 7.Bestially Bestially adalah perilaku seks menyimpang dimana penderita memiliki ketertarikan melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kuda, anjing, sapi, ayam, dan lain- lain. 8.Incest Adalah hubungan intim yang dilakukan terhadap sesama anggota keluarga, seperti antara anak dengan ayah atau ibu, paman dengan keponakan, antara sepupu atau antara saudara dengan saudara. Hubungan rahasia ini biasanya tersembunyi sangat rapat dan sangat jarang diketahui atau terbongkar. 9.Necrophilia/Necrofil Adalah jenis penyimpangan seks dimana pelaku melakukan hubungan seks dengan mayat. Umumnya pelaku adalah pria yang mengalami gangguan perilaku dan keterhambatan sosial dan menjadikan mayat yang tidak berdaya sebagai objek seks. 10.Frotteurisme/Frotteuris Adalah suatu keadaan dimana penderita mendapatkan kepuasan seks dengan cara menggosok-gosokkan alat kelaminnya ke tubuh wanita di tempat umum seperti di kereta, bis atau tempat keramaian lainnya. Kasus ini sering ditemukan di dalam bus trans jakarta, dengan kondisi yang penuh dan berdesak-desakan, seringkali pelaku mengambil kesempatan dengan cara mendekati korban dan melakukan pelecehan seksual. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan hidup dalam bermasyarakat merupakan kehidupan sosial yang diharuskan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Dalam berinteraksi tersebutlah harus terciptanya keadaan yang aman dan nyaman agar terjalin hubungan yang baik, maka jika perilaku seks menyimpang ini semakin marak dilakukan/ditunjukkan didepan umum tentunya akan menjadi ketidaknyamanan orang disekitarnya. Maka dari itulah menjadi tantangan dalam masyarakat. Berawal dari maraknya fenomena penyimpangan seksualitas yang terjadi di negeri ini, seperti kasus pemerkosaan, pedofilia, inses, homoseksual, dan pelacuran, dimana fenomena seperti ini sungguh sangat ironis sekali, seakan-akan kasus penyimpangan ini tidak ada hentinya, dan pemberitaanya sering terdengar. Bahkan kasus ini banyak melibatkan para remaja dan anak-nak sebagai korban maupun pelakunya. Baru-baru ini kita dikejutkan dengan dua peristiwa yang memilukan dan sekaligus memprihatinkan, yakni kasus pelecehan seksual yang menimpa para pelajar di sejumlah sekolah (JIS, Playgroup Saint Monica), dan kasus pelecehan seksual di Sukabumi dengan korban mencapai ratusan (Kasus Emon). Meski belum ditemukan adanya kaitan langsung di antara kedua kasus tersebut, namun tampaknya ada kesamaan dalam hal objek korban yaitu anak- anak usia pelajar di bawah umur, dan subjek pelaku orang dewasa dengan penyimpangan orientasi seksual. Kasus penyimpangan seksual lainnya yang terjadi di masyarakat : Pertama seorang siswi berinisial NR (15) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Jakarta Timur mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh belasan pemuda di sebuah lahan kosong di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Peristiwa kedua, kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur kembali terjadi di wilayah Jakarta Timur. Seorang bocah berinisial MAS usia tiga tahun menjadi korban sodomi oleh seorang pemuda berinisial AG (17) di daerah Cipinang Muara Jakarta Timur. Kejahatan seksual lainnya, RH (43) tega mencabuli anak kandungnya, DR (16). Kelakuan bejat warga Jalan Rambutan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu telah berlangsung selama 10 tahun. Akibatnya, DR kini hamil lima bulan Hal ini tentunya menjadi hal yang menakutkan, sehingga membuat masyarakat menjadi khawatir dan berhati-hati ketika melakukan aktifitas diluar ruangan. Upaya-upaya Mengantisipasi Penyimpangan Sosial Antisipasi adalah usaha sadar yang berupa sikap, perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang melalui langkah-langkah tertentu untuk menghadapi peristiwa yang kemungkinan terjadi. Beberapa upaya untuk mengantisipasi penyimpangan sosial adalah : Penanaman nilai dan norma yang kuat Berkepribadian Kuat dan Teguh Sanksi yang tegas Giatkan penyuluhan-penyuluhan Rehabilitasi sosial Maksud dari penanaman nilai dan norma yang kuat adalah dengan memberikan pengetahuan berupa nilai dan norma-norma susila yang ada didalam masyarakat. Hal ini bertujuan agar sejak kecil orang tua mampu memberikan pelajaran edukatif tentang seks dan norma susila yang berlaku didalam masyarakat. Sehingga bertujuan ketika seorang anak memasuki usia remaja, mereka mampu mengerti nilai dan norma yang berlaku didalam masyarakat dan menghindari kekerasan dan penyimpangan seksual yang terjadi. Seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat dan teguh tentunya akan sangat sulit terpengaruh oleh pengaruh negatif yang terjadi didalam masyarakat. Dengan demikian peran orang tua diperlukan untuk membangun mental seorang anak yang berkepribadian kuat dan teguh agar terhindar dari pengaruh negatif lingkungan sekitarnya yang dapat membawanya menuju penyimpangan seksual, karena salah satu faktor penyebab penyimpangan seksual adalah adanya pengaruh negatif dari lingkungan. Dengan memberikan sanksi yang tegas berupa hukuman yang seberat-beratnya terhadap pelaku penyimpangan seksual diharapkan mampu untuk mengurangi jumlah kejahatan atau pelecehan seksual yang terjadi didalam masyarakat. Jika pemerintah mampu memberikan sanksi yang sangat tegas dan seberat-beratnya makan tidak mungkin penyimpangan seksual dapat dihentikan dan dimusnahkan keberadaannya. Dengan melakukan penyuluhan tentang bahaya seks dan pencegahan perilaku penyimpangan seksual terhadap masyarakat terutama remaja, diharapkan mampu menimbulkan kesadaran bahwa penyimpangan seksual adalah perilaku yang salah. Dengan demikian masyarakat mampu waspada dan bisa mengatasi perilaku menyimpang yang terjadi didalam masyarakat. Dengan adanya rehabilitasi sosial terhadap perilaku penyimpangan seksual diharapkan mampu membuka wawasan dan kesadaran akan bahaya penyimpangan seksual, dengan demikian pelaku dapat tersadar dan menghentikan tindakan yang telah dilakukannya. Dengan adanya rehabilitasi sosial diharapkan pelaku dapat memiliki perilaku yang lebih positif karena saat rehabilitasi pelaku diberikan pelatihan untuk memiliki kemampuan yang positif sehingga dapat menyembuhkan atau mengurangi gangguan penyimpangan seksual yang dideritanya. TERIMAKASIH