Anda di halaman 1dari 29

Dermatitis Kontak Alergi dengan

Infeksi Sekunder

Nama mahasiswa : Christian Sarmento Giam


NIM : 112015375
Pembimbing : dr. Chadijah Rifai Latief, SpKK
Identitas
• Nama : Denny Malik
• Umur : 14 tahun
• Alamat : kec. Pademangan
• Keluhan utama : terasa gatal pada luka di
kedua kaki sejak 1 minggu SMRS
• Keluhan tambahan : ada rasa nyeri pada
sekitar luka, disertai demam.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh
timbulnya benjolan berwarna putih kehijauan.
Ibu pasien membawanya berobat ke
puskesmas dan diberi salep. Setelah memakai
salep tersebut muncul gatal serta
menggaruknya dan kulitnya mengelupas. Ibu
pasien mengatakan adanya demam, Tidak ada
riwayat alergi maupun asma.
Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga pasien, tidak ada yang memiliki


keluhan yang serupa dengan pasien.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos Mentis
• TTV : Tidak dilakukan
Status dermatologis

– Lokasi : kaki kiri dan


kanan
– Distribusi: regional,
multipel
– Bentuk : irreguler
– Batas : tegas
– Ukuran : plakat
– Efloresensi : vesikel
berkelompok, ekskoriasi
dengan krusta, batas
tegas
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang
tidak dilakukan
Diagnosis Kerja
• Dermatitis Kontakl Alergi dengan infeksi
sekunder
Diagnosis Banding

• Dermatitis kontak iritan


Penatalaksanaan

• Non-medikamentosa :
Pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen
penyebab.
• Medikamentosa :
-kortikosteroid : Dexametasone 3 x 1 mg
-antihistamin : cetirizine1x1
- antibiotik : Amoksisilin 3 X 500 mg
Pencegahan
• Hindari bahan alergen
Tinjauan Pustaka

Dermatitis Kontak Alergi


Dermatitis Kontak Alergi
• Peradangan kulit yang terjadi setelah kulit
terpajan dengan bahan alergen melalui proses
sensitasi. Reaksi Imunologik Tipe IV
Epidemiologi
• DKI lebih banyak dari DKA
• Jumlah DKA meningkat seiring bertambahnya
produk yang mengandung bahan kimia yang
digunakan masyarakat
Etiologi

Penyebab munculnya adalah bahan kimia sederhana


dengan berat molekul yang umumnya rendah,
merupakan alergen yang belum diproses disebut
hapten, bersifat lipofilik, dan dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di
bawahnya .
Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA
adalah mengikuti respon imun yang
diperantarai oleh sel atau reaksi imunologi
tipe IV yaitu suatu reaksi hipersensitivitas tipe
lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase
yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Hanya
individu yang telah mengalami sensitisasi
dapat mengalami DKA.
Manifestasi klinik
• Riwayat terpajan dengan alergen
• Terjadi reaksi beruba dermatitis, setelah pajanan
ulang dengan alergen tersangka yang sama
• Bila pajanan dihentikan, lesi membaik, sedangkan
bila pajanan berulang maka lesi memberat.
• Gejala subyektif berupa gatal
• Terdapat tanda dermatitis ( akut, subakut,kronis)
• Lesi bersifat lokalisata, batas tegas, bentuk sesuai
penyebab
• Type
akut  eritem dan edema pada, dapat berupa
papul, dalam beberapa reaksi dapat berupa
bula, erosi, dan krusta
subakut  plaque dengan eritem
kronik  plaque dengan likenifikasi, ekskoriasi,
eritem, pigmentasi
Pemeriksaan penunjang

• Test kulit ( tes tempel ) untuk mencari


penyebab
Uji Tempel (Patch Test )
• Tes menggunakan antigen standard

• Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:


1. Dermatitis yang terjadi harus dalam keadaan tenang
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah
pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan
3. Uji tempel dibuka setelah 48 jam, kemudian dibaca ;
pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3 – 7
4. Pasien dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji
tempel menjadi longgar
5. Pasien dilarang mandi minimal 48 jam
Hasil dari uji tempel (Patch Test)
• Setelah 48 jam , uji tempel dilepas dan pembacaan
pertama dilakukan 15 – 30 menit setelah dilepas

• Hasilnya :
 +1 : reaksi lemah (non vesikuler) : eritema, infiltrat,
papul (+)
 +2 : reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
 +3 : reaksi sangat kuat : bula atau ulkus (+++)
 +- : meragukan : hanya makula eritematosa
 IR : iritasi : seperti terbakar, pustul atau purpura (IR)
 NT : tidak dites (Not Tested)
Diagnosis Banding

• Dermatitis kontak iritan


• Dermatitis atopi
• Dermatitis seboroik ( di kepala )
Penatalaksanaan

Non-medikamentosa
• Hentikan pajanan alergen tersangka
• Penilaian identifikasi alergen (test tempel
lanjut dengan bahan yang lebih spesifik)
• Anjuran penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai
Medikamentosa
• Sistemik : simptomatis sesuai gejala dan gambaran
klinis
• Gatal : antihistamin golongan kedua
• Kortikosteroid (prednisone 30mg/hari)
• Topikal sesuai dengan sajian klinis
Prognosis

prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat


disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila
terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor , endogen
(dermatitis atopik, dermatitis numularis), atau terpajan oleh
alergen yang tidak mungkin dihindar misalnya berhubungan
dengan pekerjaan terentu atau terdapat pada lingkungan
penderita.

Anda mungkin juga menyukai