OLEH : Artria Pradya Sepni Pembimbing : dr. Nursal Hasbi, Sp.B
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
ILMU BEDAH RSUD DUMAI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU 2018 Definisi • Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass). • Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. • Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang. • ANATOMI – Appendiks merupakan suatu organ limfoid membentuk produk immunoglobulin, berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,5-1 cm, dan berpangkal di sekum. • ANATOMI – Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Pada kasus selebihnya, apediks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. – Posisi apendiks terbanyak adalah Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%), Patileal(5%), Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%). – Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks. • FISIOLOGI – Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA yang sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. – pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan diseluruh tubuh. Epidemiologi • Dapat terjadi pada semua umur, jarang pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun terjadi pada laki-laki dan perempuan sama banyak. • Insiden appendicitis infiltrat lebih sering terjadi pada pasien dewasa. • Apendisitis merupakan kasus laporotomi tersering pada anak dan juga pada orang dewasa • Diagnosis tindakan harus segera keterlambatan penanganan menyebabkan penyulit perforasi dan berbagai akibatnya Etiologi • Obstruksi: fekalit,hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing usus termasuk ascaris. • Trauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada apendiks. • Post operasi apendisitis juga dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal. • Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. • Tumor/ carcinoid tumor neoplasma yang sering ditemui pada usus halus dan appendix, bila terjadi obstruksi lumen appendix maka dapat terjadi appendicitis. Manifestasi Klinis • didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian disertai adanya massa periapendikular. • Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. • Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. • Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif. • nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksi • nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik McBurney • nyeri tekan • nyeri lepas • defans muskuler • nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung • nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing) • nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg) • nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan • PATOFISIOLOGI penyumbatan lumen apendiks peningkatan sekresi bendungan peningkatan tekanan intralumen hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri Infeksiedemaapendisitis akut fokal dg nyeri epigastrium • PATOFISIOLOGI Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jamsekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dindingPeradangan meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah ( apendisitis supuratif akut) • PATOFISIOLOGI Bila arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene (apendisitis gangrenosa) pecah apendisitis perforasi Bila semua proses diatas berjalan lambatomentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis. • PATOFISIOLOGI – Infiltrat apendikularis merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikular. – Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. Diagnosis • Gambaran Klinik Apendisitis Akut tanda awal o nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksi nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik McBurney o nyeri tekan o nyeri lepas o defans muskuler nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung o nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing) o nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg) o nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan Pemeriksaan fisik • Pada inspeksi appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di perut kanan bawah. Kembung sring terlihat pada komplikasi perforasi.
• Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada
regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler (+), teraba massa yang fixed dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. • Pada perkusi redup pada bagian kanan bawah • Pada auskultasi peristalsis usus sering normal, peristalsis dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata. • Pemeriksaan RT tonus sfingter ani baik, ampula kolaps,teraba massa yang menekan rectum apabila terjadi abses dan nyeri apabila apendiks intrapervinal. • Pemeriksaan Penunjang – Pemeriksaan laboratorium (leukositosis) – Pemeriksaan rontgen • Foto polos abdomen • USG • CT-Scan, • Barium enema • Pasien dewasa dengan massa periapendikular dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Terapi konservatif pada periapendikular infiltrat : • Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi. • Diet lunak bubur saring • Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. • Kalau sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. • Analgetik digunakan jika perlu saja ILUSTRASI KASUS • Identitas Pasien • Nama : Ny.M • Umur : 45 tahun • Jenis Kelamin : Perempuan • Pekerjaan : IRT • Alamat : Jl. Tanjung palas • Tanggal Masuk RS : 09 Mei 2018 Keluhan Utama
• PBM via Poli Bedah RSUD Kota Dumai
atas rujukan dari tunas medika dengan keluhan nyari pada perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang • PBM via Poli Bedah RSUD Kota Dumai atas rujukan dari tunas medika dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak ±6 hari yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan disekitar pusar, namun kemudian berpindah dibagian kanan bawah, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk- tusuk, terus menerus dan kadang menyebar ke seluruh lapang perut. bartambah nyeri dengan perubahan posisi seperti membungkuk ataupun duduk dan terasa ringan bila dibawa istirahat. • Nyeri perut yang dialami pasien disertai dengan adanya terasa pembengkakan di perut bagian kanan bawahnya yang terasa sangat nyeri bila ditekan. Pembengkakan yang dirasakan pasien tidak semakin membesar dan baru disadari ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit. 4 hari yang lalu pasien mengeluhkan BAB cair namun masih ada ampas, darah (-), berwarna kehijauan (+), keluhan BAB cair paling panyak sehari 3-4 kali disertai nyeri perut/mules. Mual (- ), muntah (-) demam ± 2 hari yang lalu,hilang timbul,tidak terlalu tinggi dan tidak menggigil. sakit kepala(-), Perut kembung (-), BAK (+) , penurunan berat badan (-). Penurunan selera makan (-). Riwayat sering diare(-), riwayat sering konstipasi (-), feses seperti kotoran kambing (-), sering merasa letih dan lesu (-), nyeri daerah bokong (-). • Riwayat Penyakit Dahulu • pasien belum pernah mengeluhkan hal serupa sebelumnya. • riwayat sakit maagh disangkal • riwayat sering perdarahan disangkal • riwayat penyakit gula (-) • riwayat penyakit darah tinggi (-) • Riwayat Penyakit Keluarga – Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan serupa – Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keganasan sekitar perut • Riwayat Psikososial - pasien mengaku tidak terlalu suka makan sayur • Pemeriksaan Fisik • Status Generalis – Keadaan umum : Tampak sakit sedang – Kesadaran : Komposmentis – Keadaan gizi : Baik • Vital sign • Tekanan darah : 120/80 mmHg • Frekuensi napas : 20 x/menit • Nadi : 85 x/menit • Suhu : 36,2 0C • Pemeriksaan kepala : dalam batas normal – Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) – Mulut : kering (-), sianosis(-) • Pemeriksaan leher : dalam batas normal – Pemebesaran KGB (-) • Pemeriksaan toraks : dalam batas normal – Inspeksi: simestris kanan-kiri, tidak tampak jejas trauma – Palpasi: vokal fremitus simestris kanan-kiri, tidak teraba krepitasi – Perkusi : sonor dikedua lapangan paru – Auskultasi : vesikuler (+/+) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-) • Pemeriksaan abdomen : dalam batas normal • Inspeksi: tidak tampak jejas trauma, benjolan dan tanda-tanda radang (-), distensi (+) • Auskultasi : Bising Usus + normal • Perkusi : Timpani • Palpasi : Nyeri tekan (+), Nyeri lepas (+), teraba masa dikanan bawah berukuran diameter ±5 cm, permukaan rata, konsistensi kenyal,immobile(+). Defans Muscular (-) – Obturator sign (+) – Psoas sign (+) – Blomberg sign (+) – Rovsing sign (+) • Pemeriksaan ekstremitas : dalam batas normal – Superior : Akral hangat, CRT <2”, edema (-) – Inferior : Akral hangat, CRT <2”, edema (-) • Pemeriksaan anus : • Rectal touse: Inspeksi : Anus tenang, tidak terdapat benjolan dan tanda-tanda radang Palpasi : benjolan (-), nyeri (-) RT : sfingter ani menjepit kuat, mukosa licin tidak terdapat adanya nyeri di arah jam 09.00-12.00 Handscon tidak terdapat adanya darah dan lendir, feses (+) • Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan darah rutin (15-05-2018) • Hematologi – Hemoglobin 12,3 gr/dl – Leukosit 6.100 mm3 – Trombosit 351.000 – Eosinofil 1% – Basofil 1% – Netrofil batang 0% – Netrofil segement 70 % – Limfosit 21 % – Monosit 7% – Hematokrit 36 % USG abdomen • Tanggal 09-05-2018 Kesan : • Tampak masa ukuran rata-rata 47,6x 35 mmx 27 mm suspek appendicitis infiltrate • Tanggal 15-05-2018 Kesan • Masih tampak appendicitis infiltrate dengan ukuran ±37,5x 36,9 mm x 19,0 mm di abdomen bawah suspek appendicitis infiltrate (perbaikan). • Tanggal 21-05-2018 Kesan • Masih tampak appendicitis infiltrate dengan ukuran ±28,9x 27,5 mm x 20,6 mm di abdomen bawah suspek appendicitis infiltrate (perbaikan). • Tanggal 28-05-2018 Kesan • Masih tampak massa infiltrate dengan ukuran ±19,4x 11,8x 9,9 mm. • Diagnosis Kerja – Appendisitis infiltrat • Diagnosis banding Appendisitis akut Penatalaksanaan di Bangsal Bedah • Medikamentosa Medikamentosa • Non medikamentosa IUFD Rl 10 tpm Posisi semifowler Inj.Ceftriaxone 1 gr 2x1 Inj metronidazol 1 flash 3x1 Diet makan saring Inj.Ranitidine 1 amp 2x1 Codein 1x ½ tablet Bedrest total Sucralfat sirup 3x1 Diit makan lunak ( Laxadyn sirup 3x1 diberikan tanggal 16-05-2018) • Prognosis Dubia ad bonam