1.3 Rhinosinusitis
1.3 Rhinosinusitis
Dibagi grup:
Grup anterior t.d : sinus frontal,
maksila dan etmoid anterior
Dengan ostia di hiatus
semilunaris di meatus media
grup posterior t.d.: sinus etmoid
posterior dan sfenoid
Dengan ostia di meatus superior
Anatomi hidung
The relative sinus positions terhadap sekitarnya.
Rhinosinusitis
Sinusitis inflamasi dimukosa sinus sebagai kelanjutan dari
inflamasi mukosa nasal.
Rinitis dan sinusitis biasanya dialami bersamaan, sering kali
dijumpai pada satu individu
Terminologi yang tepat sekarang adalah rhinosinusitis.
Rinosinusitis kebanyakan menyerang lebih dari satu sinus
paranasal
Definisi Klinik Rhinosinusitis
Rhinosinusitis didefinisikan sebagai berikut:
Inflamasi mukosa hidung dan sinuses paranasal disertai dua
atau lebih simtom, salah satu atau lebih dari:
Etiologi Bakteria
Nasal blockage/obstruction/congestion dan nasal discharge
(anterior/posterior nasal drip)
± facial pain/pressure
± reduction or loss of smell
• CT changes:
– Mukosa osteomeatal complex dan/atau sinuses edem.
• Lama sakit :
– Acute < 12 minggu, simtom dapat sembuh sempurna
– Chronic > 12 minggu simtom hilang tidak sempurna dan dapat
eksaserbasi
Epidemiologi
• Insidens acute viral rhinosinusitis (common cold) sangat
tinggi.
Faktor predisposisi
• Anatomi
• Sinuses paranasal berhubungan dengan hidung melalui lubang kecil.
• Hidung dan sinuses paranasal dilapisi oleh pseudostratified
columnar ciliated epithelium.
• Epitel mengandung sel goblet dan nasal glands, menghasilkan
sekresi nasal yang selalu membasahi dan membentuk lapisan mucus.
• Partikel dan bakteri dapat ditangkap oleh mucus kemudian oleh
enzim lizosim dan laktoferin dinetralisir sehingga menjadi tidak
berbahaya, selanjutnya ditransport ke nasofaring. Semua sinuses
dalam keadaan normal bersih dari secret karena dibersihkan oleh
mucociliary transport.
Fisiologi (patofisiologi)
Yang berperan utama pada patogenesis rhinosinusitis adalah
patensi osteomeatal complex (OMC).
Unit OMC t.d.:ostia sinus maksilari, sel ethmoid dan ostianya,
ethmoid infundibulum, hiatus similunaris dan meatus media.
Apabila patensi terganggu (ostium mengecil karena edem
atau/dan terganggunya aktivitas siliari) menyebabkan sekret
menumpuk di sinus, misalnya pada upper respiratory tract
infection.Fig. 2.7 (hal 65, Endoscopic PSS).
Bila proses tersebut tidak dihentikan dan menetap
menyebabkan rhinosinusitis kronik.
Fisiologi (patofisiologi)
Rinosinusitis kronik
• Prevanlesi rinosinusitis di indonesia tidak ada data
• Di Canada penelitian dengan anamnese sakit lebih dari 6
bulan antara 3,4% pada laki-laki dan 5,7% pada wanita,
• Usia makin meningkat prevalensi makin meningkat dan
menurun setelah umur 60 tahun.
• Penelitian di berbagai negara hasilnya berbeda.
Faktor yang Berhubungan dengan
Rhinosinusitis Kronik
1. Hambatan gerak silia.
Aktivitas silia sangat penting untuk membersihkan sinus dan
mencegah infeksi kronik sinus. Sekunder diskinesis silia dijumpai
pada rinosinusitis kronik yang kemungkinan irriversible walaupun
kadang-kadang pada suatu saat mengalami restoration
Penampilan orbital cellulitis berasal dari ethmoiditis akut. Sinusitis kronik dengan fokal di gigi.