Anda di halaman 1dari 24

dr.

Sahrun
 Sistem kardiovaskular  fungsi regulasinya
dapat merespon seluruh aktivitas
tubuhmekanisme meningkatkan suplai
darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi.
 Pada keadaan berat, maka aliran darah
tersebut lebih banyak diarahkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak
yang berguna untuk memelihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri
1. Jantung: sebagai organ pemompa
darah,
2. Komponen darah: sebagai pembawa
materi oksigen dan nutrisi,
3. Pembuluh darah: sebagai media atau
jalan dari komponen darah
 Mekanisme control regulasi yang digunakan
untuk meningkatkan supali darah secara aktif ke
jaringan dengan cara meningkatkan curah
jantung (cardiac output )
 Pengaturan curah jantung bergantung dari hasil
kali denyut jantung ( heart rate ) dan volume
sekuncup ( stroke volume ). Curah jantung orang
dewasa adalah antara 4,5 - 8 liter per menit.
 Peningkatan curah jantung dapat terjadi karena
adanya peningkatan denyut jantung dan atau
volume sekuncup
 Curah jantung dapat meningkat atau menurun akibat
gaya-gaya yang bekerja secara intrinsic di jantung.
 Control intrinsic curah jantung ditentukan oleh
panjang serat-serat otot jantung.
 Apabila serat otot-otot jantung direnggangkan
sampai batas tertentu, maka kontraktilitas atau
kemampuan jantung untuk memompa akan
meningkatmeningkatnya kekuatan setiap denyut
peningkatan volume sekuncup dan curah jantung.
 Penurunan peregangan serat-serat
ototkontraktilitas menurun dan kekuatan pada
setiap denyutan berkurangvolume sekuncup
berkurang dan dapat terjadi penurunan curah
jantung
 Kecepatan denyut jantung maupun volume
sekuncup dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis
dan para simpatis
 Saraf Aferen dari saraf glosofaringeal dan saraf
vagus membawa pesan dari reseptor sensori
sinus karotikus dan arkus aurta menuju ke
medulla oblongata sebagai pusat regulasi
jantung.
 Saraf simpatis dan parasimpatis keluar dari
batang otak kemudian memberikan stimulus
pada jantung dan melakukan fungsi regulasi
saraf simpatis yang lain.
 Saraf simpatis berjalan di dalam traktus saraf spinalis torakalis
menuju korteks adrenal untuk melepaskan neurotransmister
nonepinefrin, kemudian dilimpahkan ke sirkulasi guna membantu
aksi regulasi jantung ke nodus SA.
 Nonepinefrin berikatan dengan reseptor spesifik yang terdapat di
sel-sel nodus SAterjadi pengaktifan sistem perantara kedua
peningkatan kecepatan lepas muatan nodus dan peningkatan
denyut jantung.
 Peningkatan denyut jantung akan menurun apabila pengaktifan
saraf simpatis dan pelepasan nonepinefrin berkurang.
 Peningkatan atau penurunan kecepatan denyut jantung disebut
efek kronotropik positif atau negative
 Saraf simpatis mempersarapi sel-sel seluruh miokardium yang
menyebabkan terjadinya peningkatan gaya dari setiap kontraksi
pada tiap panjang serat otot tertentupeningkatan pada SV
(stroke volume) inotropik positif
 Berjalan ke nodus SA dan ke seluruh
jantung melalui saraf vagus.
 Saraf parasimpatis melepaskan
neurotransmitter asetikolin yang
memperlambat kecepatan depolarisasi
nodus SA, sehingga terjadi penurunan
kecepatan denyut jantung yang disebut
efek kronotropik negative.
 Perangsangan para simpatis kebagian-
bagian miokardium lainnya menurunkan
kontraktilitas dan volume sekuncup efek
inotropik negative
 Medula adrenal adalah suatu perluasan
sistem saraf simpatis.
 Perangsangan simpatismedulla
melepaskan norepinefrin ke dalam
sirkulasi jantungkronotropik dan
inotropik positif
 Denyut jantung (heart rate) normalnya berkisar 70
kali per menit.
 Dikontrol sendiri dari dalam jantung melalui
mekanisme regulasi dari SA Node, AV Node, dan
sistem Purkinye.
 Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung
dapat juga mendapat respons dari saraf simpatis
dan saraf parasimpatis melalui saraf otonom.
 Mekanisme yang terjadi adalah saraf simpatis
akan meningkatkan denyut jantung, sedangkan
stimulasi saraf parasimpatis menghambat
meningkatnya denyut jantung melalui nervus
vagus
 Adaempat refleks utama yang menjadi
media sistem saraf otonom untuk
meregulasi denyut jantung
1. Refleks Baroreseptor
2. Refleks Kemoreseptor
3. Refleks Bainbridge
4. Refleks pernapasan
 sensitifterhadap perubahan tekanan dan
regangan arteri
 Dirangsang oleh distensi dan
peregangan dinding aorta atau arteri
karotis
 Tekanan darah meningkat dan arteri
menegangmengirim impulsnya ke
pusat vasomotorpenghambatan pusat
vasomotor yangvasodilitasi
 Kemoreseptor merupakan merupakan seikat
sel saraf sensorik yang terletak di bagian
karotis, yaitu di percabangan arteri karotis dan
juga terletak di badan aorta di sebelah dalam
dari arkus aorta
 Refleks kemoreseptor sangat dipengaruhi oleh
respons dari beberapa alamen berikut ini.
1. Perubahan tekanan parsial oksigen dalam
arteri (PaO2)
2. Perubahan tekanan parsial karbondiksida
(PaCO2)
3. Perubahan konsentasi serum ion hydrogen
(pH)
 Kandungan oksigen atau pH darah turun atau
kadar karbondioksida dalam darah
 Meningkatkemoreseptor yang ada di arkus
aorta dan pembuluh-pembuluh darah besar di
leher mengirim impuls ke pusat vasomotor 
vasokonstriksi
 Respons jantung terhadap stimulasi
kemoreseptor dapat dibagi menjadi mekanisme
refleks primer dan sekunder.
 Refleks primer bradikardia paningkatan
tekanan parsial CO2 dan penurunan pH.
 Refleks sekunder  peningkatan kerja
pernapasan dan peningkatan denyut jantung
 Refleks bainbrige adalah untuk meningkatkan denyut
jantung akibat respons dari peningkatan venous return.
 Lokasi reseptor ini terletak di vena kava
 Ketika reseptor ini mengalami peregangan akibat
stimulasi dari peningkatan volume darah saraf eferen
akan meningkatkan denyutan  mentransmisikan
impuls ke pusat pengatur kardiovaskular di
medullameningkatkan saraf simpatis peningkatan
denyut jantung dan peningkatan curah jantung.
 Adanya mekanisme refleks ini mengatur frekuensi
jantung dan bertujuan agar seluruh isi pompa jantung
dapat dikembalikan secara sempurna menuju ke
jantung.
 Refleks pernapasan dengan nama lain
sinus aritmia merupakan fenomena
fisiologis yang normal.
 Adanya fluktuasi yang normal dari
denyut jantung terjadi bersamaan
dengan fase-fase pernapasan
 Regulasi (pengaturan) aliran balik
jantung untuk mengisi selama fase
diastole merupakan konsekuensi efek
dari curah jantung.
 Pengisian diastole yang disebut end-
diastolic volume akan terjadi pada setiap
pengeluaran volume sekuncup.
 Berhubungan dengan 2 faktor, yaitu
tekanan vena dan jumlah darah
 Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
tekanan darah adalah curah jantung,
tekanan pembuluh darah perifer, dan
volume/aliran darah.
 Faktor-faktor yang meregulasi(mengatur)
tekanan darah bekerja untuk periode
jangka pendek dan jangka panjang
 Regulasi Jangka Pendek
• Regulasi jangka pendek diatur oleh sistem
persarafan dan peranan pusat vasomotor
• control system persarafan terhadap tekanan
darah melibatkan baroreseptor dan serabut-
serabut aferennya, pusat vasomotor, dan serabut
vasomotor di medulla oblongata dan otot polos
pembuluh darah
 Regulasi jangka panjang
• Regulasi jangka panjang lebih banyak ditentukan oleh regulasi
ginjal
• Baroreseptor dengan cepat beradaptasi untuk meregulasi
peningkatan atau penurunan tekanan darah yang berlangsung
lama atau keadaan kronis.
 Regulasi ginjal: Ginjal mempertahankan homeostatis
tekanan darah dengan meregulasi volume darah.
 Ginjal bekerja, baik langsung maupun tidak langsung
dalam regulasi tekanan arteri dan bekerja untuk
mekanisme jangka panjang dalam mengotrol tekanan
darah (filtrasi glomerulus, angotensi, aldosteron,
eksresi urin)
 Mekanisme pengaruh langsung menggambarkan
kemampuan ginjal untuk memengaruhi volume darah

Anda mungkin juga menyukai