Anda di halaman 1dari 26

KOORDINASI PERALATAN

PERLINDUNGAN
1. BEBERAPA DEFINISI
• KOORDINASI PERALATAN PERLINDUNGAN adalah proses pemilihan alat
pelindung arus-lebih dengan setelan/ kurva waktu-arus tertentu, waktu
urutan operasi kerjanya yang diatur disesuaikan dengan alat pelindung
lainnya dan diterapkan pada Jaring Distribusi, agar gangguan yang terjadi
pada saluran tidak mengganggu bagian lainnya.
• PERALATAN TERKOORDINASI ATAU SELEKTIP adalah bila terdapat dua alat
pengaman yang terpasang secara seri yang mempunyai karakteristik dengan
urutan operasi yang tertentu.
• ALAT PEMROTEKSI (PROTECTING DEVICE) adalah alat yang disetel untuk
bekerja terlebih dahulu guna memisahkan gangguan (atau memutus arus
gangguan). Alat pelindung ini berada pada tempat yang berdekatan dengan
gangguan.
• ALAT YANG DIPROTEKSI (PROTECTEDDEVICE) adalah peralatan pelindung
yang bertindak sebagai pelindung cadangan(backup protection), bekerja
hanya bila alat pemroteksi gagal bekerja untuk menghilangkan gangguan.
1.1. FUNGSI DAN PERENCANAAN KOORDINASI
• Manfaat dari koordinasi alat perlindungan ini adalah:
1. menghilangkan pemadaman akibat gangguan sementara;
2. meminimumkan daerah/bagian yang terganggu agar supaya dapat
mengurangi jumlah pelangganyang mengalami pemadaman akibat
gangguan tersebut;
3. menentukan tempat terjadinya gangguan, dengan demikian lamanya
waktu pemadaman dapat dipersingkat (minimum).
• Untuk menyusun koordinasi alat-alat perlindungan, data-data yang
diperlukan:
1. Peta jaringan dengan sekala;
2. Menentukan tempat-tempat alat pelindung yang telah terpasang;
3. Kurva karakteristik waktu - arus dari alat-alat perlindungan;
4. Arus Tenaga (keadaan normal dan darurat);
5. Arus gangguan pada setiap titik dimana alat pelindung tersebut
ditempatkan.
1.2. PROSEDUR KOORDINASI
• PROSEDUR KOORDINASI:
1. Mengumpulkan data seperti yang telah disebutkan terdahulu;
2. Memilih awal lokasi alat perlindungan pada sirkuit distribusi yang bersangkutan;
3. Menentukan nilai maksimum dan minimum dari arus gangguan (khusus untuk
gangguan fasa-tiga, fasa ke-fasa dan fasa ke-tanah);
4. Pilihlah alat pelindung yang terbaik yang diperlukan untuk transformator di-
Gardu Induknya, agar trafo ini dapat dilindungi/diamankan dari gangguan yang
terjadi pada jaring distribusinya;
5. Mempertimbangkan kembali dan bila perlu mengubah lokasi awal dari alat
perlindungan;
6. Memeriksa kembali pemilihan alat pelindung terhadap kemampuan arus yang
dapat dialirinya, kapasitas pemutusnya (interrupting-capacity) dan arus kerja
minimumnya (minimum pickup current);
7. Gambar komposisi kurva waktu-arus yang memperlihatkan koordinasi dari
semua alat pelindung yang ada/dipakai, dimana kurva tersebut digambarkan
pada tegangan dasar yang sama (bila perlu);
8. Gambarkan diagram sirkuit yang memperlihatkan konfigurasi sirkit, nilai arus
gangguan maksimum dan minimum dan arus pengenal dari alat pelindung yang
dipasang.
• Faktor tambahan yang perlu dipertimbangkan dalam koordinasi alat
pelindung(pelebur,PBO dan rele) seperti:
1. Perbedaan kurva waktu-arus dan toleransi yang diperkenankan oleh pabrik
pembuatnya;
2. Kondisi sebelum berbeban dari peralatan;
3. Suhu sekitarnya;
4. Efek dari siklis menutup kembali.
2. KOORDINASI PELEBUR -PELEBUR
Prinsip dasar dalam koodinasi antara pelebur dengan pelebur ialah memberi
kesempatan kepada pelebur sisi beban (pelebur pemroteksi) yang berada didepan
terdekat dari titik gangguan untuk bekerja sepenuhnya(memutus dengan sempurna)
terlebih dahulu, sebelum pelebur sebelah hulu (sisi sumber,yang diproteksi) berikutnya
yang bertindak sebagai cadangan, mulai bekerja.

Pelebur cadangan, pelebur yang diproteksi

A
Pelebur pemroteksi
B sisi hilir beban
Waktu

Kurva waktu minimum dari pelebur A

75% dari kurva pelebur A

Kurva waktu pemutusan


total arus pelebur B

Batas koordinasi Arus


2.1. PEMILIHAN PELEBUR
• Faktor yangharus diperhatikan pada pemilihan arus pengenal pelebur guna
mendapatkan perlindungan yang memadai yaitu:
1. Pelebur yang dipilih harus dapat memikul arus beban yang terus meningkat dan
pada saat yang sama pelebur tersebut harus cukup selektip terhadap alat
pelindung lainnya yang dipasang seri dengannya.
2. Pelebur harus mampu memutus arus gangguan yang minimum dalam daerah
perlidungannya pada waktu yang ditentukan.
• Pelebur di-disain melebur dalam waktu tertentu dan pada nilai arus gangguan tertentu
pula. Kurva waktu-arus dari pelebur dinyatakan dalam dua kurva;
1. Kurva waktu leleh minimum; Kurva waklu leleh minimum versus arus adalah kurva
yang menyatakan- saat meleburnya pelebur
2. Kurva waktu pemutusan maksimum (maksimum-clearing time curve); Kurva waktu
pemutusan maksimum versus arus ialah arus yang diperlukan untuk melebur
pelebur sampai padamnya busur apinya, ditambah toleransi dari pabrik
pembuatnya.
Prosedur standar untuk keamanan yaitu membuat suatu kurva waktu-arus pelebur
melebur yang djdapat dari kurva waktu leleh/lebur minimum vs arus, umunya
digunakan sebesar 25%. Oleh sebab itu kurva meleburnya pelebur merupakan 75%
dari waktu leleh minimum vs arus dari pelebur tertentu pada beraneka ragam nilai
arusnya. Satuan waktunya adalah detik.
2.2. KOORDINASI PELEBUR DENGAN PELEBUR
YANG BERHUBUNGAN SERI
1. Memakai kurva waktu-arus dari pelebur yang bersangkutan;
• Cara ini membandingkan kurva waktu pemutusan maksimum (total) -
arus dari pelebur pemroteksi (protecting fuse) dalam hal ini pelebur B
dengan kurva waktu leleh/lebur minimum versus arus dari pemroteksi.
• Biasanya kurva waktu melebur versus arus dari pelebur tidak melebihi
75% dari kurva waktu leleh minimum versus arus dari pelebur yang
diproteksi (protected fuse). Kerenggangan sebesar 25% dimaksudkan
untuk memperhitungkan kemungkinan adanya variasi dalam waktu
pengoperasiannya.
2.2. KOORDINASI PELEBUR DENGAN PELEBUR YANG
BERHUBUNGAN SERI
2. Memakai Tabel koordinasi yang telah dipersiapkan oleh pabriknya.
Cara ini lebih mudah yaitu menggunakan koordinasi pelebur yang sudah
dibuat oleh produsennya.
1800
Gardu Induk
A 105 amper

80 T
31,5 T
1630
B
36 amper

1550

21 amper 16 T

Pada gambar di atas pelebur C harus lebih cepat dibandingkan B dan A.


Pelebur B lebih cepat dibandingkan pelebur A.
KURVA ARUS-WAKTU
Kurva waktu leleh minimum
Kurva waktu pemutusan maksimum
2.2. KOORDINASI PELEBUR DENGAN PELEBUR YANG
BERHUBUNGAN SERI
• Pada C terdapat beban maksimum sebesar 12 A. Untuk itu dapat
dipergunakan pelebur type 16T (dengan kapasitas beban 150% x 16 = 24 A.).
Pelebur ini akan dapat memadamkan arus gangguan maksimum 1550 A
dalam waktu 0,021 detik (maksimum).
• Pada titik B terdapat arus beban maksimum 36 A. Pelebur 25 T kurang tepat,
karena meskipun mempunyai kemampuan arus yang cukup (150% x 25 A =
37,5 A, waktu leleh minimum terlalu cepat,0,016 detik. Pemilihan yang tepat
adalah pelebur 31,5 T, dengan kemampuan arus beban 47 A dan dapat
memadamkan arus gangguan maksimum 1550 A dalam waktu 0,031 detik
(minimum). Dalam hal ini ratio antara waktu pemadaman maksimum pelebur
16 T dengan waktu minimum meleleh pelebur 31,5 T : Ratio = 0,021/0,031 =
685 (<75%)
• Pada titik A beban maksimum 105A. Pelebur 80 T sudah mencukupi untuk
memutus arus gangguan sebesar 1630 A dalam waktu 0,16 detik (minimum)
dengan kemampuan arus beban 150% x 80A = 120 A.
Arus pengenal / Arus pengenal / tipe pelebur yang di proteksi (A)
tipe pelebur 8T 10T 1,5T 16T 20T 25T 31.5T 40T 50T 63T 80T 100T 160T 200T

pemroteksi (A) Arus gangguan maksimum (A)


1H 400 520 745 975 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

2H 240 500 745 975 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

13.1S H 240 520 745 975 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

5H 240 500 745 975 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

8H 240 500 745 975 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

Arus pengenal / Arus pengenal / tipe pelebur yang di-proteksi (A)


tipe pelebur 8T | 10T 15T 16T 20T 25T 31.5T 40T 50T 63T 80T 100T 160T 200T

pemroteksi (A) Arus gangguan maksimum (A)


6.3 T - 150 700 975 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

8T - - 300 500 1200 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

10 T - - - 400 500 1500 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

12.5 T - - - - 350 1000 2025 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

16 T - - - - - 730 1700 2540 3200 3980 5000 6100 11500 15200

20 T - - - - - - 900 1000 3200 3980 5000 6100 11500 15200

25 T - - - - - - - 800 1500 3980 5000 6100 11500 15200

31,5 T - - - - - - - - 950 1750 5000 6100 11500 15200

40 T - - - - - - - - - 1000 2500 6100 11500 15200

50 T - - - - - - - - - - 1750 3000 11500 15200

63 T - - - - - - - - - - - 2500 11500 15200

80 T - - - - - - - - - - - - 5000 15200

100 T - - - - - - - - - - - - - 8500

160 T - - - - - - - - - - - - - 4000
Arus pengenat / Arus pengenal / tipe pelebur yang di proteksi (A)
tipe pelebur 8K 10K 1,5K 16K 20K 25K 31.5K 40K 50K 63K 80K 100K 160K 200K

pemroteksi (A) Arus gangguan maksimum (A)


1H 125 280 415 550 6500 840 11000 1340 1700 2130 2800 3900 6800 4200

2H - 45 255 490 650 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 4200

13.1S H - 45 255 490 650 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 4200

5H - 45 255 490 650 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 4200

8H - 45 255 490 650 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 4200

Arus pengenat / Arus pengenal / tipe pelebur yang di-proteksi (A)


tipe pelebur 8KK 10K 15K 16K 20K 25K 31.5K 40K 5OK 63K 8OK 100K 160K 200K

pemroteksi (A) Arus gangguan maksimum (A)


6.3 K - 90 200 550 650 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 9200

8K - - 170 300 650 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 9200

10 K - - - 200 300 840 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 9200

12.5 K - - - - 250 350 1100 1340 1700 2130 2800 3900 6800 9200

16 K - - - - - 250 550 1340 1700 2130 2800 3900 6800 9200

20 K - - - - - - 350 630 1700 2130 2800 3900 6800 9200

25 K - - - - - - - 400 800 2130 2800 3900 6800 9200

31,5 K - - - - - - - - 600 1000 2800 3900 6800 9200

40 K - - - - - - - - - 700 1250 3900 6800 9200

50 K - - - - - - - - - - 800 1750 6800 9200

63 K - - - - - - - - - - - 1000 6800 9200

80 K - - - - - - - - - - - - 6800 9200

100 K - - - - - - - - - - - - 3500 9200

160 K - - - - - - - - - - - - - 2000
3. KOORDINASI PBO DENGAN PBO
• Koordinasi antara PBO dengan PBO diperlukan bila terdapat:
1. Dua buah PBQ fasa-tiga;
2. Dua buah PBO fasa-tunggal;
3. PBO fasa-tiga di Gardu Induk dan PBO fasa tiga/tunggal pada penyulang
cabang-cabangnya.
• Koordinasi antara PBO-PBO dapat dicapai dengan memakai salah satu cara:
1. Menggunakan PBO yang type nya berlainan dan ambil beberapa
gabungan dari ukuran kumparannya atau urutan operasinya;
2. Menggunakan type PBO dan urutan kerja yang sama tetapi
menggunakan ukuran kumparan berbeda;
3. Menggunakan type PBO dan ukuran kumparan yang sama tetapi
memakai urutan kerja yang berlainan.
Yang sering digunakan adalah cara pertama.
3.1. KOORDINASI PBO DENGAN PBO CARA 2
• Koordinasi dengan memilih besar arus pengenal kumparan kerjanya yang
berbeda (cara ke-2)
PBO o Bila karakteristik waktu-arus dari ketiga
50 A PBO tersebut sama 2A2C, ternyata
bahwa ketiga PBO tersebut pada arus
PBO
70 A
gangguan 1000 A, karakterisk cepatnya
PBO (kurva A) akan bekerja kurang dari 2
100 A
cycle; arus gangguan sebesar ini bila
terjadi di-sisi beban PBO 50 A, akan
menyebabkan ketiga PBO akan bekerja
pada kerja-cepatnya secara serentak.
o Pada arus 1000 A, beda waktu antara
kurva waktu operasi kerja-lambat (kurva
C) dari unit 50 A dan 70 A kurang lebih 3
cycle dan antara unit 70 amper dan 100
amper sekitar 7 cycle. Karena beda
waktunya kurang dari 12 cycle, maka
operasi serentak dapat terjadi pada
ketiga PBO pada operasi kerja-lambatnya.
3.1. KOORDINASI PBO DENGAN PBO CARA 2

• Pada 500 A, beda-waktu kurva operasi kerja-lambat dari


unit 50 A dan 70 A adalah 13,7 cycle dan antara unit 70
A dan 100 A adalah 28,8 cycle. Pada tingkat gangguan
seperti ini terpenuhi koordinasi antar PBO-PBO
tersebut;meskipun operasi serentak sudah dibatasi,
operasi serentak dapat juga terjadi pada operasi kerja-
cepatnya, hal ini dikarenakan karena beda-waktu dari
kurva operasi kerja-cepatnya tidak memadai.
• Pada gangguan 500 A disisi beban PBO 50 A, ketiga unit
ini bekerja pada dua operasi kerja-cepatnya yang
mendekati operasi serentak. Selama operasi lambat,
hanya unit PBO 50 amper yang akan
menghilangkan/memutuskan gangguan, membuka
sebelum unit PBO 70 dan 100 amper bekerja. PBO 50
amper akan mengunci terbuka pada gangguan yang
permanen disisi bebannya dan unit lainnya me-reset
kembali.
3.2. KOORDINASI PBO DENGAN PBO CARA 3
• Koordinasi memakai type PBO dan ukuran kumparan yang sama tetapi
memakai urutan kerja yang berbeda.

• Semua PBO mempunyai kumparan dari 100 amper tetapi PBO1 urutan
kerjanya 1A3C, PBO2 dan PBO3 urutan kerjanya disetel masing-masing
2A2B.
3.2. KOORDINASI PBO DENGAN PBO CARA 3

• Bila terjadi gangguan pada titik F, maka PBO1 dan PBO2 akan serentak
bekerja pada satu kali operasi kerja-cepatnya. Ini terjadi karena kedua PBO
tersebut beroperasi pada kurva waktu-arus yang sama dengan PBO2
dengan urutan kerjanya 2A2B, berikutnya akan bekerja dengan operasi
kerja-cepat sebelum PBO1 bekerja pada operasi kerja-lambat (kurva C).
• Bila gangguan permanen, PBO2 akan mengunci terbuka karena PBO2 akan
bekerja pada kurva B yang lebih cepat dari pada bekerjanya PBO1 pada
kurva C. Dianggap cukup waktu antara kurva B dan C guna mencegah
operasi serentak pada tingkat arus gangguan yang terjadi. Dengan cara ini
gangguan pada saluran cabang akan menyebabkan pemadaman
sementara untuk semua beban pada penyulang utamanya.
• Untuk gangguan yang bersifat permanen pada titik F, hanya PBO2 yang
akan mengunci terbuka. PBO1 akan mengunci, hanya untuk gangguan
permanen yang terjadi pada saluran utama, seperti pada titik K.
4. KOORDINASI PBO DENGAN PELEBUR

• Pada gambar , diperlihatkan


Waktu

karakteristik kurva-cepat, kerja-lambat


dan kurva extra lambat dari suatu PBO
• Kurva A dan B masing-masing
C kerja-extra lambat merupakan simbolis dari buka pertama
B kerja-lambat
A kerja-cepat dan kedua dan buka ketiga dan
keempat dari PBO.
arus

Gambar: Macam karakteristik kerja PBO


• Guna pengamanan terhadap gangguan permanen, pelebur dipasang pada saluran utama
dan cabang. Penggunaan alat pengaman PBO sebagai alat pengaman back-up terhadap
gangguan sementara yang dapat mengurangi banyaknya pemadaman yang tidak
diperlukan bila hanya memakai pelebur saja.
• PBO sebagai pengaman back-up pada penyulang yang ada di GI, biasanya urutan
operasinya satu kali cepat dua kali lambat atau pada penyulang cabang dengan dua kali
kerja-cepat dan dua kali kerja-lambat.
• PBO distel bekerja untuk gangguan sementara sebelum pelebur melebur, dan kemudian
menutup rangkaian. Akan tetapi bila gangguan itu bersifa permanen, maka gangguan ini
akan dipisahkan (pelebur melebur) dengan bekerjanya pelebur tertentu, sebelum PBO
bekerja pada operasi-lambat, yang sebelumnya telah bekerja pada satu kali/dua kali
operasi-cepat.
Kurva waktu pemutusan total pelebur C
PBO

a C

Waktu
Kerja-lambat PBO

B
Kurva waktu leleh minimum
pelebur C
Batas koordinasi

b Kerja-cepat PBO

A “a” batas arus (minimum)


“b” batas arus (maksimum)

arus

Gambar : Superposisi kurva waktu-arus PBO terhadap kurva waktu-arus pelebur

• Gambar di atas memperlihatkan superposisi terhadap kurva waktu-arus dari pelebur C


operasi cepat dan operasi lambat dari PBO.
• Bila terjadi gangguan temporer dihilir pelebur C, maka PBO akan bekerja dengan operasi
cepat guna melindungi pelebur C agar tidak melebur. Dapat dilihat bahwa kurva operasi
kerja cepat dari PBO berada dibawah kurva waktu-arus dari pelebur sampai pada titik
potong b.
• Akan tetapi bila terjadi gangguan yang bersifat permanen, pelebur akan melebur sehingga
gangguan dapat dipisahkan/diputuskan dan ini berlangsung sewaktu PBO bekerja pada
operasi lambatnya,yaitu kurva B.-
• Kurva-waktu operasi lambat dari PBO terletak diatas kurva waktu pemutusan total dari
pelebur C sampai pada titik potong a. Jarak antara titik-titik potong a dan b merupakan
batas koordinasi dari pelebur dan PBO.
panas panas panas panas

dingin dingin dingin


B’
Mengunci
terbuka
• Pada gambar ini ditunnjukkan
B siklis suhu dari anak-pelebur
Suhu anak pelebur

selama PBO bekerja. Bila kita


amati gambar ini, ternyata
A’
bahwa untuk setiap dua kali
A
operasi kerja-cepat PBO
memakan waktu dua siklis,
akan tetapi untuk setiap
62 siklus 62 siklus 55 siklus

Tegangan yang
diterapkan
15,5-kV
operasi kerja-lambatnya
memerlukan waktu 20 siklis.
Sesudah operasi keempatnya,
2 siklus 2 siklus 20 siklus
3500 A simetris (rms)

20 siklus
PBO mengunci terbuka.
Gambar Siklus suhu anak-pelebur selama operasi PBO
• Jadi perlu diperhitungkan
panasnya anak-pelebur
sebagai awal koordinasi.
5. KOORDINASI PBO DENGAN SSO
Prinsip-prinsip koordinasi dalam penggunaan recloser disisi sumber dengan SSO disisi
beban adalah sebagai berikut:
1. Arus penggerak/kerja minimum SSO adalah 0,8 x arus kerja minimum dari PBO
2. SSO harus diatur untuk berada pada posisi terbuka terus dalam jumlah hitungan
operasi jumlah operasi dari PBO sampai pada posisi terbuka terus, dikurangi satu
hitungan.
Misalnya, PBO bekerja pada pada urutan 2 kali terbuka cepat dan 2 kali buka
lambat; jadi pada saat PBO bekerja pada buka lambat yang pertama, SSO harus
mengunci pada posisi terbuka, lihat gambar 8.31.
3. Waktu untuk membuka dan menutup kembali dari PBO harus di-koordinasikan
dengan waktu hitungan dari SSO. Waktu untuk membuka dan menutup dari PBO
ini harus lebih kecil dari waktu mengingat dari SSO. Apabila waktu untuk
membuka dan menutup kembali dari SSO ternyata lebih besar dari waktu
mengingat dari SSO, maka SSO tidak akan mengingat sebagian dari jumlah operasi
kerja PBO.
4. Arus-kerja minimum dari SSO harus lebih besar dari arus beban.
5. KOORDINASI PBO DENGAN SSO
Waktu mengingat SSO

Hitungan ke-tiga SSO


Waktu cadangan
SSO membuka
Hitungan pertama SSO Hitungan kedua SSO

F1 F2 F3

R1 R2

Waktu

• Oleh karena SSO tidak mempunyai karakteristik waktu-arus, maka pada waktu
melakukan koordinasi dengan PBO harus diperhatikan bahwa SSO itu mempunyai
mempunyai karakteristik mengingat hitungan pemutusan yang dilakukan PBO disisi
sumber.
5. KOORDINASI PBO DENGAN SSO

Tiga
hitungan
PBO A
Belitan kerja 50 amper SSO Belitan kerja 50 amper
Bekerjanya minimum 100 amper Bekerjanya minimum 80 amper

Waktu mengingat SSO :


• Untuk SSO mengunci terbuka pada hitungan ke tiga maka :waktu mengingat SSO > Rl + F2 + R2 +
F3. Apabila diinginkan SSO mengunci terbuka pada kedua maka :waktu mengingat SSO > Rl + F2
• PBO sebagai back-up di set mengunci terbuka pada operasi kerja ke-empatnya. Operasi ini
dapat merupakan gabungan dari kerja-cepat yang diikuti kerja-lambat.
• SSO harus diset pada hitungan yang lebih kecil dari opersi PBO nya, dalam hal ini dipilih tiga
hitungan. Bila gangguan permanen terjadi sesudah SSO kearah hilir, SSO akan membuka dengan
demikian seksi yang terganggu dipisahkan /diisoler (ini berlangsung selama operasi ketiga dari
PBO). Kemudian PBO menutup kembali sehingga bagian yang tidak terganggu dapat berfungsi
kembali.Bila terdapat lagi SSO yang terhubung seri, ia dapat diset pada hitungan yang lebih kecil
lagi, sampai mengunci terbuka. Bila terjadi gangguan,ini akan menyebabkan PBO bekerja dan
ketiga SSO nya akan menghitung pemutusan arusnya. SSO3 akan mengnci terbuka dan
mengisoler bagian feeder yang mengalami gangguan. Kemudian PBO masuk kembali sehingga
bagian dari saluran yang tidak terganggu dapat berfungsi kembali, kemudian SSO1 dan SSO2
reset kembali.
6. KOORDINASI PEMUTUS TENAGA - PELEBUR
• Koordinasi pelebur dengan Pemutus Tenaga (rele arus lebih) pada
dasarnya sama dengan koordinasi pelebur dengan PBO. Secara umum,
interval waktu menutup kembali dari Pemutus Tenaga (PMT) lebih lama
dari PBO. Sebagai contoh, interval waktu minimum menutup kembali dari
PBO biasanya 5 detik dimana interval waktu minimum menutup kembali
PBO dapat lebih cepat yaitu 1/2 detik.
• Oleh karenanya, bila pelebur digunakan sebagai pengaman back-up atau
alat yang di proteksi, tidak diperlukan pengaturan mengenai pemanasan
dan pendinginan dari anak peleburnya.
• Untuk mendapatkan koordinasi antara pelebur dan PMT, kurva waktu-
lebur minimum dari pelebur dipakai sebagai gangguan pasa ke pasa pada
sisi sekundernya. Bila waktu melebur minimum dari pelebur kurang lebih
135% dari gabungan waktu PBO dan rele,maka koordinasinya telah
tercapai.
6. KOORDINASI PEMUTUS TENAGA - PELEBUR

• Bila pelebur dipakai sebagai alat pemroteksi(protecting device),


koordinasinya dapat dicapai bila waktu operasi rele 150% dari waktu
pemutusan total pelebur.
Bila PMT bekerja dengan cepat, ia dapat menghilangkan/mengisoler
gangguan sebelum melebur. Sebaliknya, pelebur akan
memutus/menghilangkan gangguan sebelum PMB bekerja pada operasi
kerja-lambatnya. Oleh karenanya perlu diketahui karakteristik dari rele
terhadap semua harga arus termasuk harga maximumnya yang terjadi
pada lokasi pelebur yang bersangkutan dan kurva karakteristik rele ini
harus terletak diatas kurva karakteristik waktu maximum pemutusan
pelebur yang bersangkutan.
• Pelebur yang dipasang pada tiang-awal dari kabel-tanah, hanya berfungsi
sebagai proteksi dari kabel tanah tersebut; tidak dikoordinasikan dengan
"kerja cepat rele"; karena biasanya PMT tidak ditujukan pada gangguan
yang termporer.

Anda mungkin juga menyukai