Anda di halaman 1dari 29

GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN

PENCEGAHAN DAN PENEGENDALIAN


MASALAH KESEHATAN JIWA

Direktorat Pencegahan & Pengendalian Masalah


Kesehatan Jiwa & Napza, Kemenkes RI
DATA EPIDEMIOLOGI &
LAPORAN kasus Pasung

 Gangguan mental emosional (gejala depresi dan anxietas) ≥15 thn sebesar 6%;
 Gangguan jiwa berat (psikotik): 1.7/1000 (>400.000 penduduk)
 Sebanyak 14,3% dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa berat
(>57.000) , mengatakan pernah dipasung
 Prevalensi Demensia di Indonesia berjumlah 1,2 juta jiwa (2015) dan
kecenderungan juga meningkat (4 juta jiwa di tahun 2050)

Jumlah kasus pasung di Indonesia yang telah ditemukan


sebanyak 8690 kasus (tahun 2009-2015)
Riset
Laporan Dinkes Provinsi, 2015
Kesehatan
Dasar, 2013
3

 Tabel 1. Prevalensi Gangguan Jiwa Berat Th 2013.


  

12/09/21
Beban Global Penyakit
PENYEBAB UTAMA BEBAN PENYAKIT
BERDASARKAN DALYs
1990 2020
Infeksi pernafasan bawah 1 1 Penyakit jantung iskemik
Penyakit diare 2 2 Depresi mayor unipolar
Keadaan yang timbul pada 3 Kecelakaan lalu lintas
periode perinatal 3
4 Penyakit serebrovaskular
Depresi mayor unipolar 4
5 Penyakit paru obstruktif
Penyakit jantung iskemik 5 kronik
Penyakit serebrovaskular 6 6 Infeksi pernafasan bawah
(Global Burden of Disease – WHO)

Estimasi WHO: tahun 2030 depresi menjadi penyebab utama


beban penyakit no.1
Masalah Kesehatan Jiwa Global

 Bunuh diri merupakan penyebab kematian no.2 terbanyak di


dunia pada usia 15-29 tahunWHO, Preventing Suicide: A Global Imperative, 2014

 350 juta orang di dunia diestimasikan mengalami depresi, dan


depresi merupakan penyebab disabilitas utama di dunia
WHO, Depression: A Global Crisis, 2012

 Estimasi dari penelitian epidemiologi berbasis komunitas di


seluruh dunia:
 lifetime prevalence rates of mental disorders 12.2–48.6%,
 12-month prevalence rates of mental disorders 8.4–29.1%

WHO, Mental Health Gap Action Programme, 2008


Masalah kesehatan jiwa dan fisik
saling mempengaruhi

 Depresi terdapat pada 20%-30% pasien dengan penyakit fisik kronis


World Federation for Mental Health, 2010

 Orang yang mengalami penyakit fisik kronis 2-3 kali lebih sering
mengalami depresi
dalam Guthrie EA, et al. J Psychosom Res, 2016

 2/3 dari orang yang mengalami depresi lebih tinggi kemungkinannya


untuk timbul penyakit fisik kronis
dalam Matheson FI, et al. J Epidemiol Community Health, 2014
 Terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dengan penyakit
kronis (peny.jantung, asma, artritis) di masyarakat, dan penyakit
jantung memiliki hubungan yang terkuat
Idaiani S, Bisara D. 2009 – data Surkesnas
 Proporsi cakupan pengobatan penderita gangguan mental
emosional tahun 2013:

Cakupan pengobatan
gangguan mental emosional
INDONESIA (cemas & depresi)
Pernah berobat ke Dalam 2 minggu
fasyankes terakhir berobat ke
fasyankes

26,6% 11,9%*

*berarti
bahwa 88,1% penduduk yang baru mengalami cemas & depresi
belum mendapatkan layanan kesehatan jiwa
*kesenjangan pengobatan
SDM Kesehatan Jiwa (2015)
 Tenaga kesehatan jiwa profesional: 3 per 100,000 populasi

 Psikiater: 828 (0.29 per 100.000 populasi)


 Psikolog klinis: 451 (0.19 per 100.000 populasi)
 Perawat terlatih jiwa: 6500 (2 per 100.000 populasi)
 Perawat Spesialis Jiwa 121 (0,05 / 100.000 Populasi)

 Dokter Umum Terlatih Jiwa (Program Kemenkes 2010-15) 250


 Perawat Terlatih Keswa (Program Kemenkes 2010-15) 300

 Distribusi tidak merata, hanya terdapat di kota besar.


 Minat tenaga kesehatan untuk menjadi profesional
di bidang kesehatan jiwa sangat kurang
Strategi Pengembangan Keswamas Kemenkes

1. Integrasi upaya kesehatan jiwa di layanan kesehatan primer


- penguatan tenaga kesehatan non-spesialis dan
pemberdayaan masyarakat
- bimbingan teknis dari tenaga kesehatan jiwa profesional
dan penguatan sistem rujukan
- penguatan pembiayaan dan ketersediaan obat bagi
layanan keswa
2. Penguatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam
pembangunan kesehatan jiwa masyarakat
3. Meningkatkan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan akan
data/informasi/evaluasi keswamas.
PERKEMBANGAN REGULASI &
KEBIJAKAN TERKAIT KESEHATAN
JIWA
 Undang-Undang No.18/2014 tentang Kesehatan Jiwa
 Renstra Kemenkes 2015-2019
 Permenkes No.75/2014 tentang Puskesmas dan promosi keswa
termasuk dalam promosi kesehatan yang wajib dilaksanakan
 Permenkes No.5/2015 tentang Panduan Praktik Klinis di layanan primer
 Kepmenkes No.137/2016 tentang Perubahan Formularium Nasional
 Permenkes No 43 2016 tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan
 Permenkes No 39 2016 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga
 RPP Kesehatan Jiwa dalam proses pemabahasan lintas kementerian
 Pedoman Penanggulangan Pemasungan bagi ODGJ dalam proses
permenkes
PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS KESWA DALAM
RENSTRA & RKP KEMENKES 2015-2019

PROGRA Indikator Target


M/ 2015 2016 2017 2018 2019
KEGIATA
N

Integrasi Jumlah Kab/Kota yang 20% 80 130 180 230 280


keswa di PKMnya menyelenggarakan (100
layanan upaya kesehatan jiwa %
terca
primer Kriteria:
pai)
• Nakes terlatih
• Melakukan upaya promotif
preventif
• Melakukan deteksi dini dan
tata laksana ggn jiwa
INDIKATOR DAN TARGET TAHUN 2015 - 2019
TARGET KET
NO INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
1 Persentase fasilitas 25% 30% 35% 40% 50% RPJMN,
pelayanan kesehatan RENSTRA
(fasyankes) sebagai
penerima wajib lapor
(IPWL) pecandu
Narkotika yang aktif

2 Jumlah Kab/kota yang 80 130 180 230 280 RPJMN,


memiliki Puskesmas yang RENSTRA
menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa

3 Persentase RS Umum 20% 30% 40% 50% 60% RENSTRA


Rujukan Regional Yang
Menyelenggarakan
Pelayanana Kesehatan
Jiwa / Psikiatri
PROGRAM BEBAS PASUNG
UU No. 18 tentang Kesehatan Jiwa
Pasal 86: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan,
penelantaran, kekerasan dan/atau menyuruh orang lain untuk
melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap
ODMK dan ODGJ atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi
ODMK dan ODGJ, dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”
 Perpres No. 75 Thn 2015 tentang RAN-HAM 2015-2019
Indikator :
 Jumlah temuan kasus pasung yang diberikan layanan kesehatan

 Jumlah Kab/kota yang memiliki PKM dengan layanan keswa

 Jumlah propinsi yang melaksanakan program bebas pasung


KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH
DALAM PROGRAM BEBAS PASUNG
 30 Provinsi telah berkomitmen dengan menjalankan
program Bebas Pasung dan mengirimkan laporan

 13 Provinsi yaitu NAD, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jambi,


Nusa Tenggara Barat, Bangka Belitung, D.I Jogjakarta,
DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalsel, Banten, Bali dan
Gorontalo telah mengeluarkan regulasi dan kebijakan yang
menjamin penanggulangan pemasungan Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ).
Tantangan dalam mengatasi pemasungan

 Masih besarnya stigma dan kurangnya pemahaman masyarakat


terhadap gangguan jiwa
 Kurangnya koordinasi lintas sektor di lapangan
 Masih diperlukan regulasi/dasar hukum dalam pelaksanaan
 Masih diperlukan penataan sistem informasi/data
Strategi dalam upaya mengatasi pemasungan

A. Kebijakan dan regulasi


 Penyusunan RPP tentang Upaya Kesehatan Jiwa
sebagai turunan dari Undang-Undang No. 18/2014
tentang Kesehatan Jiwa
 Penyusunan Peraturan Presiden tentang koordinasi
upaya kesehatan jiwa sbg amanah UU No.18/2014
 Program Bebas Pasung masuk dalam usulan SPM
Prov/Kab/Kota Bidang Kesehatan
 Kebijakan yang mendukung integrasi kesehatan
jiwa dalam layanan kesehatan umum terutama di
layanan primer
Strategi dalam upaya mengatasi pemasungan

B. Organisasi layanan
Mengintegrasikan kesehatan jiwa dalam layanan primer
Penguatan sistem rujukan

Memasukkan dan memperbaiki layanan kesehatan jiwa dalam asuransi

nasional/JKN.
Kolaborasi dengan sektor sosial dalam layanan kesehatan jiwa

Meningkatkan peran serta masyarakat dengan melibatkan keluarga dan

ODGJ
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat melalui kampanye

publik
Strategi dalam upaya mengatasi
pemasungan
C. Pengembangan SDM bagi keswa
 Pelatihan bagi tenaga kesehatan non-spesialis

(dokter, perawat, bidan)


 700 dokter dan perawat dari 350 PKM di 15 prov telah dilatih
sejak tahun 2011
 355 dokter dan perawat RSU telah dilatih tahun 2010-2014
 Workshop/sosialisasi bagi kader dan consumer groups
 tahun 2011-2014: sekitar 750 orang
 Akreditasi kurikulum dan modul pelatihan

D. Infrastruktur dan sumber daya lain


menambahkan obat psikofarmaka dalam daftar obat
esensial nasional, penyediaan obat program (injeksi long
acting)
Strategi dalam upaya mengatasi
pemasungan
E. Koordinasi lintas sektor
 Bersama dengan Kemensos melanjutkan dan saling bersinergi untuk program
bebas pasung dari tingkat pusat hingga daerah  Kemensos juga meluncurkan
program bebas pasung 2017
saat Rakornas, untuk mengadvokasi Dinas Sosial di 34
provinsi.
 Rencana disusunnya kesepakatan bersama 4 Menteri (Menkokesra, Menkes,
Mensos, Mendagri) dan 1 Lembaga(BPJS) tentang Gerakan Masyarakat
Mendukung Bebas Pasung yang diinisiasi Kemensos.
 Menyelesaikan regulasi terkait koordinasi lintas sektor dalam upaya keswa yang
akan mempermudah penanggulangan pemasungan.
 MOU Kemensos dengan Kemenkes, Kemedagri, POLRI, BPJS Kesehatan No. 01
thn 2017, HK.03.01/Menkes/28/2017, 03/MOU?0117, 440/889/SJ Tentang
Pencegahan dan Penanganan Pemasungan bagi Penyandang Disabilitas
Mental/ODGJ
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2016
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI,
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017

 Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Tahun 2017... gubernur,
bupati/walikota menggunakan target dan capaian
Standar Pelayanan Minimal 6 (enam) urusan
pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar disesuaikan dengan rencana capaian
target sasaran terukur dari output kegiatan
SPM
Bidang Kesehatan
 1 Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

standar.
 2) Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai

standar.
 3)Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar.
 4) Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

 5) Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining

kesehatan sesuai standar


 6) Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.
 7) Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.
 8) Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
 9)Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar.
 10) Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
 11) Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien
IMS, waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
 12) Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai
standar
 Selain itu, beberapa kegiatan bidang kesehatan yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan RKPD Tahun 2017 antara lain sebagai
berikut:
1)Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
2)Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan
3) Pembinaan Perbaikan Gizi Masyarakat
Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) Berat

a. Pernyataan Standar Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan


sesuai standar.
b. Pengertian Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:
1) Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan jiwa

ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan dan


pemasungan.
2) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat
dan dokter Puskesmas di wilayah kerjanya.
3) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:
a) Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa,
kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah tindakan
pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah tangga dan
aktivitas bekerja sederhana, dan/atau
b) Tindakan kebersihan diri ODGJ berat
4) Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan penyediaan
materi KIE dan Buku Kerja sederhana
Definisi Operasional Capaian
Kinerja
Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan ODGJ berat dinilai
dengan jumlah ODGJ berat (psikotik) di wilayah
kerjanya yg mendapat pelayanan kesehatan jiwa
promotif preventif sesuai standar dalam kurun waktu
satu tahun.
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
dalam pelayanan kesehatan jiwa pd orang dengan
gangguan jiwa berat sesuai standar di wilayah kerja
adalah 100 %.
Rumus Perhitungan Kinerja

Jml ODGJ berat (psikotik)


di wil.Kerja Kab/Kota yg men
dpt pelayanan kes.jiwa promo
tif preventif sesuai standar
% ODGJ berat yg menda dalam kurun waktu 1 tahun
dapatkan pelayanan kes. = --------------------------------------------------- x 100 %
jiwa sesuai standar Jml ODGJ berat (psikotik)
yang ada diwilayah kerja
kab/kota dalam kurun waktu
satu tahun yang sama
Langkah-langkah Kegiatan
1) Penyediaan materi KIE Keswa, Pedoman dan buku
Kerja Kesehatan Jiwa
2) Peningkatan Pengetahuan SDM
3) Penyediaan Form pencatatan dan pelaporan
4) Pelayanan Kesehatan ODGJ berat di Puskesmas
5) Pelaksanaan kunjungan rumah (KIE keswa dan
dukungan psikososial)
6) Monitoring dan evaluasi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai