Anda di halaman 1dari 23

REFARAT

“PERITONITIS MECONIUM”

Lisda Awal Gustiani


17360331

Pembimbing:
dr. Beren R Sembiring, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS
MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSU. KABANJAHE
TAHUN 2018
Latar belakang
 Peritonitis neonatorum ditemukan memiliki tingkat kematian yang
cukup tinggi (78 persen) dalam ulasan dari 172 kasus merupakan
salah satu penyebab utama kematian dari neonatus yang meninggal
pada layanan bedah selama beberapa tahun terakhir.
 Peritonitis neonatal mungkin berasal dari bakteri atau bahan kimia.
Mayoritas kasus peritonitis bakteri akibat perforasi usus,
omphaloceles pecah, atau nekrosis usus. 73 bayi memiliki peritonitis
sekunder perforasi usus. Meskipun sebagian besar perforasi neonatal
adalah setelah usus obstruksi, banyak contoh perforasi dijelaskan,
mungkin cacat sekunder pada otot-otot usus atau iskemia visceral
DEFENISI

• peritonitis adalah Peradangan lapisan peritoneum rongga perut yang dapat


diakibatkan oleh infeksi, autoimun atau proses kimia.
• Peritonitis meconium adalah peritonitis non bakteri yang berasal dari
mekoneum yang keluar melalui defek pada dinding usus kedalam rongga
peritoneum
Peritoneum adalah lapisan tunggal dari sel-sel mesoepitelial diatas dasar
fibroelastik. Terbagi menjadi bagian viseral, yang menutupi usus dan
mesenterium dan bagian parietal yang melapisi dinding abdomen dan
berhubungan dengan fasia muskularis
Anatomi Peritoneum
ETIOLOGI
 peritonitis mekonium dapat terjadi jika ada defek pada periode usus pada masa
atenatal.
 Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi, yang sering menyebabkan
peritonitis adalah perforasi lambung, kandung empedu, asites (dimana cairan
berkumpul diperut dan kemudian infeksi). Sebenarnya peritoneum sangat kebal
terhadap infeksi jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi
peritonitis dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati.3
 Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis
kuman ( termasuk yang menyebabkan gonorre dan infeksi chlamidia).7
 Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung kemih atau
usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran
juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
 Iritasi tanpa infeksi, misalnya peradangan pankreas akut atau bubuk bedak pada
sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
KLASIFIKASI PERITONITIS
Peritonitis

Primer /spontaneus Sekunder Tersier

“ Penyebab berasal dari ruang


perut sendiri melalui perluasan
Disebabkan oleh invasi
dari robekan vicus intra-abdomen
hematogen dari organ
atau adanya abses dalam organ
peritoneal yang langsung
abdomen ” . Peritonitis yang mendapat
dari rongga peritoneum terapi tidak adekuat,
Etiologi: adanya defek nekrosis
Penyebab paling sering dari superinfeksi kuman dan
dinding usus atau viskus lain
peritonitis primer adalah
akibat obstruksi atau infark yang disebabkan
spontaneous bacterial
peritonitis (SBP). Etiologi
atau setelah robekan abses pemasangan alat.
intrabdomen,
Pneumococcus
paling sering oleh karena
(tersering),Streptococcus
perforasi appendiks, kuman
grup A, Enterococcus, E.coli
penyebab sama dengan yang
primer
PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
- Nyeri pada seluruh bagian abdomen
- Perut Kembung
- Mual dan Muntah
- Perubahan Buang Air Besar
- Rewel dan Gelisah

Pada peritonitis meconium gejala


berupa abdomen yang membuncit
sejak lahir, muntah dan edema
dinding abdomen kebiru-biruan
Lanjut….
2. PEMERIKSAAN FISIK PEDIATRI

c. PERKUSI d. Palpasi
a. INSPEKSI b. AUSKULTASI hipertimpani , -nyeri tekan
Suara peristaltik pekak hati pada
adanya distensi melemah- hilang menurun – seluruh
abdomen hilang lapang
perut
- defans
muskular

e. RECTAL TOUCHER
-Tonus spincter ani lemah
- Mukosa rektum licin
- Ampula rekti tidak kolaps
- Nyeri tekan pada lokasi tertentu / seluruh
- Sarung tangan: dapat terlihat feses/ lendir/ darah
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah rutin
sel darah putih biasanya lebih dari 11.000/mm3
 Urinalisa
pH darah dibawah 7,35 menunjukan asidosis metabolik

b. Pemeriksaan Elektrolit (Dehidrasi)


Diagnostic Peritoneal Lavage
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan cedera
intra abdomen setelah trauma tumpul yang disertai dengan kondisi
hilangnya kesadaran, intoksikasi, perubahan sensori .
Hal-Hal yg perlu dianalisis adalah
-Kadar ph
-glukosa
-protein dan LDH
Pada peritonitis bakterialis kadar cairan peritoneal menunjukan
Ph < 7 , glukosa < 50 mg/dl dan kadar protein dan LDH meningkat
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya
mencakup foto thorak PA dan lateral serta foto polos abdomen.
Pada foto thorak dapat memperlihatkan proses pengisian udara di
lobus inferior yang menunjukkan proses intraabdomen. Dengan
menggunakan foto polos thorak difragma dapat terlihat terangkat
pada satu sisi atau keduanya akibat adanya udara bebas dalam
cavum peritoneum daripada dengan menggunakan foto polos
abdomen
Sumber, Cole et al. 1970. Cole and Zollinger Textbook of
Surgery 9th Edition. AppeltonCentury Corp, Hal 784-795
Gambar 4. Gambaran radiologis umum peritonitis
Foto polos abdomen postnatal pada bayi yang disebut sebagai meconium
peritonitis yang menunjukan kalsifikasi pada foto. Perut (panah)
MRI janin. Meconium abnormal dilatasi lingkaran usus kecil di pertengahan perut
memanjang ke dinding perut kiri,menunjukan ascites kompleks dan area kecil
kalsifikasi (panah)
Ultrasonografi pranatal menunjukan ascites dengan usus yang kolaps
Foto polos abdomen postnatal da US bayi didiagnosa sebagai peritonitis
mekonium yang menunjukan kalsifikasi di perut (anak panah) dan asites. Gambar
tindakan bedah perforasi usus dengan meconial intestinal peritoneal
PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi pasien
Gunakan larutan : isotonis sesuaikan dengan kebutuhan cairan
Pada anak dengan BB<10 Kg.
Jika dehidrasi ringan / 1 jam
Rumus : n × 100 ml (n=BB anak) Jika dehidrasi sedang / 3 jam

2. Berikan antibiotik spektrum luas


Misalnya gol.sefalosporin dan sesuaikan dengan BB anak dan usia
3. Pemberian obat simptomatik
4. Dekompresi dengan NGT
5. Pasang Kateter

Indikasi Pembedahan :
- Jika terdapat perforasi usus
DIAGNOSA BANDING
 Malformasi anorektal
 Atresia kolon dan rektal
 Penyakit hirschsprung
 Meconium ileus
KOMPLIKASI
Komplikasi dini
 Septikemia dan syok septik
 Syok hipovolemik
 Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multi system
 Abses residual intraperitoneal
Komplikasi lanjut

 Adhesi (perlengketan)
 Obstruksi intestinal rekuren
Pasca operasi : : eviserasi luka & pembentukan abses

Pasca laparotomi : perawatan lama dapat menyebabkan pneumonia, sepsis,


kegagalan reanimasi
PROGNOSIS

“ Semakin cepat terdeteksi dan


ditangani, maka prognosis
semakin baik “

Anda mungkin juga menyukai