Anda di halaman 1dari 38

TEKNIK PEMBANGKITAN DAN

PENGUJIAN DENGAN
TEGANGAN TINGGI IMPULS
Keperluan dan Fungsi Pengujian

• Adanya gangguan tegangan lebih luar yang disebabkan


oleh pelepasan muatan petir.
• Mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredam,
seperti pelepasan muatan kapasitor melalui tahanan yang
induktif
• Bentuk Gelombang: berekor pendek bermuka curam.
• Merupakan gelombang berjalan (Traveling Wave)
• Selama gelombang ini berjalan melalui kawat transmisi
bentuknya berubah : Mukanya menjadi kurang curam dan
ekornya bertambah panjang, amplitudonya berkurang.
• Berfungsi untuk eksperimen dan riset mengenai
ketahanan peralatan terhadap gelombang petir.
Bentuk Tegangan Impuls
• Bentuk Gelombang Naik dalam waktu
singkat dengan penurunan yang lambat.
• Persamaan : V=V0(e-at – e-bt)
• Bentuk Gelombang :
• Muka Gelombang : Bagian dari
gelombang yang dimulai dari titik nol
(nominal) sampai titik puncak.
(menurut IEC ditentukan dari titik nominal perpotongan antara
sumbu waktu dengan garis lurus yang menghubungkan 30% dan
90% dari tegangan puncak).

• Ekor Gelombang : Bagian dari puncak


gelombang sampai turun 50% dari titik
puncak.
• Bentuk Gelombang dinyatakan sebagai :
(Tf x Tt) s. [IEC: (1.2 x 50) s ].
Toleransi Harga Tf dan Tt berbagai standart

• Untuk Surja hubung digunakan nilai :


[IEC: (250 x 2500) s ].
Prinsip Kerja Generator Impuls
Prinsip Kerja:
• Kapasitor C diberi muatan
dari sebuah sumber DC
melalui tahanan pemuat r.
• Percikan api (spark over)
antara sela api G terjadi
pada waktu tegangan
pemuat V mencapai suatu
harga tertentu.
Note: • Pada waktu itu muatan
• Tahanan Rs bertindak sebagai pada C dilepaskan
tahanan peredam (damping (discharges) melalui
resistor) untuk menghindari osilasi tahanan seri R , induktansi
s
frekuensi tinggi. L, dan tahanan R0.
• Ro dipakai untuk mengatur bentuk • Dengan demikian tegangan
ekor gelombang. impuls terjadi diantara
• L bersama Ro dipakai mengatur terminal tahanan Ro.
muka gelombang.
Persamaan Dasar Sirkuit RLC
• Bila C(2r)>>CR dimana R=Ro+Rs • Maka :
maka : d 2i di 1
di 1 t L R  i0
L  Ri   idt  V dt dt C
dt C 0
d 2i di 1   
L Ap 2 e pt  R Ape pt  1
 
Ae pt  0
L 2 R  i0 C
 
dt dt C
L p 2  R p   1  0
1
C
• Penyelesaiannya : i  Ae pt
1
maka: Lp 2  Rp  0
i  Ae pt C
di • Dengan rumus ABC didapatkan:
 Ape pt
dt p  1   2
d 2i
 Ap 2 pt
e R  R  1
2

dt 2
p    
2L  2L  LC
• Maka didapatkan penyelesaian umum : di
L V
i  A1e1t  A2e 2t dt
di V

• Dimana A1 dan A2 adalah konstanta dt L
integral yang dapat ditentukan dari V
kondisi permulaan  pada saat t=0 A1 (1 )e 1t  A2 ( 2 )e  2t 
L
maka akan didapat : V
– i=0 A1 (1 )e 1 ( 0 )  A2 ( 2 )e  2 ( 0 ) 
L
– L di/dt=V V
 1 A1  ( 2 ) A2 
L
i0 V
1t  2t  1 A1  ( 2 )(  A1 ) 
i  A1e  A2e L
1 ( 0 )  2 ( 0 ) V
0  A1e  A2 e  1 A1   2 A1 
L
0  A1  A2 V
A1 (1   2 ) 
A1   A2 L
V 1 V 1
A1  
L (1   2 ) L ( 2  1 )
• Karena: 2
R  R   1 
1      
2L  2 L   LC 
2
R  R   1 
2      
2L  2 L   LC 
2 2
R  R   1  R  R   1 
1   2           
2L   
2 L LC  2 L   
2 L LC 
R R R
1   2   
2L 2L L
R
L
1   2

• Maka : V 1
A1 
L ( 2  1 )
V 1
A1 
R ( 2  1 )
( 2  1 )
V ( 2  1 )
A1 
R ( 2  1 )
V 1 V ( 2  1 ) jika
A1   A2  
L ( 2  1 ) R ( 2  1 )  2  1
A Ro
karena : R
maka
i  A1e 1t  A2 e  2t
maka : v V
A
 2  1

e 1t  e  2t 
V ( 2  1 ) 1t V ( 2  1 )  2t jika
i e  e
R ( 2  1 ) R ( 2  1 ) A
K V
V ( 2  1 ) 1t  2  1
i (e  e  2t )
R ( 2  1 ) maka

Tegangan Impuls:

v  K e 1t  e  2t 
maka
v  iRo A   1 Ro
K V  2 V
 2  1  2  1 R
V   2  1  1t  2t
v  
 e e
R   2  1 

Ro
1 dan 2 adalah positip dan riil.
 Ro 
 ( 2  1 ) 
v V 
R
 2  1

 e 1t  e  2t 
Analisa Persamaan Impuls RLC
• Dalam praktek harga yang harus
ditentukan adalah panjangnya:
– Muka Gelombang
– Ekor Gelombang
• Maka yang harus dicari adalah harga :
– 1 dan 2
– L dan R
– L dan C
– R dan C
• Untuk menentukan 1 dan 2 diperlukan 2 Persamaan:
– Yang menyatakanTf adalah titik maksimum, yaitu pada waktu dv/dt=0.
V  K (e 1t  e  2t )
karena
dv
0
dt
maka
V  K (e 1t  e  2t )
dv
 K ( 1e 1t   2 e  2t )
dt
0  K ( 1e 1t   2 e  2t )
1e  t   2 e  t
1 2

ln( 1e  t )  ln(  2 e  t )


1 2

ln( 1 )  ( 1T f )  ln(  2 )  (  2T f )


 1T f   2T f  ln(  2 )  ln( 1 )
 1 
 T f (1   2 )  ln 
  
 2 
1  2 
Tf   ln  
(1   2 )  1 


– Yang menyatakan bahwa tegangan impulsnya menurun menjadi setengahnya pada
waktu Tt : 1Tt  2Tt 1T f  2T f
(e 1 e (e ) e )
2
• Secara teoritis, 1 dan 2 dapat dicari dari 2 persamaan diatas bila Tf dan Tt
diketahui.
• Oleh karena penyelesaiannya agak sulit maka digunakan penyederhanaan
berikut :  k
1
ln


1
ln


1
2
ln
 2 2
1  2 1 1  2 1 1  2 1
1 1 2
e 1 e 1 e
2 2
 2  1  1k  1  2 
 ln 2  ln 2  ln 2
Tt  T f e 1  2 1
1 e 1  2 1
1 e 1  2 1
2 2
maka
jika
1Tt  2Tt
e  e 2
karena 
1
Tt
k maka
Tf  1k  1  2 
 ln 2  ln 2  ln 2
1  2 1 1  2 1 1  2 1
jadi e 1 e 1 e
 T  T
2 2
(e 1Tt  e  2Tt )  1 (e 1 f  e 2 f ) 1 1 2
2 1
k
 1  1 
 kT  T  T  ln 2  ln 2  ln 2
1  2 1 1  2 1 1  2 1
(e 1 f  0)  1 e 1 f  1 e 2 f 
1 1

1 1

1 1
2 2 e 1 e 1 e
2 2
k 1 
ln  ln  1 
ln 
1  1 
e 1 e 1 e
2 2
• Dari persamaan tersebut dapat
diatrik sebuah lengkung yang
menghubungkan k dengan 
• Jadi untuk tiap bentuk
gelombang dimana Tf dan Tt
diberikan maka k dan  dapat
dihitung
• Selanjutnya bila • Jadi bila Tf dan Tt diketahui maka k
dapat dihitung.
1    
• Dari gambar dapat diukur ln ,
2     sehingga  dapat dihitung.
1   2            2 • Setelah itu  dapat dicari.
1   2            2 • Sehingga 1 dan 2 dapat
1    1 ditentukan.
Tf  ln 
   
  ln 
2   2

 
1
ln  • Apabila ketelitian yang lebih tinggi
2T f dikehendaki, maka dipakai cara
dan analitis sebagai berikut :
2  
  
e 1Tt  e  2Tt
2  
         1kT f  2 kT f
e  e
      
 (  ) kT f  (   ) kT f
 (   1)     e  e
 (   1)   (   1)
 1
  
 1
(e 1Tt  e  2Tt )  1 (e
2
1T f
e
 2T f
) 1

 (   )( k  1)T f  ln  1  e f 
2
2T 



karena
1  1  e 2T f 
e  2Tt  0 (   )  ln  
(k  1)T f  2 
maka
1  2 
 T
e 1Tt  1 (e 1 f  e 2 f )
 T
(   )  ln  2T f 
2 (k  1)T f  1  e 
 (  ) kT f  (  )T f  (   ) T f
e  1 (e e ) jika
2
 2T f
dibagi 2T f  4  e  0.01832
 (  )T f
e 1 0.693
(   )  ln 2 
maka (k  1)T f (k  1)T f
 (  ) kT f  (  )T f  (   )T f  (  )T f  (  )T f  (  )T f
e  1 (e e ) •Kesalahan kira-kira 2%.
2
 (  )( k 1)T f  2T f •Dengan trial and error maka 
e  1 (1  e )
2 dan  dapat dicari.
•Dan dengan cara yang sama
pula 1 dan 2 dapat ditentukan.
Beberapa harga untuk beberapa macam bentuk gelombang
Bentuk Gelombang   2 - 2 LC RC
1 x 40 2.768 2.75 0.1 21.7 54.5
1 x 50 3.044 3.029 0.0862 11.6 70.6
1.5 x 40 1.766 1.757 0.0642 15.6 55.4

1
  2  2
2
R  R  1
 1   2       LC
2L  2L  LC
 1   2    
1
L

 C  2  2 
R
  L
1
2L
2
2

C   2 
 R  1 1 dan
      2
 2L  LC LC R
 
lalu 2L
2
1 R   2L 
     
2

LC C  2
 2

1 L=µH
2 2  C= µF
LC
R=
Effesiensi Tegangan
• Karena ada jatuh Tegangan (Voltage Drop) maka tegangan impuls
yang sampai ke spesimen yang diuji akan lebih rendah
• Maka dapat didefinisikan effesiensi tegangan :
Vmax
V 
V
• Effesiensi Tegangan ini sering disebut juga sebagai “Utilization ratio”
• Untuk Sirkuit RLC :  1 2

  1 Ro   2 
 
     2   

V  2  
2 1 2 1

 2  1 R  1   
 1 

 
khusus
T f  Tt  1 40
maka
Ro
V  0.972
Ro  Rs
Persoalan Pengaturan Bentuk
Gelombang
• Dalam praktek setiap spesimen yang diuji
mempunyai ciri khas, karena sedikit banyak ada
induktansi, kapasitansi atau “mutual coupling”
yang tidak diinginkan (stray parameter).
• Contohnya :
– Transformator kapasitas besar sukar diatur Tt-nya
– Bushing tegangan tinggi sukar mencapai toleransi
50%
Sirkuit RLC Praktis
Cara memberi muatan

• Generator impuls 1 tahap tidak dapat


menghasilkan tegangan yang terlalu tinggi.
• Untuk menaikan tingkat tegangan maka
dipakailah generator impul multi tahap (multi-
stage generator)
• Prinsip kerjanya adalah : Kapasitor dalam setiap
tahap diberi muatan secara paralel dan
dilepaskan muatannya secara seri melalui sela
api (spark-gaps)
• Cara pemberian muatan ada 2 cara :
– Secara Seri
– Secara Paralel
Pemberian Muatan Secara Seri

• Tahanan pemuatnya semua dihubungkan secara seri


• Tiga sela bola dalam tahap yang terendah dipakai untuk
memudahkan lompatan api diantara sela seri
Pemberian Muatan Secara Paralel

• Tiap tahanan pemuat dihubungkan secara paralel.


• Kerugian dari rangkaian paralel dibanding rangkaian seri adalah bahwa
tiap tahanan pemuat harus diisolasikan terhadap seluruh tegangan
pemuat
• Hal ini sangan merugikan dan tidak ekonomis dan secara teknis sukar
dibuat
Sirkuit RLC Praktis
Cara Mulai dan Mengatur Tegangan

• Pelepasan muatan di Generator Impuls


diharapkan dapat terkontrol kapan akan
dilakukan
• Ada 2 cara pengaturan :
– Pelepasan terjadi secara spontan
– Pelepasan buatan dengan bantuan sela khusus
• Untuk pengoperasian yang simultan antara
Generator Impuls dan alat pencatat, maka
diperlukan suatu sela mulai yang dapat
dilepaskan dengan isyarat/cara listrik.
• Gambar diatas menggambarkan sela mulai yang mempunyai sela
jarum ditengahnya
• Apabila sebuah pulsa sampai pada jarum, maka medan pada sela
utama berubah, sehingga terjadi percikan api pada tegangan yang
lebih rendah daripada tegangan yang seharusnya.
• Guna tabung gelas untuk mempercepat terjadinya korona.
• Tegangan yang diperlukan untuk memulai percikan adalah 5-10 kV.
• Titik P1 dan P2 dimuati dari sumber DC, masing-masing K1 dan K2,
yang diberi tegangan pemuat 5-10 kV
• Bila bola pencetus G1 dimulai oleh pulsa yang dikirim dari
osiloskop, maka potential P1 tiba-tiba menjadi nol, sedangkan P2
menjadi 2 kali tegangan pemuat.
• Oleh sebab itu terjadi percikan pada sela G2 yang mengakibatkan
tegangan impuls.
• Waktu penundaan pencetusan/trigger diatur oleh C
• Hasil pulsa keluaran karena percikan di sela G2
mengakibatkan bentuk impuls bebrbentuk segi
empat
• Dengan adanya kapasitor C bentuk
tegangannya menjadi lebih dibulatkan.
Cara Mengukur Tegangan Impuls
Dengan Menggunakan Sela Bola

• Sela bola sering digunakan untuk mengukur tegangan


impuls
• Sela bola harus selalu ditera dengan tegangan percik
50% (disingkat 50% sparkover, SOV) dari sela bola
standar
• Sela bola standar adalah sela bola yang memenuhi
syarat standar mengenai :
– Kwalitas
– Jarak sela
– Ukuran bola
• Dalam keadaan udara tertentu, sela bola selalu
mempunyai tegangan percik tertentu pula.
Itulah sebabnya sela bola dapat dipakai sebagai alat
ukur.
Bentuk Kondisi Bola Elektroda
Syarat:
• Permukaannya Licin
• Lengkungnya rata
• Permukaan bola harus bebas debu, minyak,dll
• Tahanan peredam dipasang seri dengan jarak minimum 2D
(D= diameter) dari bola diukur dari titik dimana terjadi percikan.
– Tegangan uji AC =100 k s/d 1000 k
– Tegangan uji Impuls 500 

Diameter Bola (D) Jarak dari (A) Jarak dari (B) S= jarak antara
dalam cm (maks) (min) (minimum) elektroda bola
10 s/d 15 8D 6D 12S A=jarak antara titik
25 7D 5D 10S P dengan tanah
50 6D 4D 8S B=jari-jari dalam
ruangdiameter
100 5D 3.5D 7S
elektroda yang
150 4D 4D 6S bebas dari benda
200 4D 3D 6S atau bangunan lain
Ketepatan Nilai Tabel dan
Pengaruh Udara Sekitar
• Untuk pengujian AC dan Impuls sampai 0.5D
dengan kesalahan 3%.
• Untuk jarak diatas 0.7D nilai ditabel kurang tepat
maka diberi tanda kurung.
• Kesalahan mencapai  5% bila jarak 0.4D
• Nilai tegangan yang terdapat ditabel hanya
berlaku untuk
– Suhu sekitar 20C
– Tekanan udara 1013 mbar atau 760 mm Hg atau 1
Torr
Sela Bola Dengan Salah Satu Dari Bola Disambung ke Tanah (Untuk : AC, Negative Impuls, Negative Switching)
Sphere gap Spacing (mm) Voltage Sphere 6.25 kV Peak diameter (cm) 12.5 25
5 17.2 16.8
10 31.9 31.7
15 45.5 45.5
20 58.5 59.0
25 69.5 72.5 72.5
30 79.5 85.0 86.0
35 (87.5) 97.0 99.0
40 (95.0) 103.0 112.0
45 (101.0) 119 125
50 (107.0) 129 137
55 (112) 138 149
60 (116) 146 161
65 154 173
70 (161) 184
80 (174) 205
90 (185) 226
100 (195) 244
110 (203) 261
120 (212) 275
125 (214) 282
150 (314)
175 (342)
200 (366)
225 (385)
250 (400)
Sela Bola Dengan Salah Satu Dari Bola Disambung ke Tanah
(Untuk Positip impuls, positip switching)
Sphere gap Spacing Voltage Sphere kV Peak diameter (cm) 25
(mm) 6.25 12.5
5 17.2 16.6

10 31.9 31.7 31.7


15 45.5 45.5 45.5
20 59 59.0 59
25 71.0 72.5 72.7
30 82.0 85.5 86.0
35 (91.5) 98 99.0
40 (101) 110 112.0
45 (108) 122 125
50 (115) 134 138
55 (122) 145 151
60 (127) 155 163
65 (164) 175

70 (173) 187

80 (189) 211

90 (203) 233

100 (215) 254

110 (229) 273

120 (234) 291

125 (239) 299

150 (337)
• Untuk menetapkan 50% SOV dapat ditentukan
dengan 2 cara :
– Interpolasi
– Cara naik dan turun (Up-and-Down Method), lebih
umum digunakan. Prosesnya yaitu:
• Cara naik dan turun (Up-and-Down Method).
Mula-mula tegangan puncak dari percikan minimum
diterapkan pada sela.
• Apabila percikan terjadi, maka tegangan di turunkan
setingkat (besar tingkatan ditentukan dari pengalaman)
• Tegangan ini diterapkan lagi, kalau masih ada percikan
tegangan diturunkan lagi. Apabila tidak tegangan dinaikkan
• Prosedure ini diulang sampai 30 – 50 kali
• Besarnya 50% SOV adalah :
Vs=Vminimum+(Vi-Vi-1)(A/N + ½)
• Dimana :
– Vminimum= tegangan yang terjadi pada tanda X yang terendah
– Vi =tegangan pada tingkat I (tertinggi)
• Dari tabel didapat
Vs=28+(32-31)(29/20 + ½)= 29.95 kV
• Bila tanda “O”, maka rumus yang dipakai berubah menjadi
V*s =V* minimum+(Vi-Vi-1)(A/N - ½)
• Jika titik yang diambil cukup banyak maka Vs= V*s
Cara Mengukur Tegangan Impuls
Dengan Menggunakan CRO

• Dengan mengunakan Chatode-Ray Oscillograph


(CRO) kita dapat :
– Tegangan puncak
– Bentuk gelombang
– Ketidak normalan bentuk impuls (menggambarkan
kerusakan alat uji)
• CRO hanya bisa mengukur tegangan rendah
saja, jadi untuk mengukur tegangan tinggi
diperlukan pembagi tegangan (baik resistor atau
kapasitor)
I 2 R5 1
rV 
( I1  I 2 ) R1  I 2 ( R3  R5 ) n
R2 R5
rV 
n[( R1  R2 )( R3  R5 )  R1 R2 ]

•Gambar diatas menunjukkan sirkuit pengukuran dan pembagi tegangan


(menggunakan tahanan).
•Untuk menghindari osilasi maka perlu diperhatikan syarat-syarat tertentu
:R2+R3=R4=R5=R6=z=surge impedance kabel.
•Apabila syarat tersebut dipenuhi, maka sirkuit pengukurannya dapat
disederhanakan.
•Jika R5=R6z maka bentuk gelombang berubah karena ada refleksi
keluar masuk kabel akan banyak berkurang jika R2+R3=R4
Faktor Koreksi Keadaan Udara
• Koreksi Keadaan udara menggunakan
rumus2 yang telah diterangkan di bab 2
Buku Teknik Tegangan Tinggi karangan
Artono Arismunandar
Konstruksi Generator Impuls
• Contoh konstruksi
• Spesifikasi :
– 10 Tahap
– Tegangan Nominal 750 kV
– Tegangan Penguji 600 kV
– Jumlah Kapasitansinya 0.06 F
– Maka tenaga yang tersimpan adalah
UC= ½ CVN2
= ½ (0.05)10-6(750)2106
= 14000 joules(watt-detik)
– Untuk pengujian biasa hanya dibutuhkan :
1000 joules / 100kV
– Hubungan antara tegangan nominal dan
tegangan pemuat maksimum dinyatakan
dengan :

VN=nVQ
dimana n= jumlah tahap
VQ=Tegangan pemuat maksimum

Anda mungkin juga menyukai