Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS GIGI GELIGI

PERGANTIAN
SITI BAHIRRAH,DRG.,SP.ORT
FASE PERGANTIAN GIGI

• Fase gigi geligi desidui

• Fase gigi geligi pergantian

• Fase gigi geligi permanen


Fase gigi geligi pergantian
• Huckaba (1964)
– Erupsi gigi inisisvus sentralis permanen RB
– Erupsi gigi molar pertama permanen RB

• Van Der Linden (1983)


– Erupsinya gigi molar pertama permanen RB
– Gigi-geligi permanen lengkap
Fase gigi bercampur
• Fase yang paling kritis

• Huckaba (1964)
– Persentase maloklusi paling tinggi

• Ballard dan Wylie (1947) & Carey (1959)


– Disharmoni lebar lengkung rahang dan lebar mesiodistal gigi menimbulkan maloklusi

• Moores (1957)
– Maloklusi paling banyak timbul

• Van der Linden (1974)


– Erupsi I2 RB kelihatan crowded
– Analisa gigi pergantian segera dilakukan

• Sjafei (1982)
– Seringnya prematur loss gigi molar dua desidui
– Gigi crowded karena kurang tempat
Analisa Gigi Geligi Pergantian

• Tujuan :
– Evaluasi tempat yang tersedia pada rahang untuk
tempat gigi permanen yang belum erupsi
– Mempertahankan molar adjustment
Syarat Analisa Gigi Geligi Pergantian

• Besar penyimpangan sudah dipertimbangkan


• Dapat dipakai oleh orang lain secara berulang-ulang
dengan reliabiliti yang sama
• Tidak membutuhkan waktu yang lama
• Tidak membutuhkan peralatan yang khusus
• Dapat diterapkan pada kedua rahang
Analisa Gigi Geligi Pergantian
• A . Rumus Tonn
• B. Metode radiografi
• C. Analisis gigi bercampur Moyer’s
• D. Analisis Tanaka-Jhonston
Rumus Tonn
Metode radiografi
• Metode radiografi yaitu radiografi intraoral
untuk memprediksi ukuran gigi yang belum
erupsi menggunakan rumus.
• Metode ini menggunakan model dan
radiografi untuk menilai ukuran gigi yang
erupsi.
Rumus
• Y1 = X1 x Y2
X2
• Y1 = lebar m-d gigi permanen yang belum
tumbuh
• X1 = lebar m-d gigi permanen yang belum
tumbuh diukur pada Ro”
• Y2 = lebar m-d gigi sulung yang diukur pada
model studi
• X2 = lebar m-d gigi sulung pada Ro”
Contoh
• Menentukan lebar m-d gigi P2 yang belum erupsi
(Y1)
• Lebar m-d m2 desidui pada model=10 mm (Y2)
• Lebar m-d m2 desidui pada Ro”= 10.5 mm (X2)
• Lebar m-d P2 pada Ro” = 7.4 mm (Y1)
• Rumus :
• Y1 = X1 x Y2
X2
• Y1 = 7 mm
• Kerugian
• Pengukuran radiografi cenderung mengalami
distorsi
• Susah untuk mengukur gigi yang rotasi di
radiografi
ANALISA MOYERS
• Menentukan ruangan untuk gigi C,P1 dan P2
• Keempat gigi insisivus bawah harus sudah
erupsi
– Gigi permanen yang erupsi lebih awal
– Mudah diukur dengan baik intraoral atau ekstraoral
– Ukuran tidak banyak bervariasi
• Menjumlahkan lebar mesio distal keempat gigi
insisivus bawah
• Derajat kepercayaan 75 %
Kelebihan Metode Moyers
• Kesalahan sistematik yang minimal
• Rentang dari kesalahan tersebut diketahui
• Panilaian klinis yang tidak rumit dan hemat
waktu
• Tidak membutuhkan perlengkapan khusus dan
gambaran radiografi
• Dapat digunakan pada kedua rahang
Prosedur
• Ukur dan jumlah mesio-distal keempat insisivus bawah
• Prediksi jumlah mesio distal C dan P------ tabel probabiliti
dengan derajat kepercayaan 75 % (A)
• Ukur ruang yang ada pada regio C dan P ------- ukur distal
insisivus lateral sampai ke mesial molar satu permanen (B)
• Ruang yang ada dibandingkan dengan ruang yang
diperkirakan pada tabel probabiliti (B-A) :
* Ruang cukup
* Diskrepansi
ANALISIS TANAKA-JHONSON

• Analisis Tanaka-Johnson adalah analisis gigi


bercampur.
• Memprediksikan lebar C dan P yang belum erupsi
berdasarkan lebar lebar insisivus rahang bawah.
• metode ini sangat mudah digunakan dalam
praktek ortodontik tidak dibutuhkan radiografi
atau referensi dari tabel.
• Metode
• Ukur total panjang lengkung rahang.
• Lebar mesio distal C,P1,P2 RA :
– JUMLAH KEEMPAT INSISIVUS RB /2 + 11 MM
• Lebar mesio distal C,P1,P2 RB :
– JUMLAH KEEMPAT INSISIVUS RB /2 + 10,5 MM
• Keuntungan
• Akurasi yang tepat dan beralasan
• Tidak membutuhkan radiografi atau tabel
referensi
• Simple dan praktis
Contoh Kasus
• Pasien ♀,Usia 9 tahun ,datang ke klinik ortodonti FKG USU
ingin merapikan giginya. Hasil pengukuran pada model gigi
diperoleh jumlah lebar m-d keempat I RA = 30 mm & I RB =
22 mm.
• Tentukan jumlah lebar m-d C,P1,P2 RA dan RB.(Gunakan
tabel Moyers dan Barendonk)
• Tentukan diskrepansi ruang pada pasien tersebut jika pada
hasil pengukuran
– Mid line RA dan RB serta Kurve of Spee : normal
– panjang lengkung 12 s/d 22 = 28 mm
– Panjang lengkung 13 s/d 15 = 20 mm
– Panjang lengkung 23 s/d 25 = 22 mm
– Panjang lengkung 32 s/d 42 = 22 mm
– Panjang lengkung 33 s/d 35 = 18 mm
– Panjang lengkung 43 s/d 45 = 21 mm
Analisis Kebutuhan Ruang Maksila
• Jlh m-d keempat I RA = 30 mm
• Pjg lgkg 12 s/d 22 = 28 mm
• - 2 mm

• Jlh m-d C,P1,P2 = 21 mm


• Pjg lgkg 13s/d15 = 20 mm
• - 1 mm

• Jlh m-d C,P1,P2 = 21 mm


• Pjg lgkg 23s/d25 =22 mm
• + 1 mm
Analisis kebutuhan ruang Mandibula
• Jlh m-d keempat I RB = 22 mm
• Pjg lgkg 42 s/d 32 = 22 mm
• 0 mm
• Jlh m-d C,P1,P2 = 20,8 mm
• Pjg lgkg 33 s/d 35 = 18 mm
• -2,8 mm
• Jlh m-d C,P1,P2 =20,8 mm
• Pjg lgkg 43 s/d 45 = 21 mm

• + 0,2 mm

Anda mungkin juga menyukai