Didik Leo S.
Lukman Fajar
Sukipa Gufron A.
Yogi Bekti P.
KOMPONEN UTAMA SISTEM
PENGAPIAN ELEKTRONIK
Sistem pengapian langsung terdiri 5. Air flow meter (VG/PIM)
Mendeteksi jumlah intake udara. (Pada
dari komponen-komponen berikut: beberapa model, deteksi ini dilakukan
dengan beragam sensor tekanan)
6. Water temperature sensor (THW)
Mendeteksi suhu pendingin mesin.
1. Crankshaft position sensor (NE)
7. Ignition coil dengan igniter
Mendeteksi sudut crankshaft (putaran Mengubah kumpara primer dari on ke off
mesin) pada waktu optimal. Mengirimkan sinyal IGF
2. Camshaft position sensor (G) ke mesin ECU.
Mengidentifikasikan silinder dan stroke 8. Engine ECU
Menghasilkan sinyal IGT berdasarkan sinyal
dan mendeteksi waktu camshaft.
dari berbagai sensor dan mengirimkan
3. Knock sensor (KNK) sinyal ke ignition coil dengan igniter.
Mendeteksi ketukan pada mesin. 9. Busi
4. Throttle position sensor (VTA) Menghasilkan lontaran listrik untuk
Mendeteksi sudut bukaan throttle valve. menyulut campuran udara-bahan bakar.
CAMSHAFT POSITION SENSOR
Tipe Hall Element
Berfungsi untuk mengidentifikasi posisi
piston setiap silinder, melalui posisi
camshaft.
Bersama dengan CKP sensor, ECM dapat
mengetahui silinder mana yang sedang
melakukan langkah kompresi.
CMP ditempatkan dibagian belakang
cylinder head dan diputar langsung oleh
camshaft, di dalamnya terdapat signal rotor
dan hall element.
Melalui kedua komponen ini dihasilkan
output berupa signal digital seperti pada
grafik, yang dikirimkan ke ECM dan diartikan
posisi piston berada pada 5o BTDC
Tipe Photo Transistor
Cara kerja photo transistor adalah
dengan mengubah signal cahaya menjadi
signal listrik. Photo transistor menerima
cahaya dari bagian bawah transistor dan
mengubahnya menjadi signal-signal
listrik sesuai dengan banyaknya cahaya
yang diterima.
Cahaya keluar dari Light Emiting Dioda
(LED) dan diputus oleh perputaran slit
plate yang berada diantara transistor dan
LED. Photo transistor menjadi ON saat
menerima cahaya dan menjadi OFF saat
tidak menerima cahaya (cahaya terputus
oleh slit plate). Dengan demikian voltage
pulse dihasilkan oleh output terminal dan
jumlah pulse tergantung dari banyaknya
putaran. Signal digital CMP oleh ECM
digunakan untuk memproses
kerja sistem EFI bersama dengan
signal lainnya.
CRANKSHAFT POSITION SENSOR
PETUNJUK:
• Apabila tegangan yang diperlukan bisa dihasilkan walaupun celah terlalu
lebar, busi dapat menghasilkan lontaran api yang kuat dan menghasilkan
pengapian. Untuk ini, banyak busi di pasaran dengan celah hingga 1,1
mm.
• Busi dengan ujung platinum dan iridium tidak memerlukan penyesuaian
celah karena busi jenis ini tidak dapat aus (mereka hanya bisa diganti).
ECU mesin menerima sinyal dari
berbagai sensor dan menghitung
waktu pengapian optimal. (ECU
mesin juga mempengaruhi kontrol
waktu maju).
ECU mesin mengirimkan sinyal IGT
ke ignition coil bersatu dengan
igniter. Sinyal IGT dikirimkan ke tiap
igniter sesuai dengan urutan
pengapian (1-3-4-2)
Ignition coil , ke arah mana arus
primer ditutup dengan cepat,
menghasilkan arus tegangan tinggi.
Sinyal IGF dikirim ke ECU mesin
ketika arus primer melampaui nilai
yang ditetapkan.
Arus tegangan tinggi, yang dihasilkan
kumparan sekunder, mengalir ke
busi, menyebabkan pengapian.
Tipe-tipe Sistem Pengapian
Penggunaan
vacuum advancer
mekanikal dan
governor advancer
telah dihentikan
pada tipe ini.
Dan fungsi ESA dari
engine ECU yang
kini mengontrol
waktu pengapian.
DIS (Direct Ignition System)
PETUNJUK:
• Waktu inisial diatur dengan men-short-kan TE1 dan E1
pada DLC1, atau TC dan GC pada DLC3.
• Ada dua tipe pick-up untuk timing light: Deteksi arus
primer ON/OFF atau deteksi tegangan sekunder.
• Karena waktu pengapian maju ketika katup penutup
terbuka, katup penutup harus diperiksa sewaktu
tertutup rapat.
Waktu inisial yang salah dapat menyebabkan
pengurangan pada output, memperparah konsumsi bahan
bakar atau ketukan.
2. Periksa busi
Apabila ada keretakan, elektroda yang kotor, aus atau
celah yang terlalu besar, lontaran api tidak akan
terjadi. Apabila celah busi terlalu kecil, peredaman
dapat terjadi. Bila demikian, bahan bakar tidak
menyulut walaupun terjadi lontaran api.
PETUNJUK:
Apabila busi dengan heat range yang tidak sesuai
digunakan, karbon akan mengumpul pada elektroda
busi atau meleleh.
3. Uji lontaran api
(1) Putuskan semua konektor injektor supaya bahan
bakar tidak bisa diinjeksikan.
(2) Pindahkan ignition coil (dengan igniter) dan busi.
(3) Pasang lagi busi dalam ignition coil .
(4) Hubungkan ke konektor dan ground-kan busi. Periksa
apakah busi menghasilkan lontaran api ketika
menyalakan
mesin pada kondisi ini. Tes ini untuk menentukan silinder
mana yang tidak menghasilkan lontaran api.
PERHATIAN:
Jangan men-starter untuk tes busi selama 5 - 10 detik.
VVT-i dirancang untuk mengontrol intake camshaft
agar valve timing optimal terhadap kondisi mesin
VVT-i Throttle
Camshaft Position Sensor
Controller Position
Sensor
Camshaft
Timing Oil
Control Engine ECU
Valve Water Temp.
Sensor
Crankshaft
Position Air Flow
Sensor Meter
Sesuai dengan signal-signal berikut, ECU
menghitung timing katup yang optimal
Cara kerja VVT-i
Controller terdiri dari housing yang digerakkan
timing chain dan vane yang menyatu dengan
intake camshaft
Housing
Oil
Lock Pin Pressure
Vane
(Fixed on Intake Camshaft)
Camshaft timing oil control valve mengontrol
posisi spool valve sesuai dengan duty control dari
ECU mesin