PUSKESMAS
HANI TRI CIA LESMANA
102015097
SKENARIO 2
• Masa catarrhal: batuk, bersin dan cairan hidung keluar terus menerus
• Masa paroksismal: semua gejala flu mereda, namun batuk
bertambah parah dan tak terkontrol. Terjadi batuk keras terus
menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop).
Usai serangan batuk, penderita bisa mengalami muntah. Berlangsung
2-4 minggu atau lebih
• Masa penyembuhan: mulai membaik, gejala batuk rejan tetap ada,
bertahan hingga 2 bulan atau lebih tergantung dari pengobatan
IMUNISASI
• Kasus klinis adalah kasus yang didiagnosa oleh dokter atau orang
dengan batuk lebih dari 2 minggu dan dengan salah satu gejala berikut:
• Batuk Paroksismus (batuk terus-menerus)
• Whooping
• Muntah setelah batuk tanpa sebab yang lain
• Apnea dengan atau tanpa sianosis (hanya untuk usia kurang dari 1
tahun)
• Kasus konfirmasi laboratorium:
• Isolasi Bordetella pertussis
• Deteksi sekuens genom Positif paired serology
• Endemik: kasus yang memenuhi kriteria klinis sudah cukup untuk
menentukan kasus pertusis.
• KLB: batasan kasus klinis adalah cukup dengan batuk yang berlangsung
selama 2 minggu atau lebih tanpa gejala lain
SURVEILANS
• Tujuan Umum:
• Melakukan deteksi dini dan mengetahui gambaran epidemiologi untuk
pengendalian penyakit pertusis.
• Tujuan Khusus:
• Terlaksananya pengumpulan data berdasarkan waktu, tempat dan orang
• Terdeteksinya kasus pertusis secara dini
• Terlaksananya Penyelidikan Epidemiologi setiap KLB pertusis dan konfirmasi
laboratorium
• Terlaksananya analisa data pertusis berdasarkan variabel epidemiologi
yang meliputi waktu, tempat kejadian dan orang di setiap tingkat
administrasi kesehatan, sebagai bahan monitoring dampak program
imunisasi pertusis
• Terdisseminasinya hasil analisis kepada unit terkait
• Terwujudnya pengambilan keputusan untuk pengendalian penyakit pertusis
TAHAP SURVEILANS PERTUSIS DI PUSKESMAS
1. Penemuan Kasus
• Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu yang datang
ke puskesmas harus dicari gejala tambahan dan ditentukan
apakah memenuhi kriteria klinis pertusis.
• Bila penderita datang dengan batuk yang kurang dari 2 minggu
diupayakan untuk dimonitor perjalanan penyakitnya serta dicari
gejala tambahan pertusis lainnya.
• Bila kasus memenuhi kriteria klinis pertusis, catat dalam format
laporan pertusis dan lakukan penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan.
• Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB
TAHAP SURVEILANS PERTUSIS DI PUSKESMAS
2. Pengambilan Spesimen
• Sampel hapus tenggorok.
TAHAP SURVEILANS PERTUSIS DI PUSKESMAS
• Promotif:
• Penyuluhan kesehatan masyarakat
• Peningkatan gizi
• Pemeliharaan kesehatan perseorangan
• Pemeliharaan kesehatan lingkungan
UPAYA PENANGGULANGAN
• Preventif
• Tindakan pencegahan droplet bagi para pasien yang terinfeksi
(ruangan pribadi dan penggunaan masker untuk mencegah
keterpajanan droplet dari pasien) sampai dengan hari ke-5
setelah pasien memulai suatu terapi yang efektif.
• Tindakan pencegahan droplet bagi kasus yang dicurigai sampai
pasien sembuh dari pertussis.
• Evaluasi dan terapi yang sesuai bagi para petugas simtomatik
yang terpajan.
• Larangan bekerja bagi para petugas simtomatik sampai dengan
hari ke-5 terapi selesai dilakukan.
• Profilaksis pascaketerpajanan bagi para petugas asimtomatik
yang terpajan.
UPAYA PENANGGULANGAN
• Kuratif
• Eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari
atau jenis makrolid lainnya.
• Beri imunisasi DPT pada pasien pertussis dan setiap anak dalam
keluarga yang imunisasinya belum lengkap.
• Beri DPT ulang untuk anak yang sebelumnya telah diimunisasi.
• Beri eritromisin suksinat (12.5 mg/kgBB/kali 4 ali sehari) selama 14
hari untuk setiap bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang disertai
demam atau tanda lain dari infeksi saluran pernapasan dalam
keluarga
• Rehabilitatif
KESIMPULAN