Anda di halaman 1dari 11

TUBERKULOSIS TUBA FALLOPI

Oleh :
Riris Ristiana Fadhilah
16360348
Definisi
Tuberkulosis genital merupakan suatu peradangan pada organ
genitalia interna yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Dari seluruh kasus TB genital pada wanita, tuba
fallopi terkena pada hampir 100% kasus, endometrium 50%,
ovarium pada 20%, serviks 5%, dan vagina serta vulva <1%
Epidemiologi
Meskipun tuberkulosis (TB) secara umum menyerang paru,
beberapa organ atau jaringan dapat terlibat.Pada Negara dengan
diagnostic dan sistim pelaporan yang komprehensif, TB
ekstrapulmonar dilaporkan sekitar 20-25% dari keseluruhan
kasus infeksi TB. Secara global kasus TB ekstrapulmonar tanpa
keterlibatan parusekitar 14% pada tahun 2007
Patogenesis
Tuberkulosis genital hampir selalu merupakan proses sekunder lesi primer di

bagian tubuh lain yang bersifat dorman. Sebagian besar infeksi mencapai

saluran genital (terbanyak pada tuba fallopi) melalui rute hematogen. Dapat

juga terjadi penyebaran infeksi secara retrograde pada ovarium dan

peritoneum. Transmisi langsung vulva dan serviks dari pasangan seksual

yang terinfeksi jarang terjadi. Tuberkulosis genital dapat dicurigai dari

riwayat kontak aktif dengan penderita tuberkulosis.


Patofisiologi
Tuberkulosis genitalia pada wanita biasanya terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus primer organ lain terutama di paru, walaupun dapat
terjadi secara perkontinuitatum dari tuberkulosis peritoneum. Pada genitalia
wanita maka infeksi pertama paling sering terjadi di tuba falopi dan biasanya
bilateral, berikutnya endometrium.
Setelah terhirup, bakteri TB mencapai paru dan tumbuh perlahan-lahan selama
beberapa minggu. Pada lebih dari 80% manusia, sistim kekebalan tubuh
membunuh bakteri dan mengeluarkan mereka dari dalam tubuh. Dalam
sejumlah kecil kasus, barier defensif dibangun di sekitar infeksi tetapi bakteri
TB tidak dibunuh dan hidup dorman, ini yang disebut TB laten. Kadang-
kadang pada saat infeksi awal, bakteri masuk ke dalam aliran darah dan
dibawa kebagian lain dari tubuh, seperti tulang, kelenjar getah bening, atau
otak, sebelum barrier defensif dibangun. Jika sistem kekebalan tubuh gagal
untuk membangun barrier defensif, atau barrier kemudian gagal, TB laten
dapat menyebar di dalam paru (TB paru) atau ke kelenjar getah bening di
dalam dada (TB respiratori intratorakal) atau berkembang di bagian lain dari
tubuh (TB ekstratorakal).
Gejala Klinis
Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah berupa infertilitas,
gangguan haid, penyakit inflamasi pelvis, keputihan, nyeri
abdomen,kehamilan ektopik, dan pada 50% kasus dapat teraba
massa adneksa pada pemeriksaan. Gejala lain adalah tidak khas
seperti malaise, penurunan berat badan, kelelahan tak beralasan,
demam subfebris
Diagnosis
Diagnostik TB genitalia wanita mencakup kombinasi dari
pemeriksaan mikrobiologi, histology dan radiografi.
Pemeriksaan radiologi foto toraks bertujuan untuk mencari
adanya fokus primer di paru. Tidak adanya kelainan pada foto
paru tidak menghilangkan kemungkinan adanya tuberkulosis
genitalis.
Pemeriksaan lain dapat berupa USG abdomen dan
histerosalpingografi. Pemeriksaan biopsi dari lesi yang sering
dilakukan melalui laparatomi atau laparaskopi dapat
dipergunakan untuk pemeriksaan histologi dan bakteriologi.
Selain itu uji tuberkulin juga dapat membantu menegakkan
diagnosis tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang
- CT Abdomen
- Test Mantoux (tes tuberkulin pada kulit)
- USG
Penatalaksanaan
• Panduan dari WHO merekomendasikan terapi selama 6 bulan pada TB

ekstrapulmonar, dengan 2HRZE/4HR (bukti kelas a)

• Terapi pembedahan terdiri dari total abdominal histerektomi dan

bilateral salfingo-oovorektomi. Indikasi pembedahan adalah massa pelvis

yang persisten, kambuhnya nyeri atau perdarahan setelah 9 bulan terapi.

Pembedahan sebaiknya dilakukan setidaknya 6 minggu setelah terapi anti-

TB dimulai, karena terapi antimicrobial dapat memudahkan prosedur

pembedahan dan mengurangi komplikasi perioperatif.


Prognosis
Tidak seperti pada TB paru, belum ada kriteria yang jelas untuk
peninjauan efektivitas terapi pada TB genital. Riset lebih lanjut
sangat diperlukan sehingga definisi efek terapi yang membaik
menjadi jelas dalam pengertian patologi dan fungsi reproduksi
yang diinginkan.
Kesimpulan
Diagnostik dan penanganan TB ekstra paru mempunyai permasalahan yang lebih banyak dibanding

TB paru karena tanda dan gejala yang sering tidak spesifik dan sulitnya mencapai tempat infeksi.

Pada prinsipnya terapi TB di luar paru adalah sama dengan TB paru, tapi diberikan dengan waktu

yang lebih lama dan kadang-kadang perlu pemberian kortikosteroid dan tindakan bedah. Indikasi bedah pada

TB genitalia wanita adalah striktura dari tuba falopi yang menyebabkan infertil, nyeri yang persisten,

perdarahan uterus yang berat, terus menerus dan berulang, kemungkinan keganasan, TB endometrium yang

berulang. Sedangkan indikasi bedah pada TB peritoneum adalah perdarahan masif dan obstruksi. Tidak

seperti pada TB paru, belum ada kriteria yang jelas untuk peninjauan efektivitas terapi pada TB genital. Riset

lebih lanjut sangat diperlukan sehingga definisi efek terapi yang membaik menjadi jelas dalam pengertian

patologi dan fungsi reproduksi yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai