Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

GENERAL ANESTESI PADA TONSILEKTOMI

Pembimbing :
dr. Bambang Sutanto, Sp.An

Disusun Oleh :
Wiku Bagas Sanubari J510170086
Pahlevi Yudha Prihatama J510185006
Pendahuluan

– Anestesiologi: ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi


pemberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan atau tindakan lainnya, pemberian bantuan hidup
dasar, perawatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan
nyeri menahun
– Tonsilekstomi: metode pengangkatan tonsil, berasal dari Bahasa latin tonsilia
yang mempunyai arti tiang tempat menggantungkan sepatu serta dari Bahasa
yunani ectomy yang berarti eksisi
– Di Indonesia, tonsilektomi masih dilakukan dengan anestesi umum
Tonsilektomi

– Operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina.


– Tonsiloadenoidektomi: pengangkatan tonsil palatina dan jaringan limfoid di
nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal
– Di Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada operasi sedang karena durasi
operasi pendek dan teknik tidak sulit
– Namun, tetap memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator
Anatomi dan Fisiologi Tonsil

– Terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori


– Berbentuk oval, panjang 2-5 cm
– Masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus
– Cincin Waldeyer, jaringan limfoid yang berbentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal, tonsil lingual, dan tonsil tubal
– Vaskularisasi dari cabang-cabang arteri karotis interna:
1. Arteri maksilaris eksterna denagn cabangnya arteri tonsilaris dan arteri
palatina asenden
2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden
3. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal
4. Arteri faringeal asenden
Indikasi Tonsilektomi

– Berdasar America Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-


HNS):
– Indikasi Absolut:
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi jalan napas, disfagia berat,
gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
2. Abses peritonsil yang tidak membaik
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis untuk biopsi
– Indikasi Relatif:
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil dengan pengobatan adekuat
2. Halitosis akibat tonsillitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan
medis
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier steptokokus yang tidak membaik
dengan pemberian antibiotic
4. Perbesaran tonsil unilateral yang diduga keganasan
Jenis-jenis Tonsilektomi

– Cara Guillotine (1828):


1. Pasien telentang dalam anestesi umum
2. Mulut difiksasi dengan pembuka mulut
3. Alat guillotine ke dalam mulut melalui sudut kiri
4. Alat diletakkan diantara tonsil dan pilar posterior sehingga seluruh jaringan
tonsil masuk ke dalam lubang guillotine
5. Pemicu alat ditekan, pisau akan menutup lubang hingga tonsil terjepit
6. Dengan bantuan jari, tonsil dikeluarkan dan perdarahan ditangani
– Cara Diseksi (1909):
1. Menggunakan anestesi umum, pasien posisi telentang dengan kepala sedikit
ekstensi
2. Dipasang alat pembuka mulut Boyle-Davis gag
3. Tonsil dijepit dengan cuman tonsil dan ditarik ke medial
4. Dengan respatorium/enuklear tonsil, tonsil dilepaskan dari fosanya dan
diangkat dengan jerat tonsil
– Cryogenic Tonsillectomy: proses pendinginan jaringan tonsil sampai terjadi
nekrosis. Menggunakan freon dan cairan nitrogen
– Electrosterilization of Tonsil: suatu pembedahan dengan cara koagulasi listrik
pada jaringan tonsil (bedah listrik), dapat digunakan untuk prosedur operasi lain
GENERAL ANESTESI

• Tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan
dapat pulih kembali
• Trias anestesi (analgesia, hipnotik, dan relaksasi otot)
• Agar anestesi berjalan optimal perlu mempertimbangkan keadaan penderita, sifat
anestetika, jenis opersi, peralatan serta obat yang tersedia
STADIUM ANESTESI

• Stadium 1: analgesia dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya kesadaran


• Stadium 2: Excitement, dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi teratus, mungkin
terdapat batuk, kegelisahan atau muntah
• Stadium 3: dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya respirasi
 Dibagi 4 plane:
1. Plane 1: timbulnya pernafasan teratur hingga berhentinya pergerakan bola mata
2. Plane 2: tidak adanya pergerakan bola mata hingga paralisis intercostal
3. Plane 3: mulai paralisis intercostal hingga total paralisis intercostal
4. Plane 4: kelumpuhan intercostal hingga paralisis diafragma
• Stadium 4: overdosis, dari timbulnya paralysis diafragma hingga cardiac arrest
PERSIAPAN PRA ANESTESI

• Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal


• Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yamg sesuai dengan fisik dan kehendak pasien
• Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA:
1. ASA I: Pasien normal sehat
2. ASA II: Pasien dengan gangguan ringan sampai sedang
3. ASA III: Pasien dengan gangguan sistemik berat
4. ASA IV: Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa
5. ASA V: Pasien dengan kemungkinan hidup kecil
6. ASA VI: Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan didonorkan
7. E: Emergency
PREMEDIKASI ANESTESI

• Memberikan rasa nyaman bagi pasien


• Menghilangkan rasa khawatir
• Membuat amnesia
• Memberikan analgesia
• Mencegah muntah
• Memperlancar induksi
• Mengurangi jumlah obat-obat anesthesia
• Menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan
• Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas
OBAT-OBATAN PREMEDIKASI

• Sulfas Atropin
a. Golongan anti kolinergik
b. Mengurangi sekresi lender dan menurunkan efek bronchial dan kardial dari obat anestesi
atau tindakan operasi
c. ES: rasa kering di mulut, gelisah, delirium, halusinasi, kebingungan pada pasien
d. Sediaan: ampul 0,25 dan 0,5 mg
e. Dosis: 0,001 mg/kgBB
f. Pemberian: SC, IM, IV
• Pethidin
a. Golongan narkotik
b. Memudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat anestesi, menghasilkan analgesia pra dan
pasca bedah
c. ES: hipotensi, depresi nafas, mual
d. Sediaan: ampul 100 mg/2cc
e. Dosis: 1 mg/kgBB
f. Pemberian: IV, IM
INDUKSI

• Propofol
a. Memiliki kecepatan onset yang sama dengan barbiturate, namun pemulihannya lebih
cepat
b. Baik untuk digunakan sebagai induksi maupun mempertahankan anestesi
c. Pemberian propofol (2mg/kgBB) iv menginduksi anestesi secara cepat
d. ES: depresi pernafasan, apnea, bronkospasme, laringospasme, hipotensi, aritmia, sakit
kepala, pusing, nyeri pada daerah penyuntikan.
PEMELIHARAAN

• Nitrous Oksida (N2O)


a. gas tidak berwarna, barbau manis dan tidak iritatif, tidak berasa, tidak mudah terbakar
b. Sifat anestesi kurang kuat tapi dapat melalui stadium induksi dengan cepat
c. Kombinasi N2O : O2 adalah 60% : 40% ; 70% : 30% atau 50% : 50%
OBAT PELUMPUH OTOT

• Atracurium Besilat
a. Obat pelumpuh otot non fepolarisasi yang relative baru yang mempunyai struktur
benzilisoquinolin
b. Aman untuk pasien geriatric atau pasien dengan penyakit jantung dan ginjal yang berat
c. Sediaan: 1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atracurium besilat
d. Dosis intubasi: 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
e. Dosis relaksasi otot: 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
f. Dosis pemeliharaan: 0,1 – 0,2 mg/KgBB/iv
INTUBASI TRAKEA

• Mempermudah pemberian anestesi


• Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas
• Mencegah kemungkinan aspirasi lambung
• Mempermudah penghisapan secret trakheobronkial
• Pemakaian ventilasi yang lama
• Mengatasi obstruksi laring akut
TERAPI CAIRAN

• Cairan yang diberikan harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yang hilang
• Tujuan:
1. Memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selama operasi
2. Mengatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang diberikan.
• Pemberian cairan dibagi menjadi 3: pra operasi, selama operasi, post operasi
PEMULIHAN

• Pasca operasi dan anestesi, pasien dimasukkan ke ruangan RR (recovery room)


• Dilakukan observasi adanya komplikasi karena opersi atau pengaruh anestesi
• Pada anestesi umum, dinilai dengan Aldrete dan Steward Scoring System
• Pada regional anestesi, dinilai dengan Bromage Scoring System
Aldrete Scoring System
No. Kriteria Skor
1 Aktivitas Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas atas 2

Aldrete score > 8, tanpa nilai 0,
motorik perintah atau secara sadar.
 Mampu menggerakkan 2 ekstremitas atas 1 dapat dipindah ke ruang perawatan
perintah atau secara sadar.
 Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
atas perintah atau secara sadar.

2 Respirasi  Nafas adekuat dan dapat batuk 2


 Nafas kurang adekuat/distress/hipoventilasi 1
 Apneu/tidak bernafas 0
3 Sirkulasi  Tekanan darah berbeda ± 20% dari semula 2
 Tekanan darah berbeda ± 20-50% dari 1
semula 0
 Tekanan darah berbeda >50% dari semula

4 Kesadaran  Sadar penuh 2


 Bangun jika dipanggil 1
 Tidak ada respon atau belum sadar 0
5 Warna  Kemerahan atau seperti semula 2
kulit  Pucat 1
 Sianosis 0
Steward Scoring System
Steward score > 5 boleh
dipindah ruangan
No. Kriteria Skor

1 Kesadaran  Bangun 2
 Respon terhadap stimuli 1
 Tak ada respon 0

2 Jalan napas  Batuk atas perintah atau menangis 2


 Mempertahankan jalan nafas dengan baik 1
 Perlu bantuan untuk mempertahankan jalan nafas 0

3 Gerakan  Menggerakkan anggota badan dengan tujuan 2


 Gerakan tanpa maksud 1
 Tidak bergerak 0
Bromage Scoring System

Kriteria Skor

Gerakan penuh dari tungkai 0

Tak mampu ekstensi tungkai 1

Tak mampu fleksi lutut 2

Tak mampu fleksi pergelangan kaki 3

Bromage score < 2, boleh pindah ke


ruang perawatan

Anda mungkin juga menyukai