Inkontinensia Urin Dan Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita
Inkontinensia Urin Dan Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita
2018
Pendahuluan
Overflow UI
detrusor underactivity, obstruksi outlet kandung kemih, atau keduanya.
Kebocoran volume kecil yang berlangsung terus menerus.
PVR meningkat, dan gejala termasuk menetes, aliran kemih lemah, intermitensi,
keragu-raguan, frekuensi, dan nokturia.
Berhubungan dengan kebocoran urge dan stress dapat terjadi. Kebocoran
terus menerus karena inkontinensia ekstraurethral (misalnya fistula cystovaginal)
yang jarang terjadi.
Infeksi Saluran Kemih
Kausa multiple
D: Delirium kegagalan kendali kandung kemih
I : Infeksi dan inflamasi disuria dan overactive bladder
A: Atrophic vaginitis, memicu status anatomi yang memicu IU
P: Pharmacology and Psychology.
E: Excessive urine production
R: Restriksi mobilitas akses toilet yang terbatas
S: Stool impaction urgency/ overflow incontinence
Faktor Risiko untuk Infeksi Saluran Kemih menurut Kelompok
Usia
Usia Perempuan(% prevalensi) Pria(% prevalensi)
<1 Abnormalitas urologi anatomi atau Abnormalitas urologi anatomi atau fungsional (1%)
fungsional (1%)
1-5 Kelainan kongenital; refluks Kelainan kongenital, penis tidak disunat (0,5%)
vesikoureteral (4,5%)
6-15 Refluks vesikoureteral (4,4%) Refluks vesikoureteral (0,5%)
16-35 Hubungan seksual, penggunaan Kelainan urologi anatomi. Hubungan dubur insertif. (0,5%)
diafragma, spermisidal jelly, infeksi
saluran kemih sebelumnya1 (20%)
> 65 Kekurangan estrogen dan hilangnya Semua di atas, inkontinensia, kateterisasi jangka panjang, kateter kondom (35%)
laktobasilus vagina (40%)
Risiko infeksi saluran kemih pada wanita muda lebih besar dari yang pertama, dengan setidaknya 20% risiko berkembangnya
infeksi berulang pada tindak lanjut 6 bulan.
Presentasi Klinis (UI)
Anamnesis
Stress Inkontinensia
Urin terlepas selama aktivitas fisik atau saat peningkatan
tekanan intra-abdomen , dengan aktivitas minimal 11,12
Urgensi Inkontinensia
Terlepasnya urin didahului oleh keinginan (urge) tiba-tiba dan
berat untuk buang air kecil;
Pasien biasanya kehilangan urin dalam perjalanan ke toilet.
Kontraksi kandung kemih juga dapat dirangsang oleh
perubahan posisi tubuh dan stimulasi sensorik 6,11,12
Overflow Inkontinesia
Urin menetes (dribbling), ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih
Ragu-ragu saat ingin berkemih (hesitancy), kehilangan urin
tanpa dorongan yang jelas atau sensasi rasa penuh /
tekanan di perut bagian bawah.
Fungsional inkontinensia
Disebabkan oleh faktor non-genitourinary: kognitif atau fisik
Presentasi Klinis (ISK)
Tes esterase leukositurin adalah tes skrining cepat untuk mendeteksi piuria.
Tes yang mendeteksi keberadaan nitrit urin
Studi radiografi (misalnya USG, pielografi intravena, atau CT scan)
diindikasikan pada pasien dengan kelainan sistem kemih sangat mungkin,
atau jika abses dicurigai, atau pada pasien dengan pielonefritis yang tidak
merespon sesuai terapi dalam 72 jam.
TATALAKSANA
1. Edukasi intervensi gaya hidup seperti mengurangi asupan kafein, modifikasi cairan yang tinggi / rendah. Perempuan
dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 disarankan untuk mengikuti program penurunan berat badan.
2. Terapi fisik dengan pelatihan otot dasar panggul
3. Setiap program pelatihan otot dasar panggul sebaiknya mencapai 8x kontraksi dilakukan sebanyak 3x sehari.1,4,6
4. Terapi medikamentosa
4 antimuskarinik yaitu oksibutinin, tolterodin, trospium dan proviperin
Solfenasin dan darifenasin
Imipramin yang umum diberikan.
Estrogen jangka pendek (1-6 bulan).
5. Propiverin
harus dipertimbangkan sebagai pilihan dalam tatalaksana frekuensi miksi pada perempuan dgn OAB.
Tetapi tidak dianjurkan untuk kasus IU.
Flavoksat, propantclin, dan imipramin tidak direkomendasikan untuk tatalaksana IU atau OAB pada perempuan.
6. Tata laksana Bedah
Pengobatan infeksi saluran kemih didasarkan pada lokasinya (di bagian atas atau saluran bawah), dan pada karakteristik pasien.
Infeksi saluran kemih bagian bawah pada wanita muda sehat dengan gejala onset baru (<48 jam) dapat diterapi dengan terapi singkat (3 hari) antibiotik oral.
Semua wanita lain dengan infeksi saluran kemih bawah harus menerima terapi 5-7 hari.
Penting untuk mengidentifikasi pasien diabetes yang berisiko mengalami infeksi berulang, pielonefritis, dan abses perinefrik.8,10
kultur urin ulang 5-9 hari setelah menyelesaikan terapi, bila masih (+) Pasien harus menjalani 2-4 minggu terapi. 8
Seseorang dengan neurologis atau struktural yang diketahui abnormalitas sistem kemih di mana > 10 CFU/ml dari satu spesies yang ada juga harus diobati. pengobatan pra-
operasi profilaksis bakteriuria asimtomatik bermanfaat
Bakteriuria asimtomatik pada pasien dengan kateter uretra yang menetap tidak boleh diobati,
Dalam banyak situasi, pengangkatan kateter akan menghilangkan bakteri. Jika organisme ada 48 jam setelah pengangkatan kateter, terapi antibiotik jangka pendek
diindikasikan.
PERTIMBANGAN KHUSUS
Candiduria:
terlihat terutama pada pasien dengan kateter yang sering asimtomatik.
Tetapi penderita diabetes memiliki ISK candidal sejati, seperti pasien immunocompromised.
Persistensi candiduria 48-72 jam
Diindikasikan; flukonazol oral atau irigasi kandung kemih dengan amphotericin B
Kateter: Kateter kemih sangat mungkin menyebabkan kolonisasi kandung kemih dan
infeksi berikutnya.
Penggunaan singkat kateter urin (<7hari) tidak akan mengakibatkan infeksi.
Penggunaan kateter urin jangka panjang menghasilkan kolonisasi dan infeksi, sekitar 8% -
10% per hari. 8,9,12
KESIMPULAN
1. Rudy A. L. Gambaran Inkontinensia Urin pada Wanita Gemuk di RSU. Prof. DR.R.D. Kandou Manado [Tesis]. 2010. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Renny P, Eddy S, Rudy A.L. Prevalensi dan Faktor Risiko Inkontinensia Urin Tipe Tekanan Pascasalin. Majalah Obstetrik dan Ginekologi Indonesia 2016 ;4(3): 153 – 157
4. Budi Iman S. Inkontinensia Urin pada Perempuan. Majalah Kedokteran Indonesia 2008; 58: 259-264
5. Nygaard I, Thom D. H, Calhoun E.A.Urinary Incontinence in Women. Urologic Disease in America 2005; 5:159-186
6. Abdel –Fattah M,et al. Evaluation of transobturator tension free vaginal tapes in management of women with recurrent stress urinary incontinence. Urology 2011; 77(5): 1070-5
8. Car J. Urinary tract infections in women: diagnosis and management in primary care. BMJ 2006;332(7533):94-7.
9. Hui JY, Harvey MA, Johnston SL. Confirmation of ureteric patency during cystoscopy using phenazopyridine HCl: a low-cost approach. J Obstet Gynaecol Can 2009;31(9):845-9.
10. Akram M, Shahid M, Khan AU. Etiology and antibiotic resistance patterns of community-acquired urinary tract infections in J N M C Hospital Aligarh, India. Ann Clin Microbiol
Antimicrob 2007;6:4.
11. Vasavada Sandip P, Kim Edward D. ( 2017) Urinary Incontinence Clinical Presentation,[online],( https://emedicine.medscape.com/article/452289-clinical, diakses tanggal 12 Juli
2018)
12. Khandelwal C, Kistler C. Diagnosis of urinary incontinence. Am Fam Physician. 2013 Apr 15;87(8):543-50.
TERIMA KASIH