Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

GENERAL ANESTESI PADA


TINDAKAN ORIF FRAKTUR
MENDIBULA DEXTRA
Oleh:
Ruth Joice S. Sitanggang
Pembimbing:
dr. Diah Widyanti, Sp. An, KIC

SMF ANESTESI DAN REANIMASI-PERAWATAN INTENSIF


RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA
BAB I. PENDAHULUAN
• Fraktur: Diskontinuitas dari jaringan tulang.
• Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak > dari tulang
wajah lainnya.
• Fraktur mandibula ±40% – 62% dari seluruh fraktur wajah,
dengan perbandingan pria-wanita 3 : 1 – 7 : 1 tergantung dari
penelitian dan Negara.
• Tatalaksana untuk fraktur madibula diantaranya andalah
tindakan operatif yang membutuhkan tindakan anestesi.
• Anestesi umum: tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang reversibel.
• Komponen trias anestesi ideal terdiri dari analgesia, hipnotik,
dan relaksasi otot.
• Pemilihan anestesi berdasarkan keadaan penderita, sifat
anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta
obat yang tersedia.
• Obat anestesi umum ideal pada dosis yang aman mempunyai
daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian
mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek
samping yang merugikan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Fraktur
Menurut Etiologi Menurut hubungan dengan
• Fraktur Trauma: jaringan ikat sekitar
1. Truma Langsung (Direk) • Fraktur tertutup
2. Trauma Tidak Langsung • Fraktur terbuka
(Indirek) • Fraktur komplikasi
• Fraktur Fatigue/ Stress Menurut Pola Fraktur
• Fraktur Patologis • Fraktur Komplit
• Fraktur Inkomplit
• Fraktur Komunitif
• Fraktur Kompresi
Menurut Lokasi MANIFESTASI KLINIS
• Perubahan Oklusi
• Anesthesia, Paresthesia, atau
Diesthesia pada Bibir Bawah
• Pergerakan Abnormal
Mandibula
• Perubahan pada Kontur dan
Bentuk Lengkung Mandibula
• Laserasi, Hematoma, dan
Ekimosis
• Kehilangan Gigi dan Krepitasi
Saat Palpasi
• Rubor, Kalor, Tumor, dan Dolor.
PEMERIKSAAN PENUNJANG • Stabilisasi sementara bagian yang
• Radiologi: Foto Skull, Foto terkena fraktur dengan perban
Panoramik, CT-Scan barrel
• Diet lunak, menjaga kebersihan
rongga mulut dan menggerakkan
TATALAKSANA
rahang dengan pelan
Terapi Konservatif
• Follow – up
Garis fraktur pada hasil radiografis
Terapi Operatif
tapi tidak terlihat displacement.
• Reduksi
• Analgetik
• Fiksasi
• Antibiotik
• Imobilisasi
GENERAL ANESTESI
• Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat reversible.
• Untuk Persiapan induksi anesthesia, di siapkan STATICS
S: Scope
• Stetoskop
• Laringoskop (blade sesuai usia pasien)
T: Tubes
• Pipa trake (Usia < 5 tahun tanpa balon dan >5 tahun dengan
balon/ Cuffed)
A: Airway
• Pipa mulut faring (guedel/ orotracheal tube airway) atau pipa
nasofaring.
T: Tape
• Plester untuk fiksasi
I: Introducer
• Mandrin atau stilet
C: Connector
• Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia.
S: Suction
• Penyedot
Tatalaksana Anestesi pada tindakan Bedah
Mulut
Evaluasi
• Penilaian status pasien
• Evaluasi status generalis
• Evaluasi khusus terhadap penyulit intubasi trakea
Persiapan pra bedah
• Persiapan rutin
• Persiapan khusus
Premedikasi, diberikan secara intravena 10 – 15 menit pra
induksi dengan obat – obat sebagai berikut :
• Petidin 0,5 – 1 mg/kgBB
• Fentanyl 1,2 µg/kgBB
• Atropin 0,01 – 0,02 mg/kgBB
Induksi
*Pada kasus normal, induksi dan intubasi dilakukan secara
konvensional, yaitu :
• Induksi dengan propofol 2 – 3 mg/kgBB IV
• Berikan pelumpuh otot untuk fasilitas intubasi
• Laringoskopi dan intubasi trakea
*Pada kasus yang diduga mengalami kesulitan intubasi trakea,
dilakukan upaya sebagai berikut.
• Induksi dilakukan dengan obat – obat neuroleptik dan petidin
atau fentanyl
• Lakukan analgesia topical dengan lidokain semprot pada
rongga hidung/ mulut sampai trakea
• Tunggu sampai efek analgesia optimal, selanjutnya lakukan
laringoskopi pasang PET nasal
Pemeliharaan anastesia
• Buat posisi ekstensi kepala leher untuk memudahkan
manipulasi operator
• Pemeliharaan dengan oksigen dan sevofluran atau isofluran
atau desfluran dengan dosis antara 1 – 2 vol %, selanjutnya
disuaikan.
• Pola nafas kendali dengan fasilitas obat pelumpuh otot non
depolarisasi
• Pemantauan selama anastesia.
• Terapi cairan dan transfusi darah: perdarahan < 20 % EBV
pasien → cairan pengganti kristaloid atau koloid, sedangkan
perdarahan > 20 % berikan transfusi darah.
Pemulihan anastesia
• Hentikan aliran obat inhalasi anastesia dan berikan oksigen
100%, berikan obat penawar pelumpuh otot sesuai dosis.
• Bersikan rongga mulut dari bekuan darah dan lendir.
• Ekstubasi PET dilakukan setelah pasien sadar baik, nafas
kontan adekuat dan jalan nafas sudah bersih.
Pasca bedah
• Perhatian khusus ditujukan pada perdarahan luka operasi yang
menimbulkan sumbatan jalan nafas
• Pasien dikirim kembali keruang rawat setelah memenuhi kriteria
pemulihan.
Kesulitan Intubasi
Faktor resiko kesulitan intubasi (DAS 2015) :
• Pembukaan mulut kurang dari 4 cm
• Jarak thyromental kurang dari 6 cm
• Mallampati skor lebih dari III atau lebih
• Prognathism
• Berat badan lebih 110 kg
• Riwayat kesulitan intubasi sebelumnya.
1
BAB III. LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN • Pekerjaan : Wiraswata
• Nama : Tn. VMB • Tinggi Badan : 167 cm
• Umur : 25 tahun • Berat Badan : 84 kg
• Tgl Lahir : 5 – 7 - 1993 • Tanggal MRS : 3 – 12 - 2018
• JK : Laki – laki • Nomor RM : 04 90 02
• Suku : Sarmi
• Pendidikan: SMA ANAMNESIS (Autoanamnesis)
• Alamat : Kali Acai • KU: Nyeri pada rahang bawah
bagian kanan.
• RPS:
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada rahang bawah
sebelah kanan yang dirasakan sejak ± 1 minggu SMRS. Nyeri
yang dirasakan terus-menerus, terutama jika pasien sedang
mengunyah, pasien juga sulit menutup rapat mulut sehingga
hanya mengkonsumsi bubur. Nyeri awal mula setelah terkena
pukulan menggunakan benda tumpul pada dagu kanan, gusi
berdarah (+), gigi bawah sebelah kanan goyang (+), pusing (+),
luka terbuka (-), keluar darah dari hidung (-), muntah (-).
• Pasien riwayat berobat, nyeri dirasakan berkurang setelah
mengkonsumsi anti nyeri, tetapi muncul lagi setelah beberapa
jam kemudian. Pasien juga mengeluh dagu kanan
membengkak, demam (-), sakit kepala (-), sesak nafas (-), nyeri
perut (-). BAB- BAK dalam batas normal.

RPD: Riw. Trauma tumpul 1 minggu lalu, hipertensi (-), diabetes


mellitus (-), Penyakit kardiovaskular (-), Penyakit Pernapasan (-),
Riw. Operasi sebelumnya (-), Riw. Anestesi (-).
• RPK: Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit
seperti pasien, asma (-), alergi (-), penyakit jantung (-),
Diabetes Melitus (-), Riwayat hipertensi kedua orang tua
pasien.
• Riwayat Alergi: alergi makanan, alergi obat (-).
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda – tanda Vital
• Kesadaran : Compos Mentis
• GCS : E4V5M6
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 89 x/menit
• Respirasi : 18 x/menit
• Suhu : 36,3oC
2. Status Generalis

Kepala/ Leher :
I: Normocephali, Edema (+) regio mandibularis D
P: NT (+) regio mandibularis D, Krepitasi (-), > KGB (-).
Gerak: Trismus (-), Leher bergerak bebas.
• Mata: Conjungtiva Anemis (-/-) ; Sklera Ikterik (-/-);
Sekret (-/-) Pupil isokor 3 mm D = S
• Mulut: OC (-); Massa (-); Faring tidak hiperemis; Tonsil
(T1 = T1) ; Gigi Geligi: 5 goyang, Perdarahan gusi (-),
Malampati II, Maloklusi open bite dextra.
Toraks
• Paru
I: Datar, simetris, ikut gerak napas, Retraksi interkostalis (-)
P: Taktil fremitus (D = S); Vocal fremitus (D = S)
P: Sonor di kedua lapang paru
A: SN Vesikuler (+/+)Rhonki (-/-) ; Wheezing (-/-)Pleural
friction rub (-/-)
• Jantung
I: Iktus Cordis tidak terlihat; Thrill (-)
P: Iktus Cordis teraba pada ICS V Midline Clavicula sinistra
P: Pekak (Batas jantung dalam batas normal)
A: BJ I=II reguler, murmur (-), S3 gallop (-)
Abdomen
I: Datar, Supel, Jejas (-)
P: NT (-), Hepar/Lien : (tidak teraba membesar)
P: Tympani
A: Bising usus (+) Normal 2-3x/menit
Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2 detik, Edema
: (-), fraktur : (-)
Genitalia: Tidak ada kelainan. Dalam batas normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Pemeriksaan (3 Des 2018) Hasil Nilai Rujukan
1 Eritrosit 6,16 juta/ul 4,4 – 5,9 juta/ul
2 Leukosit 8,44 ribu/ul 3,8 – 10,6 ribu/ul
3 Hemoglobin 14,0 g/dl 12,2 – 14,3 g/dl
6 Hematokrit 44,4% 40 – 52%
7 Trombosit 293 150 – 400 ribu/ul
8 Gula Darah Sewaktu 102 mg/dL <200 mg/dl
9 Golongan Darah O
10 PT 11,7 S 10,2 – 12,1 S
11 APTT 30,3 S 24,6 – 34,4 S
No Pemeriksaan (3 Des 2018) Hasil Nilai Rujukan

1 Kreatinin 1,03 mg/dl 0,62 – 1,10 mg/dl

2 Ureum 4,6 mg/dl 17 – 39 mg/dl

3 Natrium 142 mmol/L 130 - 143 mmol/L

4 Kalium 4,24 mmol/L 4,6 – 5,3 mmol/L

5 ALT 9,6 U/L < 41,0 U/L

6 AST 7,7 U/L <40,0 U/L


Foto Panoramik 28 Nov 2018
Gambaran: Garis fraktur memanjang dari foramen mental sampai
dentoalveolar pre molar 1 – 2
Kesan: Fraktur Body Mandibula Dextra
DIAGNOSIS KERJA
Fraktur Body Mandibula Dextra

DIAGNOSA BANDING
Abses Mandibula

RENCANA TERAPI
• Amoxicillin 500mg/ 8 jam
• Asam Mefenamat 500mg/ 8 jam
• Konsul Spesialis Bedah Mulut
Jawaban Konsul drg. MP, Sp. BM (3/12/2018)
S: Nyeri pada rahang bawah kanan dan mulut tidak dapat
tertutup rapat
O: St. Generalis: KU baik dan Tanda vital stabil
St. Lokalis: Asimetri Wajah (-), Maloklusi (+) open bite
Dextra, Abnormal movement parasmpisis Dextra.
A: Fraktur Mandibula Dextra
P: Pro IMF + ORIF Mandibula Dextra
Konsultasi Anestesi
Jawaban Konsul dr.DW, SpAn. KIC (5/12/2018) :
• Informed consent
• Puasa 8 jam
• Infus RL 15 TPM
• Siap darah 2 bag
Status Pre Operasi

Tidak terpasang DC, BAK (+) normal


Laporan Anestesi
Observasi Tanda Vital Durante Operasi
Instruksi Post Operasi
• IVFD RL:D5% 1000:500 cc / 24 jam
• Injeksi Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
• Injeksi Antrain 1 gr/ 8 jam
• Injeksi Ranitidin 50mg/ 12 jam
• Pasien sadar baik, boleh minum pukul 16.00 WIT, bila tidak
muntah boleh makan pukul 17.00 WIT.
• Observasi tanda – tanda vital dan tanda perdarahan.
Terapi Cairan
BAB IV. PEMBAHASAN
PENENTUAN PS ASA
Status fisik pada pasien ini dimasukkan ke dalam PS ASA I atau
Pasien dengan penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.
Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan
faali, biokimiawi dan psikiatris. Angka mortalitas 2%.
PENENTUAN JENIS ANESTESI YANG DIPILIH

• Jenis anestesi yang digunakan bergantung pada penyakit,


keadaan pasien dan jenis operasi yang akan dilakukan. Pada
kasus yang memerlukan tindakan operasi bedah mulut, sinus
paranasalis dan maksilo fasial dilakukan general anestesi
inhalasi dengan intubasi. Pada pasien ini dipilih teknik general
anestesi inhalasi dengan teknik nasal intubasi karena lapang
operasi adalah tulang regio mandibula
• Induksi inhalasi dilakukan dengan sevofluran karena induksi
dan pulih anestesi lebih cepat disbanding isofluran, baunya
tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas. Efek
terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan
aritmia.
• Rumatan pada pasien adalah rumatan campuran.
PENENTUAN OBAT ANESTESI YANG DIPILIH

Premedikasi
• Petidin 30 mg & fentanyl 50 mcg, merupakan analgetik narkotik
yang digunakan untuk mengurangi cemas dan ketegangan
pasien menghadapai pembedahan, mengurangi nyeri, dan
membantu agar anestesi berlangsung baik.
• Midazolam 5 mg, merupakan golongan benzodiazepin memiliki
efek yang berguna untuk meredakan ansietas, sedasi dan
amnesia.
Induksi
• Propofol 100 mg, menurunkan tekanan darah sistemik kira-kira
30% tetapi efek ini lebih disebabkan oleh vasodilatasi perifer
sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan
kesadaran segera terjadi setelah pemberian obati, dan
pemulihan kesadaran juga berlangsung cepat, pasien akan
bangun setelah 4-5 menit tanpa disertai efek samping, misalnya
mual, muntah, sakit kepala dan lain-lain.
Pelumpuh otot
• Atrakurium 40 mg, merupakan pelumpuh otot non depolarisasi
yang berikatan dengan reseptor nikotinik kolinergik, tetapi tidak
menyebabkan depolarisasi. Obat ini akan memberikan efek
relaksasi dalam waktu 15-35 menit. Kegunaan obat ini yaitu
untuk intubasi endotrakea, membuat relaksasi daerah yang
akan dioperasi, menghilangkan spasme laring dan refleks jalan
napas.
• Setelah operasi diberikan obat nalokson sebagai antagonis dari
fentanyl yang memiliki efek kekakuan pada otot. Diberikan
antikolinesterase untuk membantu kembalinya fungsi saraf otot
pasca pemberian pelumpuh otot.
CRITICAL POINT PADA KASUS
TERAPI DAN RESUSITASI CAIRAN PERIOPERATIF
BAB V. PENUTUP
• Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, status fisik pada pasien ini dimasukkan ke dalam
PS ASA I.
• Pada kasus dipilih teknik general anestesi inhalasi dengan
nasal intubasi, berdasarkan jenis operasi yang akan dilakukan.
• Pada kasus premedikasi yang digunakan adalah petidin 30 mg,
midazolam 5 mg dan fentanyl 50 mcg.
• Pada pasien ini digunakan rumatan inhalasi sevofluran dan
obat anestesi intravena.
• Critical point pada kasus ini adalah teknik anestesi yang
digunakan. Jenis anestesi yang digunakan bergantung pada
penyakit dan keadaan pasien.
• Terapi cairan sebelum, selama dan setelah operasi berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mencegah
terjadinya syok dan komplikasi lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai