Anda di halaman 1dari 42

PENTINGNYA PERUMAHAN

DALAM PENGANGGARAN
TAHUN 2018

(mengapa perumahan permukiman dan infrastrukturnya penting


diperjuangkan)
I. RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Program nasional harus bisa menjiwai renstra yang terlihat dalam program ,
kegiatan dan sub kegiatan
PROGRAM NASIONAL
(NAWA CITA)

PROGRAM

RPJMD RENSTRA
RPJPD
RPJPN RPJMN PROV. DINAS KEGIATAN
PROV.

LINGKUP NASIONAL LINGKUP DAERAH OPD / SKPD SUB


KEGIATAN

PROGRAM PROVINSI /
(SEMANGAT ANGGUR
MERAH)
program provinsi harus didukung dalam
renstra dan terlihat dalam program kegiatan
sub kegiatan untuk mencapai target provinsi
2. DASAR PENETAPAN SEKTOR PRIORITAS,
DAN INDIKATOR KINERJA 1). Air Minum Regional, 2). Air limbah
Regional, 3) Persampahan Regional, 4).
Drainase ke sungai/kali kota, 5)

1
KEWENA
SUB URUSAN
BIDANG CIPTA
KARYA = 7 SUB
Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan, 6) Permukiman,
Bangunan Gedung
7).
URUSAN
NGAN 1). Perumahan yang layak pasca
URUSAN bencana dan pasca relokasi, 2).
UU NO 23 SUB URUSAN Prasarana Sarana Utilitas (PSU)
THN 2014 BIDANG permukiman, 3), Kawasan Permukiman
TTG PERUMAHAN Kumuh 10-15 ha, 4).
PEMERIN PERMUKIMAN = 4 Sertifikasi/Registrasi Badan Hukum
SUB URUSAN Perumahan Tingkat Menengah,
TAH
DAERAH 1). Ijin Lokasi Lintas daerah,
2).Pengadaan Tanah Kepentingan
=18 Sub SUB URUSAN Provinsi, 3)Sengketa Tanah Garapan
Urusan PERTANAHAN = 7 lintas kab/kot, 4).Ganti rugi akibat
SUB URUSAN kebijak pemprov, 5)subyek obyek
retribusi tanah lintas daerah,
6)penetapan tanah ulayat lintas kab/kot,
7). Masalah tanah kosong lintas
kab/kota
3. Kondisi Kekinian Perumahan di NTT
1. Angka kekurangan rumah / back log dan jumlah rumah tidak layak
huni (RTLH) nasional masih sangat tinggi.

Back log Back log RTLH Pertumbuhan


kepemilikan kepenghunian kebutuhan
rumah/thn

13.500.000 7.600.000 3.400.000 800.000 – 1 juta

Angka back log dan RTLH yang masih sangat tinggi tersebut
membuat pemerintah pusat bergegas segera menangani agar :
• tidak menimbulkan dampak timbulnya kawasan kumuh baru,
• Meningginya angka kejahatan dan
• munculnya wabah penyakit
Semua akibat yang ditimbulkan ini akan berdampak pada
rendahnya kesejahteraan masyarakat.
huni (RTLH) provinsi NTT masih sangat tinggi.
Angka back log dibedakan atas : back log kepemilikan yaitu jumlah
kekurangan rumah yang merupakan milik sendiri, dan back log
kepenghunian yaitu jumlah kekurangan rumah bagi kepala
keluarga yang menumpang huni.

Angka back log kepenghunian NTT = 321.950 unit,


back log kepemilikan = 445.838 unit, dan
RTLH = 399.739 unit.

Berikut ini data back log dan RTLH


di NTT tahun 2016.
DATA PERUMAHAN PROV NTT 2016
Jumlah Jumlah Rumah Berdasarkan Jumah Rumah Berdasarkan Status Kepemilikan Tempat Tinggal Backlog Backlog RTLH
No Nama Kabupaten Jumlah RT Jumlah KK
Penduduk Rmh Tinggal Rmh Campuran Total Milik Sendiri Kontrak Bebas Sewa Dinas Lainnya Penghunian Kepemilikan NTT
…1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 4-(9+10+11+12+13) 5-9
NTT 5.120.061 1.108.368 1.364.577 61,78% 61,78% 918.739 44.974 57.041 16.120 5.752 123.887,23 #VALUE! 399.739
1 Sumba Barat 121.921 22.929 32.249 98,51% 1,49% 100,00% 20.845 525 1.243 316 - 9.320 11.404 12.310
2 Sumba Timur 246.294 50.179 55.371 97,79% 2,21% 100,00% 43.269 1826,5156 2.935 2.148 - 5.192 12.102 20.130
3 Kupang 348.010 79.262 91.609 95,35% 4,65% 100,00% 6.840 1.427 5.287 2.925 174 74.956 84.769 26.583
4 TTS 459.310 113.777 119.219 98,14% 1,86% 100,00% 110.705 0 1.991 1.081 - 5.442 8.514 68.428
5 TTU 244.714 56.419 68.058 97,64% 2,36% 100,00% 50.867 1.597 2.245 1.568 141 11.639 17.191 22.040
6 Belu 206.778 45.852 49.838 94,08% 5,92% 100,00% 41.661 1.949 1.724 216 303 3.986 8.177 14.911
7 Alor 199.915 43.264 54.523 99,15% 0,85% 100,00% 40.184 454 571 528 1.532 11.255 14.339 13.466
8 Lembata 132.171 30.922 36.562 96,41% 3,59% 100,00% 27.561 1.008 1.926 390 40 5.637 9.001 5.974
9 Flotim 246.994 54.204 77.355 95,61% 4,39% 100,00% 49.055 770 2.965 808 607 23.151 28.300 8.274
10 Sikka 313.509 66.670 83.452 96% 3,94% 100,00% 59.096 2.533 1.061 633 267 19.861 24.356 21.636
11 Ende 269.724 56.593 67.246 94,20% 5,80% 100,00% 51.041 1.596 3.311 226 413 10.659 16.205 12.769
12 Ngada 154.693 30.513 34.547 97,49% 2,51% 100,00% 27.483 1.196 650 848 339 4.031 7.064 6.156
13 Manggarai 319.607 65.410 81.151 96,65% 3,35% 100,00% 55.932 1.871 6.129 634 850 15.734 25.219 16.508
14 Rote Ndao 147.778 35.352 44.264 97,52% 2,48% 100,00% 32.701 1.029 1.223 300 95 8.916 11.563 10.832
15 Manggarai Barat 251.689 53.952 56.248 97,78% 2,22% 100,00% 46.507 1.543 5.455 173 275 2.296 9.741 21.834
16 Sumba Tengah 68.515 13.252 20.121 99,21% 0,79% 100,00% 12.869 30 136 167 - 6.918 7.252 7.578
17 Sumba Barat Daya 319.119 55.003 83.487 98,38% 1,62% 100,00% 54.134 28 358 341 143 28.484 29.353 40.398
18 Nagekeo 139.577 26.010 35.008 96,55% 3,45% 100,00% 24.678 393 637 299 - 9.001 10.330 4.912
19 Manggarai Timur 272.514 55.372 58.062 100% 0 100,00% 53.960 377 936 - 100 2.690 4.102 27.769
20 Sabu Raijua 85.970 20.876 25.814 98,72% 1,28% 100,00% 19.937 157 311 472 - 4.938 5.877 12.448
21 Kota Kupang 390.877 92.557 146.200 92,98% 7,02% 100,00% 51.971 24.666 13.874 1.879 157 53.652 94.229 6.083
22 Malaka 180.382 40.000 44.193 92,98% 92,98% 37.444 - 2.072 168 316 4.193 6.749 18.700
5.120.061 1.108.368 1.364.577 918.739 44.974 57.041 16.120 5.752 321.950 445.838 399.739
4. Latar Belakang
• Perumahan dan permukiman merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia, selain itu
mempunyai fungsi yang sangat strategis yaitu 1).
berperan sebagai pusat pendidikan keluarga,
persemaian budaya, dan peningkatan kualitas
generasi yang akan datang, 2). merupakan
pengejawantahan jati diri.
• Terwujudnya kesejahteraan rakyat ditandai
dengan : meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat, antara lain melalui
pemenuhan kebutuhan atas tempat tinggal/
papannya..
 Sebagai hak dasar yang fundamental dan sekaligus
menjadi prasyarat bagi setiap orang untuk bertahan
hidup dan menikmati kehidupan yang bermartabat,
damai, aman dan nyaman maka penyediaan perumahan
dan permukiman yang memenuhi prinsip-prinsip layak
dan terjangkau bagi semua orang telah menjadi komitmen
Global sebagaimana dituangkan dalam Agenda Habitat
(The Habitat Agenda, Istanbul Declaration on Human
Settlements), Millenium Development Goals (MDGs),
dan saat ini diteruskan dengan Sustainable Development
Goals (SDGs). Untuk itu, Pemerintah bertanggungjawab
untuk membantu masyarakat agar dapat bertempat
tinggal serta melindungi dan meningkatkan kualitas
permukiman dan lingkungannya.
upaya menempatkan
• Dengan demikian
bidang perumahan dan permukiman
sebagai salah satu sektor prioritas
dalam pembangunan manusia yang seutuhnya
adalah “ sangat strategis “.
5. Landasan Hukum Penyelenggaraan Perumahan
No. Landasan Hukum Amanat
1. Undang-Undang Dasar 1. Setiap orang berhak hidup sejahtera
Negara Republik Indonesia lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
Tahun 1945 BAB. XA tentang mendapatkan lingkungan hidup yang
HAK ASASI MANUSIA, baik dan sehat serta berhak
Pasal 28H (1) memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 39 1.setiap orang berhak untuk bertempat
tahun 1999 tentang Hak Asasi tinggal serta berkehidupan yang
Manusia pasal 40 layak.
Dalam kedua Landasan Hukum diatas menunjukan bahwa Rumah sebagai hak
dasar yang fundamental
3. Undang-Undang Dasar 1. Pemerintahan daerah provinsi,
Negara Republik Indonesia daerah kabupaten, dan kota
Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 : mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
No. Landasan Hukum Amanat

3. UU No. 23/ 2014 tentang 1. Urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman
Pemerintah Daerah merupakan urusan konkuren bersifat wajib sebagai
pelayanan dasar.
2. Kewenangan pemerintah provinsi dalam menangani sub
urusan perumahan, meliputi :
• Penyediaan dan rehabilitasi rumah korban bencana
provinsi.
• Fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang
terkena relokasi program pemerintah daerah provinsi.
• Sertifikasi dan registrasi bagi orang atau badan hukum
yang melaksanakan perancangan dan perencanaan
rumah serta perencanaan PSU tingkat kemampuan
menengah.
3. Oleh karena sub urusan perumahan merupakan
pelayanan dasar yang sifatnya wajib, sebagai
layanan dasar dan bersifat multi sektoral maka sub
urusan perumahan menjadi urusan bersama
pemerintah dan berbagai stake holder
4. UU no. 20 Tahun 2011 Pemerintah provinsi dalam melaksanakan pembinaan
tentang Rumah Susun Pasal penyelenggaraan rumah susun mempunyai tugas:
81 : Tugas Provinsi
No. Landasan Hukum Amanat
a. merumuskan kebijakan dan strategi di bidang rumah susun
pada tingkat provinsi dengan berpedoman pada kebijakan
dan strategi nasional;
b. menyusun rencana dan program pembangunan dan
pengembangan rumah susun pada tingkat provinsi dengan
berpedoman pada perencanaan nasional;
c. melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan
perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan rumah susun pada tingkat provinsi;
d. melaksanakan fungsi operasionalisasi kebijakan
penyediaan rumah susun dan mengembangkan lingkungan
hunian rumah susun sebagai bagian dari kawasan
permukiman pada tingkat provinsi;
e. memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang
rumah susun pada tingkat provinsi;
f. melaksanakan standar pelayanan minimal rumah susun;
g. melaksanakan koordinasi dan fasilitasi penyusunan dan
penyediaan basis data rumah susun di kabupaten/kota pada
wilayah provinsi;
h. mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk
mendukung terwujudnya rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara;
h. mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk
mendukung terwujudnya rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara;
i. memfasilitasi penyediaan rumah susun bagi asyarakat,
terutama bagi MBR;
j. memfasilitasi penyediaan prasarana, sarana & utilitas
umum bagi rumah susun yang disediakan untuk MBR;
k. melaksanakan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan
dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang
rumah susun dengan berpedoman pada kebijakan
nasional; dan
l. melakukan pencadangan atau pengadaan tanah untuk
rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah
susun negara yang sesuai dengan peruntukan lokasi
pembangunan rumah susun.
Pasal 84 Wewenang Provinsi Pemerintah provinsi dalam melaksanakan pembinaan
penyelenggaraan rumah susun mempunyai wewenang:
a. menetapkan kebijakan dan strategi di bidang rumah
susun pada tingkat provinsi dengan berpedoman pada
kebijakan dan strategi nasional;
b. menyusun dan menyempurnakan peraturan
perundang-undangan di bidang rumah susun pada
tingkat provinsi dengan berpedoman pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria nasional;
No. Landasan Hukum Amanat
c. menyusun petunjuk pelaksanaan norma, standar,
prosedur dan kriteria di bidang rumah susun yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah;
d. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
operasionalisasi kebijakan dan strategi di bidang
rumah susun pada tingkat provinsi;
e. melaksanakan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
kebijakan, strategi, serta program di bidang rumah
susun pada tingkat provinsi;
f. memfasilitasi pengelolaan bagian bersama dan benda
bersama rumah susun umum, rumah susun khusus, dan
rumah susun negara pada tingkat provinsi;
g. memfasilitasi kerja sama pada tingkat provinsi, antara
pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan badan
hukum dalam penyelenggaraan rumah susun;
h. melaksanakan pemanfaatan teknologi dan rancang
bangun yang ramah lingkungan serta pemanfaatan
industri bahan bangunan yang mengutamakan sumber
daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi
kesehatan;
No. Landasan Hukum Amanat
i. melaksanakan pengawasan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang rumah susun; dan
j. memfasilitasi peningkatan kualitas rumah susun
umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara
pada tingkat provinsi.

5. Undang-undang no.1 tahun “Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan


2011 tentang Perumahan dan perumahan dan kawasan permukiman yang
kawasan Permukiman Pasal. pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah”.
5 ayat (1) Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah : Menteri
PUPR pada tingkat pusat dengan pelaksananya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat RI, Gubernur pada tingkat provinsi dengan
pelaksananya Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Provinsi (PRKP Prov), dan Bupati/Wali
kota pada tingkat kabupaten/kota dengan
pelaksananya Dinas PRKP Kab/Kota.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal 1 ayat 6 Penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian,
termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pasal 1 ayat 8,9,10,11,12 Pengertian Rumah : Rumah komersial, Rumah
swadaya, Rumah umum, Rumah khusus adalah rumah
yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
khusus. (penjelasan : “kebutuhan khusus”, antara
lain adalah
kebutuhan untuk perumahan transmigrasi,
pemukiman kembali korban bencana, dan rumah
sosial untuk menampung orang lansia, masyarakat
miskin, yatim piatu, dan anak terlantar, serta
termasuk juga untuk pembangunan rumah yang
lokasinya terpencar dan rumah di wilayah
perbatasan negara.
12. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara
dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal 1 ayat 28 Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota,
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
Pasal 4 Ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman meliputi:
a. pembinaan; b. tugas dan wewenang; c. penyelenggaraan
perumahan; d. penyelenggaraan kawasan permukiman; e.
pemeliharaan dan perbaikan; f. pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh;
g. penyediaan tanah; h. pendanaan dan pembiayaan;
i. hak dan kewajiban; dan j. peran masyarakat.
Pasal 5 Ayat 1 : Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya
dilaksanakan oleh pemerintah
Ayat 2 : Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh:
a. Menteri pada tingkat nasional;
b. gubernur pada tingkat provinsi; dan
c. bupati/walikota pada tingkat kabupaten/kota.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal 6 Ayat 1 : Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) meliputi: a. perencanaan; b. pengaturan; c. pengendalian;
dan d. pengawasan.
Ayat 3 : Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disusun pada tingkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota
yang dimuat dan ditetapkan dalam rencana pembangunan
jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan
rencana tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 8 Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
meliputi: a. penyediaan tanah; b. pembangunan;
c.pemanfaatan; d. pemeliharaan; dan e. pendanaan dan
pembiayaan.
Pasal 9 Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c
meliputi pengendalian: a. rumah; b. perumahan; c.
permukiman; d. lingkungan hunian; dan e. kawasan
permukiman.
Pasal 10 Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
dmeliputi pemantauan, evaluasi, dan koreksi sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal. 14 tentang Tugas Pemerintah a. merumuskan dan menetapkan kebijakan
Provinsi dan strategi pada tingkat provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan
nasional;
b. merumuskan dan menetapkan kebijakan
provinsi tentang pendayagunaan dan
pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan nasional;
c. merumuskan dan menetapkan kebijakan
penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas
kabupaten/kota;
d. mengawasi pelaksanaan kebijakan dan
strategi nasional pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan
permukiman;
e. menyelenggarakan fungsi operasionalisasi
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
provinsi penyediaan rumah, perumahan,
permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman;
f. menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas kabupaten/kota;
No. Landasan Hukum Amanat
g. memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas
umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
provinsi;
h. mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk
mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR;
i. memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan
permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR; dan
j. memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada
tingkat provinsi.
Pasal. 17 tentang a. menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan
Wewenang kawasan permukiman pada tingkat provinsi;
Pemerintah Provinsi b. menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang
undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi;
c. memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
prov;
d. melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi
peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi dalam rangka
mewujudkan jaminan dan kepastian hukum dan
pelindungan hukum dalam bermukim;
No. Landasan Hukum Amanat
e. mengoordinasikan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun
yang ramah lingkungan serta pemanfaatan industri bahan
bangunan yang mengutamakan sumber daya dalam negeri dan
kearifan lokal;
f. mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta
program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi;
g. mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan
dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi;
h. memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi;
i. mengkoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah
untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR
pada tingkat provinsi;
j. menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan nasional; dan
k. memfasilitasi kerja sama pada tingkat provinsi antara
pemerintah provinsi dan badan hukum dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal 38 tentang (1) Pembangunan rumah meliputi pembangunan rumah tunggal,
Pembangunan rumah deret, dan/atau rumah susun.
Rumah ayat 1- 3 (2) Pembangunan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan berdasarkan tipologi, ekologi, budaya,
dinamika ekonomi pada tiap daerah, serta
mempertimbangkan faktor keselamatan dan keamanan.
(3) Pembangunan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan oleh setiap orang, Pemerintah,
dan/atau pemerintah daerah.
Pasal 39 ayat 1-2 (1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bertanggung jawab
dalam pembangunan rumah umum, rumah khusus, dan
rumah negara.
(2) Pembangunan rumah khusus dan rumah negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibiayai melalui anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
(3) Rumah khusus dan rumah negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menjadi barang milik negara/daerah dikelola
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 47 (1) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau setiap orang.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal 47 pasal 1, 4 (1) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau setiap orang.
(4) Prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah selesai
dibangun oleh setiap orang harus diserahkan kepada
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 54 ayat 1-2 (1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.
(2) Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah wajib memberikan kemudahan pembangunan dan
perolehan rumah melalui program perencanaan
pembangunan perumahan secara bertahap dan brkelanjutan.
5. Peraturan Menteri Ayat 2 : sebagai pedoman bagi Pemerintah,
Perumahan Rakyat pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota
Nomor 12 tahun 2012 dan setiap orang dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
tentang permukiman dengan hunian berimbang.
Penyelenggaraan
Perumahan dan
Kawasan Permukiman
dengan Hunian
Berimbang.
No. Landasan Hukum Amanat
Pasal 17 Pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang mempunyai
tanggung jawab:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan
hunian berimbang;
b. melaksanakan pembinaan dan koordinasi kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan hunian
berimbang;
c. melaksanakan pemantauan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui kegiatan pengamatan terhadap
penyelenggaraan hunian berimbang secara langsung dan/atau
tidak langsung; dan
d. melaksanakan evaluasi kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui kegiatan penilaian terhadap tingkat
pencapaian penyelenggaraan hunian berimbang secara terukur
dan objektif.
7. Permen PUPR no. 1.pasal 2 ayat (1) : Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai
13/2016 tentang pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
Bantuan Stimulan pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa, dan masyarakat
Perumahan dalam melaksanakan penyaluran BSPS.
2.Pemerintah provinsi dalam menyelenggarakan sub urusan
Swadaya (BSPS) perumahan, mempedomani Permen PUPR no. 13/2016 tentang
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau ketentuan
lainnya tentang penyelenggaraan sub urusan perumahan yang
No. Landasan Hukum Amanat
6. PP-nomor-14-tahun-2016 Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
tentang Penyelenggaraan Perumahan yang dilakukan oleh pemerintah pemerintah
Perumahan dan Kawasan Daerah, dan/atau setiap orang wajib dilakukan sesuai
Permukiman, Pasal 23 Dengan rencana, rancangan dan perizinan.
Pasal 24 Peningkatan kualitas perumahan dilakukan oleh
Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau setiap orang
Pasal 32 Pengendalian Perumahan oleh pemerintah dilakukan
Melalui penetapan-norma, standar, prosedur, dan kriteria
Pasal 33 Pemerintah. Daerah dapat membentuk atau menunjuk
SKPD untuk melaksanakan pengendalian perumahan

Psal 37 Ayat 1. Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan Rumah


bagi MBR.
Ayat 2 : Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan
perolehan Rumah bagi MBR sebagaimana dirnaksud pada
Ayat (2) dapat berupa: a. subsidi perolehan Rumah; b.
Stimulan Rumah swadaya; c. insentif perpajakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan ; d. perizinan; e.asuransi dan penjaminan; f.
penyediaan tanah; g. sertifikasi tanah; dan/atau h.
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum. h
BANTUAN HIBAH

(KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN


TERKAIT PERUMAHAN RAKYAT)
1. PENGERTIAN HIBAH
Hibah adalah
Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat atau
pemerintah daerah lain, Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Badan, Lembaga
dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum Indonesia, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang
bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah.
2. DASAR HUKUM HIBAH
 Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 Undang-undang nomor 13 tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
menyatakan :
 pasal 6 mengatakan : penanganan fakir miskin ditujukan kepada a.

perseorangan; b. keluarga; c. kelompok; dan/atau d. masyarakat.


 pasal 7 mengatakan (1) Penanganan fakir miskin dilaksanakan dalam

bentuk poin c.penyediaan pelayanan perumahan;


 Paragraf 3 Penyediaan Pelayanan Perumahan Pasal 14 mengatakan

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan


pelayanan perumahan.
 Menurut Peraturan Pemerintah
 Menurut Peraturan Menteri
 Menurut Peraturan Pemerintah
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 tahun 2012

tentang Hibah Daerah menyatakan menyatakan bahwa


“Hibah dari Pemerintah Daerah dapat dianggarkan
apabila Pemerintah Daerah telah memenuhi seluruh
kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar
pelayanan minimum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah


 Menurut Peraturan Menteri
 Menurut Peraturan Menteri
 Pemendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
 Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, yang telah disempurnakan
kembali dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan
yang terakhir telah disempurnakan lagi dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 14 tahun 2016 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3. TUJUAN HIBAH
 Tujuan pemberian hibah oleh pemerintah daerah adalah
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan
pemerintah daerah sesuai urgensi dan kepentingan
daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
 Pemerintah dengan tetap memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat ,
serta sesuai dengan asas pengelolaan keuangan daerah
4. BENTUK DAN SUMBER HIBAH
 SUMBER HIBAH :
 Hibah kepada Pemerintah daerah berasal dari :
a. Pemerintah (bersumber dari APBN meliputi :
1. penerimaan dalam negeri;
2. hibah luar negeri; dan
3. Pinjaman Luar Negeria..
b. badan, lembaga, atau organisasi dalam negeri; dan/atau
c. kelompok masyarakat atau perorangan dalam negeri.

 Hibah dari Pemerintah daerah dapat diberikan kepada:


a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lain;
c. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah; dan/atau
d. badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum Indonesia.
• BENTUK HIBAH BERUPA UANG
Hibah berupa UANG, dianggarkan dalam kelompok
belanja tidak langsung, jenis belanja hibah, obyek
belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). PPKD
merupakan kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD) yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaanAPBD dan bertindak
sebagai bendahara umum daerah. Hibah berupa uang
dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung yang
merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah.
• BENTUK HIBAH BERUPA BARANG/JASA
Hibah berupa pembelian barang dan/atau kegiatan berupa jasa,
dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang
diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan
kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah
barang atau jasa berkenaan kepada pihak ketiga/masyarakat, dan
rincian obyek belanja hibah barang atau jasa yang diserahkan
kepada kepada pihak ketiga/masyarakat pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). SKPD merupakan perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang. Hibah berupa barang dan/atau jasa dapat dikelompokkan
ke dalam belanja langsung yang merupakan belanja yang terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
daerah.
5. KODE REKENING DAERAH HIBAH BARANG/JASA
5.1. 5.1.1. BELANJA PEGAWAI
BELANJA 5.1.2. BELANJA BUNGA
TIDAK
LANGSUN 5.1.3. BELANJA SUBSIDI
G 5.1.4. BELANJA HIBAH
5.1.5. BELANJA BANTUAN SOSIAL
5.1.6. BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
5.1.7. BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
5.1.8. BELANJA TIDAK TERDUGA

5. BELANJA
DAERAH

5.2. 5.2.1. BELANJA PEGAWAI


BELANJA 5.2.2. BELANJA BARANG DAN JASA
LANGSUN
G 5.2.2.24. Belanja Hibah Barang dan Jasa
5.2.2.24.01. Belanja Hibah Barang dan Jasa yang akan
diserahkan kepada Masyarakat
5.2.2.24.02. Belanja Hibah Barang dan Jasa yang akan
6. KRITERIA PEMBERIAN HIBAH
 KRITERIA :
1. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
2. bersifat tidak wajib, tidak mengikat atau tidak secara terus menerus setiap tahun
anggaran sesuai dengan kemampuan keuangan daerah kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan.
3. memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung terselenggaranya
fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
4. memenuhi persyaratan penerima hibah.

 SYARAT PENERIMA HIBAH


I. A. Syarat Hibah kepada badan dan lembaga :
 yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
 yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah memiliki Surat Keterangan
Terdaftar yang diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri, Gubernur atau
Bupati/Walikota; atau
 yang bersifat nirlaba, sukarela bersifat sosial kemasyarakatan berupa kelompok
masyarakat/kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan keberadaannya diakui oleh
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah melalui pengesahan atau penetapan
dari pimpinan instansi vertikal atau kepala satuan kerja perangkat daerah terkait
sesuai dengan kewenangannya.
I. B. Syarat organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia :
 memiliki kepengurusan yang jelas didaerah yang
bersangkutan;
 memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa
setempat atau sebutan lainnya; dan
 berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah
daerah yang bersangkutan.
II.A. Syarat Hibah kepada organisasi kemasyarakatan yang
berbadan hukum Indonesia :
diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum yayasan atau organisasi kemasyarakatan yang
berbadan hukum perkumpulan yang telah mendapatkan
pengesahan badan hukum dari kementerian yang membidangi
urusan hukum dan hak asasi manusia sesuai peraturan
perundang-undangan
II.B. Syarat organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia :
1. telah terdaftar pada kementerian yang membidangi
urusan hukum dan hak asasi manusia paling singkat 3
tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
2. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah
daerah yang bersangkutan; dan
3. memiliki sekretariat tetap didaerah yang bersangkutan.
III.Ketentuan Administrasi Penerimaan Hibah :
1. Kepala daerah menetapkan daftar penerima hibah beserta
besaran uang atau jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan
dengan keputusan kepala daerah berdasarkan peraturan daerah
tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD.
2. Daftar penerima hibah menjadi dasar penyaluran/penyerahan
hibah.
3. Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada
penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)
4. Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
REKOMENDASI KEGIATAN 2018
PERUMAHAN
REKOMENDASI KEGIATAN 2018 :
No. Kegiatan Vol. Sat. Harga Satuan Jumlah
1. Bantuan Hibah Barang Perumahan Rakyat 700 unit 42.500.000 Rp. 29.750.000.000
2. Biaya Pendampingan Pemberdayaan Hibah 21 Kab 3.000.000.000 Rp. 2.750.000.000
Perumahan Rakyat
3. Penyusunan Rencana Teknis/DED PSU 22 Kab/ 250.000.000 Rp. 5.500.000.000
Permukiman Kot
4. Penyusunan Rencana Teknis Pembangunan 22 Kab/ 250.000.000 Rp. 5.500.000.000
dan Pengembangan SPAM kot
5. Identifikasi Potensi SPAM dan 22 Kab/ 250.000.000 Rp. 5.500.000.000
Pengembangannya kot
6. Cary Over Pembangunan Pagar Kantor 1 pake 2.750.000.000 Rp. 2.750.000.000
Gubernur t
7 Identifikasi saluran drainase yang terhubung 22 Kab/ 200.000.000 Rp. 4.400.000.000
sungai kewenangan provinsi kot
8. Identifikasi Desa Rawan Air 22 Kab/ 200.000.000 Rp. 4.400.000.000
kot
9. Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh 22 Kab/ 200.000.000 Rp. 4.400.000.000
kot
10. Pembangunan PSU Permukiman Lintas Batas 1 pkt 4.000.000.000 Rp. 4.000.000.000.
Nasipanaf (Perencanaan 2017)
11. Pembangunan dan Pengembangan SPAM 1 pkt 4.000.000.000 Rp. 4.000.000.000
Dedamunde (Perencanaan 2017)
12. Pembangunan dan Pengembangan SPAM 1 Pkt 3.500.000.000 Rp. 3.500.000.000
Pagomogo (Perencanaan 2017)

Anda mungkin juga menyukai