Anda di halaman 1dari 20

EPIDEMIOLOGI KLINIK

Tentang
DIAGNOSIS
Yanti Rahayu
1820312008

Dosen Pembimbing : Dr. dr. Masrul, MSc, SpGK


PENDAHULUAN
Nilai dari sesuatu hasil uji diagnosis tergantung dari :

Sebaliknya Keseksamaan dari uji


Keseksamaan(accuracy) dan
tergantung dari keterandahalan
seberapa penting hasil uji itu
(reliability)) dan kesabihannya
didalam kaitannya dengan
(validity) yaitu seberapa besar hasil uji
tindakan yang akan
dapat mmengukur apa yang
mempengaruhi kesehatan
sebenarnya ingin diukur
penderita
(relevansinya) ( Weiss NS, 1986).
DIAGNOSIS

Merupakan suatu upaya klinis untuk mengetahui atau


menegakkan suatu jenis penyakit yang diderita oleh seorang
pasien.
PENYEDERHANAAN DATA
data akan disederhanakan dalam bentuk skala. Bisa
nominal, ordinal atau interval
KETEPATAN HASIL TES
Diagnosis merupakan proses yang tidak pasti, karena
hanya berupa kemungkinan.
Masalah yang bisa membantu mengatasi ketidakpastian
disekitar penggunaan uji diagnosis, namun bisa juga
meningkatkan ketidakpastian klinisi
Struktur Dari Uji Diagnostik

2. Variabel keluaran : ada atau


tidaknya penyakit, sebagaimana
1. Nilai variabel prediktor (hsil uji) :
ditentukan dengan baku emas (gold
dikotom, kategorial atau
standard, yang selalu positif pada
bersinambungan (continuous))
pasien dengan penyakit dan negatif
pada mereka yang tidak penyakit)
Karakteristik Alat Uji Diagnostik
Uji diagnostik dirancang untuk menentukan seberapa baik
sesuatu uji dapat membedakan antara yang sakit dan yang tidak ,
tidak cukup dengan hanya menunjukkan adanya asosiasi antar :
hasil dan penyakit
Sensitivitas dan spesifisitas
a) batasan
Sensitivitas : proporsi dari PB/ (PB+NS)
subyek yang mmempunyai uji PB = Positif benar ( True
yang positif – menunjukan positif)
seberapa baik sesuatu uji
NS = Negatif semu ( False
dalam mengidentifikasi Negatif)
pasien dari penyakit
Spesifisitas : proporsi dari subyek tanpa penyakit yang
menunjukkan uji negatif – menunjukkan seberapa
baik sesuatu uji dalam mengidentifikasi orang tanpa
penyakit.

NB / (NB + PS)
NB = Negatif benar ( True Negative)
PS = Positif semu (false positif)
b) Penggunaan uji-uji yang sensitif dan spesifik
Suatu uji yang sensitif perlu dipilih apabila dianggap penting
untuk tidak kehilangan penyakit yang akan dideteksi.

uji yang sensitif berguna apabila probabilitas penyakit


adalah rendah dan tujuan uji adalah menemukan penyakit
c) Pertukaran tambahan antara sensitivitas dan spesitifitas

Pada umumnya terdapat Pertukaran tambahan antara


sensitivitas dan spesitifitas dari sesuatu uji diagnostik.
Karakteristik Kinerja Uji
Diagnostik
1. Nilai prediktif
Sensitivitas dan spesitifitas merupakan spesifikasi-spesifikasi dari
suatu uji yang perlu diperhitungkan dalamm memutuskan untuk
memeriksamdengan ujiatau tidak.

a. Nilai predisi positif ( NPP)


NPP dari suatu uji diagnostik adalah probabilitas bahwwa
seseorang dengan hasil uji positif benar mempunyai
penyakit.
𝑆𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
NPP = P (D+/T+) = 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
b. Nilai prediksi negatif ((NPN)
NPN dari suatu uji diagnostik adalah probabilitas bahwa
seseorang dengan uji negatif benar tidak mempunyai penyakit.
𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
NPN = P(D- /T-) = 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

Nilai prediktif ditentukan oleh sensitivitas dan spesifisitas dari


uji dan prevalensi dari penyakit dalam tatanan populasi yang
diuji. Prevalensi disebut juga sebagai probabilitas prior (atau pra
uji), makin sensitif sesuatu uji, makin baik nilai prediksi negatif
c) Prevalensi
Prevalensi suatu penyakit adalah proporsi dari individu-
individu dalam suatu penyakit yang mempunyai penyakit

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡


Preva =P (D+)𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑖

Prevalensi dapat seara akurat ditentukan hanya apabila jumlah


individu sakit tidak ditentukan oleh peneliti dan sampel accak
diseleksi dari populasi yang hasil ujinya akan diaplikasikan
padanya.
2. Likelihood Ratio
Likelihood Ratio merupakan cara altenatif dalam menggambarkan
kinerja dari uji diagnostik. Likelihood Ratio merangkum
informasi seperti halnya sensitivitas/spesifisitas dan dapat
dipakai untuk menghitung probabilitas dari penyakit sesudah
sesuatu hasil uji yang positif atau negatif.
𝑝𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
Odds = (rumus 1)
1−𝑝𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛

𝑜𝑑𝑑𝑠
Probabilitas = (rumus 2)
1+𝑜𝑑𝑑𝑠
Sifat dari likelihood ratio
1. Lebih stabil dari pada sensitivitas dan spesifisitas apabila
terjadi perubahan prevalensi.
2. Likelihood dapat dibuat dalam potongan-potongan (slices)
yang kecil dari nilai hasil uji diagnostik maka ia akan
kurang pekaterhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada pasien yang merupakan campuran (ringan dan berat)
3. Dapat dipakai sebagai kekuatan untuk memperpendek
daftar dari hipotesa diagnostik.
Hubungan Antara Karakteristik Uji
Diagnostik

1. Sensitivitas dan nilai NS

- Menentukan sensitivitas dalam artian nilai NS(negatif semu)


- Sensitivitas = P(T+ / D+) = 1-P(T-/D+)
- = 1- NS
𝐶
= 1-
𝑎+𝑏
Uji yg sensitif adalah uji yang mempunyai efektifitas tinggi
dalam mendeteksi penyakit (yaitu yang mempunyai nilai NS
yang rendah).
- Menentukan nilai negatif semu dalam artian sensitivitas
KarenaT+ dan T- adalah saling meniadakan, maka sensitivitas
𝑎 𝑐
[P (T+/D+)]= dan nilai NS [P (T-/D+)]= adalah
𝑎+𝑐 𝑎+𝑐
komponen-komponen dan penjumlahannya adalah 1sehingga
P(T-/D+)=1-P(T+/D+)
𝑐 𝑎
=1-𝑎+𝑐
𝑎+𝑐

Nilai NS = 1- sensitivitas
2. Spesifisitas dan nilai
positif semu (PS)

- Menentukan spesifisitas dalam artian nilai PS


Sensifisitas = P(T-/ D-) = 1-P(T+/D-)
Spesifisitas=1-PS
𝑑 𝑏
=1-
𝑏+𝑑 𝑏+𝑑
Suatu uji yang spesifik adalah uji jarang memberikan hasil positif
pada orang-orang yang tidak mempunyai penyakit ( uji yang
mempunyai nilai semu rendah
- Menentukan nilai PS dalam artian spesifitas
Menilai suatu uji diagnostik baru
Karakteristik kinerja seperti sensitivitas dan spesifisitas
merupakan cara searah dalam menilai kegunaan suatu uji
diagnostik baru.
Suatu studi dari uji diagnostik yang baru mempunyai
karakteristik sebagai berikut
1. Adanya komparasi dengan baku emas yang dapat diterima
2. Adanya komparasi yang dilakukan dengan pembuatan
3. Hasil-hasil yang tidak termasuk dalam prosedur baku emas.
4. Adanya keterandalan dan keseksamaan
5. Penggunaan sampel yang merentang sesuai dengan spektrum
penyakit.
6. Adanya batasan yang jelas dan sesuai dari normalitas
DAFTAR PUSTAKA
1. Sari epidemiologi klinik, edisi 2 : terjemahan dr.
Tonny sadjimman,M.P.H.,M.Sc.,Ph.D.
2. Epidemiologi klinis, pitono Soeparto,dkk : FK
Unair-RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Anda mungkin juga menyukai