2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran
dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan
alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan
hukum ” STOKES”
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh
karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai
suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan
adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau
mengembang atau mengikat air sehingga campuran
tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut
bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi.
Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas,
PH, danproses fermentasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contohnya : Acasia ( Pulvis gummi arabici),
Chondrus, Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b.Golongan organk polimer
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari
serbuk yang tidak larut di dalam cairan pembawa adalah
langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain –
lain kontaminan .
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ – nya
besar mereka mengambang pada permukaan cairan.
Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan
sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah permukaan
cairan.
Serbuk dengan sudut kontak ± 90ْ akan
menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari
cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di
bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih
kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya
sudut kontak .
Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob ,
seperti sulfur , carbo adsorben, Magnesii Stearat dan
serbuk yang mudah dibasahi air
disebut hidropofil seperti toluen , Zincy Oxydi ,
Magnesii Carbonas .
Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (
wetting agent ) adalah sangat berguna dalam
penurunan tegangan antar muka akan menurunkan
sudut kontak , pembasahan akan dipermudah.
Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang
tidak larut karena akan memindahkan udara diantara
partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat
menembus dan membasahi partikel karena lapisan
gliserin pada permukaan partikel mudah campur
dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan
dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin,
propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan
air. ( IMO , 152 )
a. Sistem Deflokulasi
b. Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah
terikat lemah, cepat mengendap dan mudah
tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake.
Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel
terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan
akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi
agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali. ( Farmasetika , 163 )
1. Metode Dispersi
2. Metode Presipitasi ( Pengendapan ) , metode ini di
bagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :
· Presipitasi dengan pelarut organik
· Presipitasi dengan perubahan pH dari media
· Presipitasi dengan dokomposisi rangkap
1. Metode Dispersi
Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan
pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah
air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah
partikel – partikel harus terdispersi betul di dalam air,
mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang
– kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena adanya
udara, lemak dan lain – lain kontaminan pada
permukaan serbuk . ( Farmasetika , 165 )
2. Metode Presipitasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang
tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam pelarut
organik yang dapat dicampur dengan air, lalu
ditambahkan air suling dengan kondisi
tertentu. Pelarut organik yang digunakan adalah
etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang
perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control
ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau
hidrat dari kristal. ( Farmasetika , 165 )
Analisis sedimentasi
Volume sedimentasi,waktu paro
Volume sedimentasi dpt ditentukan didlm silinder ukur setelah selesai sedimentasi dan
waktu paro endapan diartikan sebagai waktu dimana batas atas sedimen tlh berada pd
separo jlnnya(pd sedimen menurun dihitung dr atas kebwh, pd sedimentasi menaik dr
bwh ke atas)
Kuosien suspensi (KS)
Harga KS dihasilkan dr perbandingan vol sedimen (VS) terhdap volume total (VT) dg
memperhatikan faktor waktu (t). Hrga KS sebaiknya mendekati 1
Daya kocok sediman
Hal ini dilakukan dg gerak membalik suspensi yg mengandung sedimen sebesar 90º,
kemudian dpt diukur waktunya atau jml membalik yg dbutuhkan utk mendispersikan
kembali semua sedimen
1/16/2019 22
Partikel yang terdispersi merupakan unit
tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit,
maka kecepatannya akan lambat.
Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel
menyebabkan masing-masing partikel
menyelip diantara sesamanya pada waktu
mengendap.
Supernatan sistem deflokulasi keruh dan
setelah pengocokan kecepatan sedimentasi
partikel yang halus sangat lambat.
1/16/2019 23
Keunggulannya : sistem deflokulasi akan
menampilkan dosis yang relatif homogen pada
waktu yang lama karena kecepatan
sedimentasinya yang lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan
sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa
yang kompak.
Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan
mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat
dipastikan apakah sistem akan tetap homogen
pada waktu paronya
1/16/2019 24
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat
mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini
disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh
kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif
besar.
Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali
bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk
cepat sekali mengendap dengan ukuran yang
bermacam-macam.
Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir
penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak
elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.25
1/16/2019
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
1. Kombinasi ukuran partikel
2. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial
zeta.
3. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/
struktur partikel dalam suspensi.
1/16/2019 26
DEFLOKULASI FLOKULASI
Partikel berada dalam suspensi dalam wujud Partikel membentuk agregat bebas
yang memisah
Laju pengendapan lambat karena partikel Laju pengendapan tinggi karena partikel
mengendap terpisah dan ukuran partikel mengendap sebagai flokulasi yang merupakan
minimal. komposisi partikel.
1/16/2019 28
Kecepatan pengendapan dijelaskan dengan hukum Stoke’s :
1/16/2019 29
Jumlah partikel yang mengendap dalam suspensi berhubungan
dengan ukuran partikelnya dan berat jenis dan kecepatan dari
medium suspensi. Gerak Brown atau acak mungkin
memberikan efek yang signifikan, akan ada atau tidaknya
flokulasi dalam sistem.
Hukum Stoke’s kecepatan sedimentasi yang seragam dari
partikel spheris diatur oleh hukum stoke’s dijelaskan sebagai
berikut :