Anda di halaman 1dari 38

Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Surat

Keputusan Menteri tertanggal 30 Desember 1950 Nomor:


27998 / Kab, memutuskan mendirikan Pendidikan Perawat
Gigi ( Dental Nurse ). Keputusan tersebut berlaku mulai 1
Agustus 1951, maka berdirilah Sekolah Perawat Gigi di
Jakarta.
Pada tahun 1953 Sekolah Perawat Gigi Jakarta meluluskan
Perawat Gigi yang pertama
pada tahun 1957 Sekolah Perawat Gigi diubah menjadi Sekolah
Pengatur Rawat Gigi ( SPRG ).
Perawat Gigi di dalam SK Menteri Kesehatan RI Nomor 1035
Tahun 1998 termasuk kelompok Keperawatan bukan berarti
Perawat Gigi adalah Perawat Sama halnya berdasarkan PP
Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Bidan juga
termasuk kelompok Keperawatan akan tetapi Bidan sendiri
menyatakan dirinya bukan Perawat.
Pada tahun 1959 SPTG didirikan dan pada tahun 1960
lulus Sekolah Pengatur Tehniker Gigi angkatan I
Jakarta.

Akhir tahun 1967 berdirilah Ikatan Perawat Gigi dan


Tehniker Gigi Indonesia ( IPTGI ). IPTGI berlangsung
sampai dengan tahun 1986 tanpa kegiatan atau
vakum, dan di tahun itu pula dilaksanakan kongres I
IPTGI di Ciloto.

Pada tahun 1989 disusun konsep Jabatan Fungsional


Dokter Gigi, Perawat Gigi dan Tehnisi Gigi.
Pada tahun 1991, konsep Jabatan Fungsional Paramedis
Gigi ditolak Menteri Pendayagunaan karena latar
belakang pendidikan Perawat Gigi dan Tehnisi Gigi
berbeda, sehingga jabatan fungsional antara kedua
tenaga tersebut perlu dipisah.

Pada tahun 1991 berlangsung kongres II IPTGI di Jakarta


diantaranya membahas konsep Jabatan Fungsional
Paramedis Gigi yang ditolak oleh Menteri
Pendayagunaan karena latar belakang pendidikan
Perawat Gigi dan Tehnisi Gigi yang berbeda, sehingga
jabatan fungsional antara kedua tenaga tersebut perlu
dipisah.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa
tenaga kesehatan harus mempunyai keahlian professional yang
ditunjang pendidikannya.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan


Fungsional menyatakan untuk menjadi Jabatan Fungsional
dipersyaratkan adanya profesi yang jelas, etika profesi dan tugas
mandiri dari tenaga kesehatan tersebut dan Jabatan Fungsional
menghendaki adanya organisasi profesi.

Sedemikian besar tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut


serta luasnya tanah air Indonesia dan bertambahnya penduduk,
Perawat Gigi lulusan Sekolah Pengatur Rawat Gigi di Jakarta
sudah barang tentu tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut.
Seperti kita ketahui Pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan telah / pernah memiliki sekitar 22 Sekolah Pengatur
Rawat Gigi yang berada di 17 propinsi. Jelaslah bahwa
keberadaan Perawat Gigi bagi masyarakat Indonesia sangat
dibutuhkan.
Sekolah Pengatur Rawat Gigi yang berdiri sejak tahun 1951
sampai saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan
kurikulum, yang artinya Perawat Gigi juga telah
mempunyai beberapa wajah atau profil ( terlampir
Pedoman Kurikulum Pendidikan SPRG ) dari lampiran SK
Menkes Nomor 62/KEP/DIKLAT/KES/81.

Untuk Memenuhi tuntutan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil dan Organisasi Profesi serta berkat
daya juang yang tinggi melalui berbagai proses,
terbentuklah wadah menghimpun profesi Perawat Gigi
pada tanggal 13 September 1996 yang dinamakan
PERSATUAN PERAWAT GIGI INDONESIA / organisasi profesi
PPGI di BLKM Ciloto Jawa Barat yang didukung oleh
Direktorat Kesehatan Gigi, Biro Organisasi Departemen
Kesehatan RI, dan PUSDIKNAKES Depkes RI.
Di dalam Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan / atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
Jelaslah bagi kita, dari butir pertama Peraturan
Pemerintah tersebut, bahwa Perawat Gigi termasuk
dalam salah satu tenaga kesehatan. Perawat Gigi
mempunyai keterampilan, kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan gigi khususnya setelah
menempuh pendidikan Sekolah Pengatur Rawat Gigi.
Namun pada Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tenaga
Perawat Gigi belum masuk di dalamnya, maka PPGI yang
baru terbentuk tersebut perlu mengadakan MUNAS I
dengan segera yang didukung pada waktu itu Direktorat
Kesehatan Gigi selaku Pembina Tehnis dan berlangsunglah
pertemuan para wakil Perawat Gigi dari seluruh Indonesia
pada tanggal 10 s.d. 11 Desember 1996 yang sekaligus
mengesahkan organisasi profesi Perawat Gigi dan telah
menghasilkan ;

1.Anggaran Dasar
2.Anggaran Rumah Tangga
3.Kode Etik Perawat Gigi
4.Usulan draft jabatan fungsional
5.Program Kerja
Sesuai dengan keinginan para Perawat Gigi agar keberadaan
Perawat Gigi diakui oleh Pemerintah dan tercantum pada
PP No. 32 tahun 1996, Perawat Gigi memberikan
pandangan tentang keuntungan dan kerugian apabila
Perawat Gigi termasuk kategori Tenaga Keperawatan dan
Perawat Gigi sebagai kekhususan Perawat.
Ada pun keuntungan dan kerugiannya sebagai berikut;

Alternatif I Perawat Gigi termasuk kategori Tenaga


Keperawatan adalah,

1.Perawat
2.Bidan
3.Perawat Gigi
Keuntungannya :
1. Perawat Gigi sebagai profesi yang mandiri
2. Memenuhi kebutuhan program yang ditentukan Pemerintah
dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
3. Perawat Gigi sebagai mitra kerja Dokter Gigi
4. Perawat Gigi dapat memberikan pelayanan asuhan sesuai
dengan ilmu yang dimililiki
5. Perawat Gigi dapat menjalankan tugas, tanggung jawab
sesuai dengan profesinya
6. Perawat Gigi dapat mengembangkan jati dirinya
7. Perawat Gigi dapat mengembangkan karir sesuai dengan
profesinya
8. Meningkatkan percaya diri pada Perawat Gigi
9. Secara terorganisir dan pelayanan Perawat Gigi yang prima
mampu meningkatkan / mencapai derajat kesehatan gigi
masyarakat secara optimal
10. Perawat Gigi dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
lanjut yang sesuai dengan bidang ilmunya
Alternatif II Perawat Gigi sebagai kekhususan dari PERAWAT
Yang termasuk tenaga Keperawatan :
1.Perawat
Perawat Umum
Perawat Gigi
2.Bidan

Kerugiannya:
1.Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
tidak dapat terlaksana secara optimal
2.Dokter Gigi tidak mempunyai mitra kerja
3.Pendidikan Perawat Gigi yang ada kini dapat ditutup
4.Seluruh Perawat Gigi harus ada pelatihan karena ilmu
yang diterima berbeda
5.Perawat Gigi tidak dapat menunjukkan eksistensinya
Demikianlah yang diperjuangkan DPP PPGI agar
Perawat Gigi masuk kategori tenaga Keperawatan dan
tercantum pada jenis tenaga kesehatan bagian dari
tenaga Keperawatan di dalam PP No. 32 tahun 1996
dengan berbagai upaya maka keluarlah Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1035/Menkes/SK/IX/1998
tentang Perawat Gigi merupakan salah satu jenis
tenaga Kesehatan kelompok Keperawatan. Selanjutnya
untuk kenyamanan Perawat Gigi bekerja disusunlah
peraturan – peraturan Jabatan Fungsional Perawat
Gigi kemudian terbitlah :
1. KEPMENPAN No. 22/KEP/M.PAN/4/2001 tentang
Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan angka
kreditnya
2. Keputusan Bersama Menkes dan Kesos dan KA. BKN
No. 728/MENKES/ KESOS/ SKB/ VII/ 2001 dan No. 32A
Tahun 2001
3. Kep.Menkes No. 1208/Menkes /SK/ XI/2001
Sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tersebut maka
perlu ditetapkan tentang Registrasi dan Izin Kerja
Perawat Gigi tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No: 1392Menkes
/SK/XII/2001 ( SK terlampir )
Perawat Gigi dalam melaksanakan tugasnya dengan
memberikan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 284/ Menkes/SK/
IV/2006,(terlampir)
Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga
Kesehatan dalam kelompok Keperawatan yang dalam
menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan
Standar Profesi sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesi Nomor : 378/Menkes/SK/III/2007,
(terlampir). Sehingga dapat disimpulkan tenaga profesi
Kesehatan Gigi mempunyai jenis tenaga sebagai berikut
1.Dokter Gigi
2.Perawat Gigi
3.Tehniker Gigi
SEJARAH AKADEMI KESEHATAN GIGI DEPKES HINGGA KINI

Menyadari akan makin meningkatnya need and demand


masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan,
PUSDIKLAT Depkes ( pada waktu itu belum terpisah
Pusdiklat dan Pusdiknakes) telah memikirkan untuk
meningkatkan SPRG menjadi Program D3 dengan
mengadakan pertemuan di Tawangamangu tahun 1980
yang dihadiri oleh pakar dari Depkes, Depdikbud, beberapa
dekan FKG, Pimpinan dan staf SPRG .
Setelah melalui proses yang panjang, konsultasi dengan
Departemen Kesehatan, Depdikbud, FKG, FKM, PDGI, IPGI (
pada waktu itu IPTGI ) serta mengacu pada referensi antara
lain Sistem Kesehatan Nasional, lahirlah Akademi Kesehatan
Gigi Depkes yang akan melahirkan tenaga Ahli Madya
Kesehatan Gigi.
Bentuk Pendidikan TinggiPeraturan Pemerintah Nomor
30 tahun 1990 menegaskan bahwa pendidikan tinggi
merupakan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan
sekolah. Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan
akademik dan pendidikan professional, satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk
Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau
Universitas.
1.Akademi menyelenggarakan program pendidikan
professional dalam satu atau sebagian cabang ilmu
pengetahuan, tehnologi, atau kesenian tertentu

2.Politeknik menyelenggarakan program pendidikan


professional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus
Dengan demikian pendidikan akademik yang
mengutamakan peningkatan mutu dan memperluas
wawasan ilmu pengetahuan, diselenggarakan oleh Sekolah
Tinggi, Institut dan Universitas, sedangkan pendidikan
professional yang mengutamakan peningkatan kemampuan
penerapan ilmu pengetahuan, diselenggarakan oleh
Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas.
Mengapa Perawat Gigi bukan Perawat?
RAWAT diartikan pelihara, urus, atau jaga. Perawatan adalah
proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan, pembelaan (orang sakit) pengertian ini
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-2 yang
diterbitkan oleh Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 1994
JADI
Definisi Keperawatan berdasarkan hasil lokakarya
Keperawatan Tahun 1983, dinyatakan bahwa Keperawatan
adalah suatu bentuk professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko
social cultural yang komperehensif serta ditujukan kepada
inidividu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit.
Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI) lebih cenderung
mengartikan Keperawatan dalam konteks kesehatan
gigi dan mulut adalah bentuk upaya pemeliharaan
(care) kesehatan gigi dan mulut.
Antara Perawat Gigi dan Perawat terdapat perbedaan
pendekatan walaupun kedua jenis tenaga tersebut
memandang manusia sebagai satu kesatuan yang
mengandung unsur unsur biologi, psikologis, sosial dan
kultural (biopsiko social kultural).
Perawat Gigi melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dalam upaya pendekatan, pemeliharaan melalui
tindakan-tindakan promotif preventif, sedangkan
Perawat (Nurse) melakukan pendekatan berdasarkan
pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia agar
mampu mengatasi masalahnya.
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup
pelayanan medis gigi (care) oleh Dokter Gigi, pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut (care) oleh Perawat
Gigi dan pelayanan asuhan supporting oleh Tehnisi Gigi.
2. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan
secara komperehensif kepada individu, keluarga dan
masyarakat yang mempunyai ruang lingkup
berfokuskan kepada aspek promotif, preventif, dan
kuratif dasar.
3. Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi
dapat memberikan konseling terhadap hak-hak klien
dan memberikan jaminan terhadap kualitas pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan secara
profesional.
4. Untuk menghasilkan tenaga Perawat Gigi yang
profesional melalui pendidikan jenjang lanjut, pendidikan
tinggi yaitu jenjang Diploma III.
5. Perawat Gigi merupakan tenaga kesehatan professional
yang termasuk dalam kategori tenaga Keperawatan
6. Tugas Perawat Gigi bersifat mandiri secara professional.
7. Perawat Gigi adalah mitra kerja Dokter Gigi yang
menunjang program Pemerintah dalam pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut.
8. Perawat Gigi melaksanakan program Pemerintah (
Departemen Kesehatan ) dalam pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
9. Pendidikan Perawat Gigi telah dimulai sejak tahun 1951
melalui Sekolah Perawat Gigi dan pada tahun 1957
berubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi yang
ditingkatkan jenjang pendidikan tinggi melalui
Akademi Kesehatan Gigi dan kini Jurusan Kesehatan
Gigi kemudian pada tahun 2012 menjadi Jurusan
Keperawatan Gigi.
10. Perawat Gigi mempunyai organisasi profesi sebagai
wadah berhimpun dan memperjuangkan aspirasinya
adalah Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI)
11. Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (
Dokter Gigi, Dokter Umum, Perawat Umum, Bidan dan
sebagainya ) dan bekerja sesuai Standar Profesi yang
berlaku.
12. Penyelenggaran pendidikan Diploma bidang kesehatan
bagi tenaga calon Perawat Gigi agar disesuaikan nama
institusi menjadi Jurusan Keperawatan Gigi sebagaimana
dalam lampiran I SK Nomor 1192/Menkes/PER/X/2004
13. Kurikulum adalah dokumen yang berisikan uraian
mengenai aktivitas belajar, mengajar dan fasilitas penunjang
yang dirangkum berdasarkan kebutuhan masyarakat,
falsafah pendidikan dan tujuan institusional ( Keperawatan
Gigi ) maka dianggap perlu melakukan perubahan sesuai
Standar Profesi dan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut yang berlaku.
14. Bahwa penyusunan kurikulum pendidikan Diploma III
Keperawatan Gigi harus melibatkan organisasi profesi PPGI
15.Semua anggota Keperawatan adalah satu KAUM = Kaum
Keperawatan
 Perkembangan Perawat Gigi saat ini yang tertuang dalam
Kepmenkes No 378 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi
Perawat Gigi adalah sebagai berikut :
 Perawat gigi harus ditempuh melalui jenjang pendidikan
seperti jenjang SPRG ke AKG (Jurusan Kesehatan Gigi) ke
DIV Perawat Gigi Pendidik/ DIV Keperawatan Gigi.
 Kualifikasi Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan Formal
1. Pendidikan formal ini meliputi:
 DIV Perawat Gigi Pendidik
 DIV Keperawatan Gigi
 S2 Promosi Kesehatan Gigi atau Manajemen Kesehatan Gigi
dan Mulut.
2. Pendidikan Dibidang Lain
 Pendidikan ini meliputi S1 Kesehatan Masyarakat, S1
Pendidikan, S1 Administrasi / Manajemen , S1 Komputer , dan
S1 Bahasa Asing.
Dengan demikian pendidikan akademik
yang mengutamakan peningkatan
mutu dan memperluas wawasan ilmu
pengetahuan, diselenggarakan oleh
Sekolah Tinggi, Institut terkait dan
Universitas, sedangkan pendidikan
professional yang mengutamakan
peningkatan kemampuan penerapan
ilmu pengetahuan, diselenggarakan
oleh Akademi, Politeknik, Sekolah
Tinggi, Institut terkait, dan Universitas.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Akademi Kesehatan
Gigi mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor : 095/MENKES/SK/II/1991. Dan berdasarkan
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 017a/U/1998 Nomor: 108/MENKES/SKB/II/1998
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Program
Diploma di Bidang Kesehatan dengan lampiran
Keputusan Bersama tersebut tertanggal 3 Pebruari 1998
jenis pendidikan program di bidang kesehatan sebagai
berikut;
1.Keperawatan
2.Kebidanan
3.Kesehatan Lingkungan
4.Gizi
5.Tehnik Radiodiagnostik dan Radioterapi
6.Tehnik Elektromedik
7.Fisioterapi
8.Farmasi
9.Analis Farmasi dan Makanan
10.Analis Kesehatan
11.Refraksi Optisi
12.Terapi Wicara
13.Okupasi Terapi
14.Ortetik Prostetik
15.Tehnik Gigi
16. Kesehatan Gigi
17.Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
 Pendidikan Perawat Gigi di Indonesia pada awalnya
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
dengan kemampuan vokasional setara jenjang pendidikan
menengah dengan kelembagaan Sekolah Pengatur Rawat Gigi
berubah menjadi Akademi Kesehatan Gigi ( AKG ) dengan
peserta didik berasal dari lulusan pendidikan menengah (
SMU/SMA) dan semenjak tahun 2002 Akademi Kesehatan Gigi
bergabung dalam
 Struktur kelembagaan Politeknik Kesehatan sebagai Jurusan
Kesehatan Gigi ( JKG ).
Padahal Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Nomor 43/MENKES-KESOS/SK/1/2001 tentang Izin
Penyelenggaraan Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan
pendidikan Diploma Kesehatan Gigi tidak sesuai lagi dengan
situasi dan kondisi saat ini. ( terlampir ) dan telah diganti menjadi
jenis pendidikan Diploma Keperawatan Gigi sebagaimana pada
SK Menkes dalam lampiran I Surat Keputusan Menteri Kesehatan
(terbaru) Nomor : 1192/MENKES/PER/X2004 tanggal 19 Oktober
2004 tertuang jenis pendidikan Diploma di bidang kesehatan
sebagai berikut;
1.Keperawatan
2.Kebidanan
3.Keperawatan Gigi
4.Kesehatan Lingkungan
5.Gizi
6.Fisioterapi
7.Okupasi Terapi
8.Terapi Wicara
9.Ortotetik Prostetik
10.Farmasi
11.Analis Farmasi dan Makanan
12.Tehnik Radiodiagnostik dan Radioterapi
13.Analis Kesehatan
14.Tehnik Gigi
15.Tehnik Elektromedik
16.Refraksi Optisi
17.Perekam dan Informatika Kesehatan
18.Tehnologi Tranfusi Darah
19.Akupunktur
20.Tehnik Kardiovaskuler
Kekhasan dari penyelenggaraan pendidikan program Diploma
adalah pelaksanaan praktik yang lebih intensif untuk
menghasilkan lulusan yang menguasai kompetensi profesi
tertentu. Hal ini berimplikasi pada beberapa hal berikut;
1.Program Diploma lebih mengutamakan pada peningkatan
keahlian dan keterampilan
2.Kegiatan menerapkan dan mempraktikkan keahlian lebih
dominan dalam proses penyelenggaraan sistem belajar –
mengajar
3.Oleh karenanya laboratorium maupun bengkel dengan
fasilitas yang memadai menjadi tulang punggung dalam
penyelenggaraan pendidikan
4.Dosen atau laboran yang kompeten menjadi prasyarat
utama agar sistem pembelajaran berjalan semestinya
5.Kurikulum harus merujuk pada kompetensi profesi yang
dituju
Kompetensi menjadi jembatan yang menghubungkan antara
stake holder (pengguna) dengan institusi pendidikan
program Diploma ( diantaranya Politeknik Kesehatan
Depkes ). Kompetensi profesi akan menjadi rujukan dalam
menyusun panduan proses belajar mengajar, yang salah satu
bagian terpentingnya adalah kurikulum.
Dengan demikian kurikulum pada pendidikan Diploma harus
didasarkan pada kompetensi profesi yang diidentifikasi
secara langsung dari masyarakat profesinya. ( P5D Bandung,
2002 hal 3 )
Dalam membangun kurikulum berbasis kompetensi profesi
perlu diperhatikan urutan kerja dalam menyelesaikan setiap
tahapannya. Urutan yang logis untuk membangun
kurikulum adalah;
1.Identifikasi profesi dan rincian kerja pada profesi
tersebut

2.Identifikasi kompetensi dari setiap profesi yang telah


teridentifikasi

3.Menjabarkan kompetensi dalam gatra pembelajaran


sesuai taxonomi Bloom sekaligus mengukur
kedalamannya

4.Memilah dan mengurut gatra pembelajaran dalam


kelompok matakuliah

5.Menentukan mata kuliah yang merangkum gatra


pembelajaran yang telah tersusun
Hal tersebut harus dirinci dan dilaksanakan proses
pengembangan kurikulum Diploma III Keperawatan
Gigi yang diinginkan.
Jurusan Keperawatan Gigi lebih sesuai namanya dengan
yang dihasilkan yaitu Perawat Gigi dengan sebutan Ahli
Madya Keperawatan Gigi.
Penggantian nama pendidikan dari Jurusan Kesehatan
Gigi menjadi Jurusan Keperawatan Gigi juga telah
masuk daftar agenda ( prioritas utama program jangka
pendek ) Musyawarah Nasional III PPGI, Perawat Gigi
seluruh Indonesia tahun 2006 di Makassar
Definisi Keperawatan berdasarkan hasil lokakarya Keperawatan
Tahun 1983, dinyatakan bahwa Keperawatan adalah suatu
bentuk professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko social cultural yang
komperehensif serta ditujukan kepada inidividu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit.
Dalam hal ini PPGI lebih cenderung mengartikan Keperawatan
dalam konteks kesehatan gigi dan mulut adalah dalam bentuk
upaya pemeliharaan ( care ) kesehatan gigi dan mulut. Antara
Perawat Gigi dan Perawat terdapat perbedaan pendekatan
walaupun kedua jenis tenaga tersebut memandang manusia
sebagai satu kesatuan yang mengandung unsur – unsur biologi,
psikologis, sosial dan kultural (biopsikososialkultural).
Perawat Gigi melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam
upaya pendekatan, pemeliharaan melalui tindakan-tindakan
promotif – preventif, sedangkan Perawat (Nurse) melakukan
pendekatan berdasarkan pendekatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia agar mampu mengatasi masalahnya.
Hingga dapat disimpulkan sebagai berikut;

1.Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi ( care )
oleh Dokter Gigi, pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut ( care ) oleh
Perawat Gigi dan pelayanan asuhan supporting oleh Tehnisi Gigi.

2.Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara komperehensif


kepada individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup
berfokuskan kepada aspek promotif, preventif, dan kuratif dasar

3.Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi dapat memberikan


konseling terhadap hak-hak klien dan memberikan jaminan terhadap kualitas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan secara profesional

4.Untuk menghasilkan tenaga Perawat Gigi yang profesional melalui pendidikan


jenjang lanjut, pendidikan tinggi yaitu jenjang Diploma III

5.Perawat Gigi merupakan tenaga kesehatan professional yang termasuk dalam


kategori tenaga Keperawatan
6.Tugas Perawat Gigi bersifat mandiri secara professional

7.Perawat Gigi adalah mitra kerja Dokter Gigi yang menunjang program
Pemerintah dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut

8.Perawat Gigi melaksanakan program Pemerintah ( Departemen


Kesehatan ) dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat.

9.Pendidikan Perawat Gigi telah dimulai sejak tahun 1951 melalui


Sekolah Perawat Gigi dan pada tahun 1957 berubah menjadi Sekolah
Pengatur Rawat Gigi yang ditingkatkan jenjang pendidikan tinggi
melalui Akademi Kesehatan Gigi dan kini Jurusan Kesehatan Gigi

10.Perawat Gigi mempunyai organisasi profesi sebagai wadah berhimpun


dan memperjuangkan aspirasinya adalah PERSATUAN PERAWAT GIGI
INDONESIA.

11.Dalam melaksanakan tugasnya seorang Perawat Gigi berkolaborasi


dengan tenaga kesehatan lainnya ( Dokter Gigi, Dokter Umum, Perawat
Umum, Bidan dan sebagainya ) dan bekerja sesuai Standar Profesi yang
berlaku
12.Penyelenggaran pendidikan Diploma bidang kesehatan
bagi tenaga calon Perawat Gigi agar disesuaikan nama
institusi menjadi Jurusan Keperawatan Gigi sebagaimana
dalam lampiran I SK Nomor 1192/Menkes/PER/X/2004

13.Kurikulum adalah dokumen yang berisikan uraian


mengenai aktivitas belajar, mengajar dan fasilitas penunjang
yang dirangkum berdasarkan kebutuhan masyarakat,
falsafah pendidikan dan tujuan institusional ( Keperawatan
Gigi ) maka dianggap perlu melakukan perubahan sesuai
Standar Profesi dan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut yang berlaku.

14.Bahwa penyusunan kurikulum pendidikan Diploma III


Keperawatan Gigi harus melibatkan organisasi profesi PPGI

15.Semua anggota Keperawatan adalah satu KAUM = Kaum


Keperawatan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai