Anda di halaman 1dari 44

PENATALAKSANAAN PASIEN

KELAINAN SISTEMIK SEBELUM


DILAKUKAN TINDAKAN BEDAH
MINOR
Pembimbing : drg. Meiske Paoki, Sp.BM

Oleh : Edwin P. Mudumi


NIM : 0110840046
PENDAHULUAN

 Bedahdiartikan sebagai diagnosis dan pengobatan medis atas


cedera, cacat dan penyakit melalui operasi
 Prosedur
pembedahan di kelompokkan menjadi dua yaitu minor
dan mayor
 Bedahminor adalah pembedahan sederhana sedangkan
pembedahan mayor merupakan pembedahan yang
mengandung risiko cukup tinggi
HIPERTENSI
1.HIPERTENSI

Hipertensi adalah kondisi medis dengan tekanan darah di


arteri yang meningkat, di tandai dengan tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg
TABEL KLASIFIKASI HIPERTENSI
MENURUT JNC VII

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik


Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 80-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg
PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
Pada umumnya
hipertensi tidak
mempunyai penyebab  Genetik
yang spesifik. Hipertensi  Obesitas
terjadi sebagai respon
peningkatan cardiac  Jenis kelamin
output atau  Stres
peningkatan tekanan
 Kurang olahraga
perifer. Namun ada
beberapa faktor yang  Pola asupan garam
mempengaruhi dalam diet
terjadinya hipertensi
 Kebiasaan Merokok
antara lain :
Diagnosis Penatalaksanaan
 Hipertensi
dapat didiagnosis  Prosedur perawatan gigi untuk
dengan mengukur tekanan hipertensi harus di perhatikan
darah pasien. sebelum melakukan tindakan
bedah minor untuk
 pasien dianggap hipertensi menghindari resiko perdarahan
jika tekanan sistoliknya pasca operasi dan
sama dengan atau vasokonstriksi yang terjadi
melebihi 140 mmHg, dan akibat penggunaan anestesi
jika tekanan diastolik lebih lokal.
besar atau sama dengan  Pada pasien yang sangat
90 mmHg, atau pasien cemas bisa diberikan dosis kecil
pernah menerima obat diazepam (5 mg) atau short
antihipertensi. acting benzodiazepin, seperti
oxazepam (30 mg) malam
sebelumnya dan 1 jam
sebelum ke dokter gigi.
2. STROKE
 Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam
beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan
daerah yang terganggu.

 Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak


local maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung
lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak.
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
 Seorang pasien dengan stroke harus mendapatkan perhatian
khusus selama perawatan gigi.

 Pasien cacat harus dibantu oleh perawat untuk duduk di kursi


tindakan, saluran pernapasan harus dipastikan bebas dan harus
ditemani oleh orang yang merawat mereka, terutama jika ada
kesulitan bicara

 Obat antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan serius, oleh


karena itu obat antikoagulan seperti heparin harus dihentikan
setidaknya 6-12 jam sebelum tindakan.
3.PASIEN GRAVID (KEHAMILAN)

 Kehamilan merupakan suatu fase  Selain itu, selama perawatan yang juga perlu
penting dalam kehidupan diperhatikan adalah posisi pasien wanita hamil
seorang perempuan dan ditandai di kursi dental. Posisi pasien wanita hamil
dengan perubahan fisik dan berbeda dengan posisi pasien pada umumnya.
fisiologis. Perubahan ini Perkembangan janin setiap pekannya
berdampak signifikan pada
menyebabkan rahim ibu juga mengalami
hampir semua sistem organ tubuh,
perbesaran sehingga perut akan tampak
termasuk rongga mulut. Perlakuan
membesar pula. Jika pasien diposisikan pada
khusus diperlukan bagi seorang
wanita ketika akan menjalani posisi supinasi atau terlentang maka akan
perawatan bedah mulut sehingga berdampak buruk pada pasien sehingga
tidak menimbulkan risiko untuk ibu dokter gigi perlu mengetahui posisi yang aman
dan perkembangan janin. bagi pasien wanita hamil di kursi dental.
 Saat melakukan tindakan, pasien
tidak boleh diposisikan terlentang di
kursi dental untuk mencegah vena
cava inferior tertekan yang akan
menyebabkan terjadinya hipotensi.

Gambar 3.3. Posisi ibu hamil di kursi


dental
 Perubahan pada rongga mulut wanita hamil

 Perubahan oral meliputi gingivitis, hiperplasia gingiva, pyogenic


granuloma, dan perubahan aliran saliva. Peningkatan dari
sirkulasi estrogen menyebabkan meningkatnya permeabilitas
kapiler sehingga menjadi predisposisi ibu hamil untuk mengalami
gingivitis dan hiperplasia gingiva. Kehamilan tidak hanya
menyebabkan penyakit periodontal tetapi memperparah
kondisi yang sudah ada.
1) Pregnancy gingivitis
BERIKUT BEBERAPA MASALAH KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA
WANITA HAMIL ANTARA LAIN
 Sebagian besar wanita hamil
menunjukkan perubahan pada gingiva
akibat kurangnya kesadaran menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Gingiva
terlihat lebih merah dan mudah
berdarah ketika menyikat gigi, yang
dikenal dengan istilah gingivitis.
Penyebabnya adalah meningkatnya
hormon seks wanita dan vaskularisasi
gingiva sehingga memberikan respon
yang berlebihan terhadap iritasi lokal.
Selama kehamilan, tingkat progesteron
pada wanita hamil dapat mencapai
sepuluh kali lebih tinggi dari biasanya.
Hal ini dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri tertentu yang Gambar 3.1. Pregnancy
menyebabkan peradangan gingiva. gingivitis pada ibu hamil
2) Pregnancy tumor
Pregnancy tumor terlihat sekitar 1-
5% pada wanita hamil. Lesi terlihat
sebagai eritematous dengan
permukaan licin dan
pembengkakan yang biasanya
terdapat pada aspek labial dari
papilla interdental. Bagian lain dari
rongga mulut seperti lidah,
palatum, dan mukosa bukal dapat
terlibat. Lesi ini termasuk jinak dan
terlihat pada akhir trimester Gambar 3.2. Pregnancy tumor pada
ibu hamil
pertama.
3) Erosi
Rasa mual dan muntah merupakan gejala yang biasa
ditemukan pada wanita hamil. Rasa mual dan muntah yang
berlebihan dapat menyebabkan erosi pada enamel selama
terjadi kontak yang terus-menerus antara permukaan gigi
dengan asam lambung. Untuk mencegah erosi, wanita hamil
disarankan untuk menggunakan obat kumur yang mengandung
fluoride dan tidak langsung menyikat gigi setelah muntah.
4) Mobilitas gigi meningkat
Selama kehamilan, hormon seks perempuan seperti estrogen
dan progesterone meningkat dan menunjukkan semakin
melemahnya ligament periodontal yang dapat menyebabkan
peningkatan mobilitas gigi. Kegoyangan atau mobilitas gigi
yang parah menunjukkan penyakit periodontal yang parah dan
harus dievaluasi oleh dokter gigi secepat mungkin
5) Karies gigi
Kehamilan tidak langsung menyebabkan terjadinya karies
gigi. Faktor-factor yang dapat mendukung lebih cepatnya
proses karies gigi yang sudah ada pada wanita hamil antara
lain pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan
dengan wanita yang tidak hamil dan konsumsi makanan
ringan yang mengandung gula.
6) Periodontitis
Periodontitis merupakan inflamasi dektruktif jaringan
periodonsium yang mempengaruhi hampir 30% wanita hamil.
Proses inflamasinya melibatkan infiltrasi bakteri ke jaringan
periodonsium.
 Obat-obatan yang bersifat teratogenik
Obat teratogenik adalah obat-obat yang dapat berkontribusi
terhadap kelainan perkembangan pada janin seperti celah bibir,
celah langit-langit, perubahan warna gigi, dan sebagainya. Risiko
terbesar bagi janin terpapar teratogen terjadi pada usia tiga sampai
delapan minggu setelah pembuahan. Selama waktu tersebut,
terkadang ibu tidak menyadari bahwa dia sedang hamil.
Berikut beberapa contoh obat-obatan yang bersifat teratogenik,
antara lain:
1. Diazepam (Valium)
2. Midazolam (Versed)
3. Lorazepam (Ativan)
4. Triazolam (Halcion)
5. Tetrasiklin
6. Kodein
PENATALAKSANAAN

 Perawatan bedah mulut minor dapat dilakukan saat hamil namun


yang harus diingat adalah kondisi fisiologis yang terjadi pada wanita
hamil.
 Pencabutan gigi pada wanita hamil tidak boleh dilakukan pada
trimester pertama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pembentukan
organ terjadi selama trimester ini. Liver, jantung, ginjal, dan
sebagainya dibentuk pada trimester pertama kehamilan. Janin
berisiko tinggi mengalami malformasi jika sang ibu dalam keadaan
stress. Jika tindakan pencabutan gigi sangat diperlukan pada
trimester ini, maka sebaiknya tindakan dilakukan pada akhir
trimester pertama
 Antibiotik yang aman digunakan selama kehamilan
 Setiap pemakaian obat pada kehamilan tanpa memandang
usia hamil kemungkinan dapat menimbulkan kelainan pada
janin baik fisik maupun mental dalam tingkat ringan sampai
berat. Hampir semua antibiotik dapat melintasi plasenta
sehingga berpotensi mempengaruhi janin
 Olehkarena itu, penting bagi kita untuk mengetahui antibiotik
yang aman digunakan selama kehamilan, antara lain:
1. Semua jenis penisilin
2. Semua jenis sefasporin
3. Eritromisin
4. Azitromisin
5. Klindamisin
6. Metronidazol
 Analgesik yang aman digunakan selama kehamilan
 Analgesik
atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
 Acetaminofen (Tylenol/Tempra/Panadol) atau paracetamol
termasuk dalam kategori B yang paling aman digunakan
selama kehamilan.
 Anestesi lokal yang aman digunakan selama kehamilan
 Anestesilokal mampu melewati barier plasenta dan masuk ke
dalam aliran darah janin dengan cara difusi pasif sehingga
obat-obat ini memberikan efek yang sama pada ibu dan janin.
Namun, kebanyakan anestetikum lokal aman dan
nonteratogenik. Anestetikum lokal yang aman digunakan saat
kehamilan antara lain:
1.Lidokain (Xylocaine/Lignocaine/Dalcaine, Octocaine) 2%
dengan 1:100.000 epinefrin
2. Prilokain (Citanesat/Xylonest/Distanest) HCL 4 % dengan
1:200.000 epinefrin
3. Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCl 4 % tanpa epinefrin
Anestesi lokal relatif aman ketika digunakan secara tepat
dengan dosis yang tepat pula
DIABETES MELLITUS
PENGERTIAN

Diabetes mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada


seseorang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang dilatar
belakangi resistensi insulin
o Klasifikasi terbaru oleh American Diabetes Association (ADA)
dan World Health Organization (WHO) yaitu,
1. DM tipe 1 atau insulin dependent diabetes mellitus (IDDM):
Berhubungan dengan defisiensi insulin absolut, akibat
imunitas, idiopatik
2. DM tipe 2 atau non insulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM): Berhubungan dengan resistensi insulin, onset
dewasa
3. DM tipe 3 : Berhubungan dengan defek genetik
pada fungsi sel beta, defek genetik pada kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
akibat obat-obatan/subtansi kimia, infeksi,
diabetes akibat imunitas, beberapa sindroma
genetik lain yang berhubungan dengan DM

4.DM tipe 4 adalah DM gestasional


PATOGENESIS
1. DM tipe 1

- Insulin pada DM tipe 1 menjadi tidak ada karena pada jenis ini
terdapat reaksi autoimun

- Pada individu yang rentan terhadap DM tipe 1 terdapat


adanya ICA (Islet Cell Antibody) yang akan meningkat
kadarnya pada beberapa keadaan antara lain infeksi virus
(virus coksakie, rubella, CMV), sehingga timbul peradangan
pada sel beta (insulitis) yang akhirnya menyebabkan
kerusakan permanen sel beta. Yang diserang pada insulitis
hanya sel beta, sel alfa dan delta tetap utuh
2. DM tipe 2

- Ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan


Hepatic Glucose Production (HGP) dan penurunan fungsi sel
beta yang akhirnya menuju ke kerusakan sel beta

- Etiologi kegagalan fungsi sel beta pada DM tipe 2 yaitu


glukotoksisitas, lipotoksisitas, resistensi insulin, deposit amiloid,
dan efek inkretin
 Tanda dan gejala hipoglikemia:
1) Ringan:
 Kecemasan
 Takikardia
 Berkeringat

2) Berat:
 Kebingungan
 Kejang
 Koma
DIAGNOSIS

Gejala Klasik DM (Polidipsia, polifagia,


polyuria) + Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
(11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

 Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa


.
≥126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa diartikan pasien
tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam

Kadar glukosa darah plasma 2 jam pada TTGO ≥200


mg/dL (11.1 mmol/L). TTGO (Tes Toleransi Glukosa
Oral) dilakukan dengan standard WHO, yang
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
PRE BEDAH MINOR PADA DM

 Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, urin, gula darah, dan EKG


 Pengontrolan atau pencapaian konsentrasi gula darah yang di harapkan
(120-180 mg/dL)
 Semua pengobatan umum seharusnya diteruskan sampai waktu pagi
operasi kecuali pasien yang meminum obat kerja lama harus
diberhentikan terapinya 2-3 hari sebelum operasi (digantikan obatnya).
 Pada pasien dengan terapi insulin dianjurkan mengurangi dosis insulin
waktu tidur (malam) sebelum waktu operasi untuk mencegah
hipoglikemia
 Apabila pasien mulai hipoglikemia, gula darah <100 mg/dL; berikan
suplemen dekstrosa (setiap ml glukosa 50% dapat menaikkan
glukosa darah kira-kira sebesar 2 mg/dL pada orang dengan BB 70
kg).
 Sebaliknya bila terjadi intraoperatif hiperglikemia (>150-180mg/dL)
dapat diberikan insulin intravena. Satu unit insulin dapat
menurunkan gula darah sebesar 20-30 mg/dL
PRE BEDAH MINOR

 DM tipe 1: ditangani dengan 2 cara

1. Pasien puasa yang terkontrol baik dapat diberi setengah dosis insulin kerja
sedang secara subkutan bila glukosa darah pagi sekurang-kurangnya 126
mg/dL sebelum pembedahan, disertai dengan infus dekstrosa 5% saat mulai
pemberian insulin dengan kecepatan 100-150 ml/jam. Gula darah diperiksa 1
jam preoperasi dan minimal 1 kali intraoperasi serta setiap 2 jam setelah operasi

2. Cara kedua pada bedah minor adalah dengan menghentikan semua


pemberian insulin pra bedah, pasien tetap dipuasakan dan tidak diberi
glukosa.
 DM tipe 2: Hentikan pemberian obat hipoglikemik
oral pada hari operasi, gula darah diukur 1 jam
sebelum operasi dan sekurang-kurangnya 1 kali
selama operasi.
POST OPERASI

 DM tipe 1: Hentikan infus saat pasien makan dan


minum. Kalkulasi total dosis insulin penderita preoperatif
dan berikan insulin solubel (actrapid) subkutan yang
terbagi dalam 3-4 dosis per hari. Sesuaikan dosis
selanjutnya hingga level glukosa stabil.

 DM tipe 2: Hentikan infus IV dan mulai


pemberian obat oral anti diabetik (50% dosis
insulin biasanya) saat penderita makan dan
minum.
 Pasien bedah minor yang puasa sebaiknya
dijadwalkan sebagai operasi minor pertama
untuk mengurangi efek puasa dan ketosis.

 Hindari penggunaan larutan RL karena laktat


dapat meningkatkan konsentrasi gula darah
 Faktor risiko diabetes:
- Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas).
- Kegemukan
- Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg).
- Riwayat keluarga DM
- Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram.
- Riwayat DM pada kehamilan.
- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl.
- Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa
terganggu).
 MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT
1) Xerostomia (Mulut Kering)
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran
saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek
self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai
pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi
bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya
rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka),
lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk
tumbuh dan berkembang
2) Periodontitis
Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan
tulang). Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari
diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga
memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat
dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang
memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus
(karang gigi), dan faktor sistemik.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke
gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi
goyang.
Gambar 4.1 pasien DM dengan periodontal dan
tanggalnya gigi akibat lanjutan dari periodontal
3) Stomatitis Apthosa (Sariawan)

Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit


ini bisa menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita
diabetes. Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur
dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan penyakit
sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang
berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur
penderita diabetes.
4) Oral thrush
Oral thrush atau oral candida
adalah infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur, sejumlah
kecil jamur candida ada di dalam
mulut. Pada penderita Diabetes
Melitus kronis dimana tubuh rentan
terhadap infeksi sehingga sering
menggunakan antibiotik dapat
mengganggu keseimbangan
kuman di dalam mulut yang
mengakibatkan jamur candida
berkembang tidak terkontrol
sehingga menyebabkan thrush. Gambar 4.2 Oral candida pada
pasien DM
5) Dental Caries (Karies Gigi)

Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air


liur berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi,
dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat
bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan
tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman
didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya lubang atau caries gigi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai