1
STRATEGI PENCAPAIAN TARGET
PENERIMAAN PAJAK
DARI SEKTOR KUKM
2
KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA
DALAM RANGKA PENINGKATAN
PENERIMAAN PAJAK DARI KUKM
INSTANSI
ASSOSIASI/
PEMERINTAH /
PERKUMPULAN
LEMBAGA
3
PENERIMAAN PAJAK DJP PENERIMAAN DALAM NEGERI
TAHUN PERAN DJP
(TRILIUN RUPIAH) (TRILIUN RUPIAH)
Penerimaan
DJP Tanpa PPh
Migas
5
KONTRIBUSI PAJAK DARI KUKM
Omset yang diterima selama setahun oleh Koperasi, Usaha Kecil, Menengah
baik dalam bentuk Orang Pribadi dan Badan adalah :
1. Koperasi Rp 1 s.d. tanpa batasan
2. Usaha Kecil Rp 301 juta s.d. Rp 5 Milyar
3. Usaha Menengah Rp 5 Milyar s.d. Rp 50 Milyar
2008 2009
Wajib Pajak (milyar) (milyar)
6
PERBANDINGAN PENERIMAAN PPh OP DAN PPh BADAN
REALISASI
JENIS PAJAK
2005 2006 2007 2008 2009
PPh Pasal 25/29 OP 1.569,9 1.815,3 1.574,9 3.608,1 3.346,7
PPh Pasal 25/29 Badan 51.391,8 64.838,1 81.173,2 106.368,0 120.316,1
Peranan PPh OP thd Total Penerimaan PPh 1,12% 1,10% 0,81% 1,44% 1,25%
Peranan PPh Badan thd Total Penerimaan PPh 36,61% 39,14% 41,68% 42,47% 44,97%
Rasio PPh OP thd PPh Badan 3,05% 2,80% 1,94% 3,39% 2,78%
*dalam miliar rupiah
7
8
JUMLAH WAJIB TERDAFTAR
S.D TAHUN 2008, TAHUN 2009 DAN TAHUN 2010
TAHUN TOTAL
S.D 2006 4.761.614
S.D 2007 6.999.808
S.D 2008 10.720.876
S.D 2009 16.452.414
2010* 18.599.796
MEMANFAATKAN DATA
YG DIMILIKI INSTANSI/ MEMANFAATKAN DATA EKSTENSIFIKASI
PEMERINTAH YG YG DIMILIKI DJP
MEMILIKI DATA KUKM
10
KETENTUAN PERPAJAKAN
BAGI KOPERASI dan UMKM
11
POINTERS KEWAJIBAN PERPAJAKAN UMKM
USAHA MIKRO
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1.memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau
2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta
USAHA KECIL
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
Perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
Tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
UMKM.
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1.memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500
juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2.memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak
Rp 2,5 miliar. 12
USAHA MENENGAH
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1.memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak
Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2.memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2, 5 miliar sampai dengan
paling banyak Rp 50 miliar.
13
Definisi & Kriteria Umum “UMKM”
Kriteria Mikro Kecil Menengah
Kekayaan bersih
> Rp50.000.000
(tidak termasuk Paling banyak
s.d > Rp500.000.000
tanah/bangunan Rp50.000.000
Rp500.000.000
)
> Rp300.000.000
> Rp2.500.000.000
Hasil penjualan Paling banyak s.d.
s.d.
tahunan Rp300.000.000 Rp2.500.000.000
> Rp50.000.000.000
14
Perlakuan Khusus Perpajakan Untuk UMKM
UU Perpajakan khususnya UU PPh yang terakhir diubah (UU No.36 tahun
2008 tentang perubahan Keempat UU No.7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan) banyak memberikan perlakukan khusus untuk Wajib Pajak
Koperasi dan UKM. Perlakukan khusus tersebut adalah :
1. Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi yang besarnya tidak melebihi dari Rp. 240.000,00 (dua ratus empat
puluh ribu rupiah) per bulan dikenakan tarif PPh atau 0% (nol persen) dan bersifat final;
Sedangkan penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi yang besarnya melebihi dari Rp. 240.000,00 (dua ratus
empat puluh ribu rupiah) per bulan dikenakan tarif PPh sebesar 10% (sepuluh persen)
dan bersifat final (Pasal 4 ayat (2) jo. PP No.15 Tahun 2009).
Dasar pertimbangannya adalah perbandingan perhitungan batas pokok simpanan koperasi
dengan investasi sejenis yaitu deposito/tabungan/SBI:
Simpanan Koperasi Deposito/Tabungan/SBI
UNTUK PEGAWAI YG KAWIN & MEMILIKI 3 TANGGUNGAN* (K/3) 18.000.000,- 1.500.000,- 21.120.000,- 1.760.000,-
*Tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus,
serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
No.81/PMK.03/2009).
Perlakuan Khusus Lainnya
Sesuai Pasal 9 UU KUP :
Bagi Wajib Pajak usaha kecil, jangka waktu pelunasan STP, SKPKB, serta SKPKBT,
dan SK Keberatan, SK Pembetulan,Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yakni dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan, dapat diperpanjang paling
lama menjadi 2 (dua) bulan.
Sesuai Pasal 9 UU KUP jo. PMK 187/PMK.03/2007, Kriteria Wajib Pajak usaha kecil
adalah :
2. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh koperasi dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat deviden berasal dari cadangan
laba yang ditahan dan (Pasal 4 ayat 3 huruf f UU PPh) bukan merupakan
objek PPh. Dengan demikian, apabila Koperasi dan UKM yang
berbentuk badan usaha menanamkan modal pada badan usaha lainnya
di Indonesia dan menerima dividen dari badan usaha tersebut, maka18
atas dividen yang diterima tidak dikenakan PPh
Insentif PPh
19
4. Bagi UMKM yang berbentuk badan usaha, tarif PPh badan menjadi tarif tunggal
yaitu 25% dan apabila memenuhi syarat (peredaran bruto setahun tidak melebih
Rp50.000.000.000) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari
25% atau menjadi 12,5% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,- (Pasal 31 E UU PPh).
Contoh :
Koperasi X tahun 2010 peredaran brutonya Rp2.500.000.000 (dua miliar lima ratus
juta rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp200.000.000.
maka perhitungan pajak terhutangnya : Rp200.000.000 x (25% x 50%) =
Rp25.000.000,-
Contoh :
UKM (PT.X) tahun 2010 peredaran brutonya Rp30.000.000.000 (tiga puluh miliar
rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000. (tiga miliar
rupiah),
maka perhitungan pajak terhutangnya :
1. Jumlah Penghasilan kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas :
(Rp4.800.000.000 : Rp30.000.000.000) x Rp3.000.000.000 = Rp480.000.000
2. Jumlah Penghasilan kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas :
Rp3.000.000.000 – Rp480.000.000 = Rp2.520.000.000
PPh yang terutang :
(50% x 25%) x Rp480.000.000 = Rp 60.000.000
25% x Rp2.520.000.000 = Rp 630.000.000 (+) 20
Jumlah PPh yang terutang Rp 690.000.000
Insentif PPN
1. Koperasi dan UMKM melakukan kegiatan usaha Impor dan penyerahan di dalam
negeri berupa Barang hasil makanan ternak,unggas dan ikan dan atau bahan baku
untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan, bibit dan atau benih dari
barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran atau
perikanan serta barang hasil peternakan PPN nya dibebaskan.
Dengan demikian, apabila Koperasi dan UMKM membeli jenis barang tersebut,
tidak akan dikenakan PPN (Peraturan Pemerintah Nomor :
12 Tahun 2001 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 .
2. Koperasi dan UMKM melakukan kegiatan usaha (melakukan penyerahan barang
dagangan atau jasa) di Batam, Bintan dan Karimun di bebaskan dari pengenaan
PPN termasuk apabila melakukan impor barang dari luar daerah tersebut, juga
dibebaskan dari PPN, PPh Pasal 22 import dan cukai (PP No.2 Tahun 2009);
3. Koperasi dan UMKM yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak melakukan
kegiatan menyerahkan minyak goreng sawit curah dan minyak goreng kemasan
sederhana dengan Merek MINYAKKITA, PPN-nya ditanggung oleh Pemerintah
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 25/PMK.011/2010 ttg PPN DTP atas
Penyerahan Minyak Goreng Kemasan Sederhana di Dalam Negeri utk Tahun
2010);
21
Beberapa Ketentuan Terbaru tentang PPN dan PPnBM yg
Penting Bagi UMKM Berlaku 1 April 2010
EXISTING Barang Hasil Tambang Golongan C adalah BKP yang dikenakan PPN.
3. Jasa Keuangan
EXISTING PPN tidak dikenakan atas jasa perbankan
5. Seluruh barang & jasa yg sebelumnya telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
EXISTING Jenis barang dari kelompok barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya, barang kebutuhan pokok, Makanan dan minuman yang disajikan
dihotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, uang, emas batangan, surat-surat
berharga, jasa pelayanan kesehatan medik, jasa pelayanan sosial, jasa asuransi, jasa
keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jasa penyiaran yang bukan bersifat
iklan, jasa angkutan umum di darat, di air, dan jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri, jasa tenaga kerja, jasa yang
disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa
perhotelan, dan Jasa boga atau katering ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
PERUBAHAN Jenis barang dari kelompok barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya, barang kebutuhan pokok, Makanan dan minuman yang disajikan
dihotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, uang, emas batangan, surat-surat
berharga, jasa pelayanan kesehatan medik, jasa pelayanan sosial, jasa asuransi, jasa
keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jasa penyiaran yang bukan bersifat
iklan, jasa angkutan umum di darat, di air, dan jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri, jasa tenaga kerja, jasa yang
disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa
perhotelan, dan Jasa boga atau katering ditetapkan langsung di dalam UU
23
Beberapa Ketentuan Terbaru tentang PPN dan PPnBM yg
Penting Bagi UMKM Berlaku 1 April 2010
6. Ketentuan lainnya (menunggu peraturan pelaksanaan)
No. Pokok Perubahan
Dikenakan PPN sebesar 0% atas:
1. Ekspor JKP.
1 2. Ekspor BKP tidak berwujud
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2010 tentang Batasan Kegiatan dan Jenis Jasa
Kena Pajak yang atas Ekspornya Dikenai Pajak Pertambahan Nilai)
Pengenaan PPN atas penyerahan aktiva yg menurut tujuan semula tidak diperjualbelikan meliputi
seluruh aktiva, kecuali atas penyerahan aktiva yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
2 usaha, serta penyerahan aktiva berupa sedan dan station wagon
Barang Kena Pajak yang dialihkan dalam rangka merger tidak dikenakan PPN, dengan syarat
3 semua perusahaan yang terlibat telah terdaftar sebagai PKP
(Pasal 1A ayat 2 huruf d UU PPN)
PPN atas penyerahan JKP yang dibatalkan dapat dikurangkan dari PPN yang terutang.
4 (Peraturan Menteri Keuangan - 65/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengurangan Pajak Pertambahan
Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Barang Kena Pajak
Yang Dikembalikan Dan Pajak Pertambahan Nilai Atas Jasa Kena Pajak Yang Dibatalkan)
5 Tarif PPnBM Paling rendah 10% dan Paling Tinggi 200%.
9 PKP tidak dikenai sanksi apabila menerbitkan Faktur Pajak yang tidak memuat:
1. Identitas pembeli; atau
2. Identitas pembeli, serta nama dan tanda tangan untuk FP yang
diterbitkan oleh pedagang eceran
(Pasal 14 ayat (1) UU KUP)
10 Pemusatan tempat pajak terutang cukup dengan pemberitahuan oleh WP
(Pasal 12 ayat (1) UU PPN)
11 PM yang boleh dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang masih dalam tahap belum
berproduksi terbatas PM yang berasal dari perolehan dan/atau impor barang modal
12 Perlakuan Pajak Masukan atas Barang Kena Pajak yang dialihkan yang belum dikreditkan
oleh Pengusaha Kena Pajak yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak yang menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya
pengalihan dan Pajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau
dikapitalisasi.
13 Penyetoran dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan dan
pelaporan dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
25
26